Dear Bunda,
Semoga cerita ini tidak menajdi semakin membosankan. Tahun 2003 aku masuk kuliah. Sejak bulan Mei aku sudah santai di rumah ketika kebanyakan orang panik SPMB. Sebelum tahapan penerimaan mahasiswa itu aku pernah satu kali ke UNJ. Menghadiri semacam seminar pendidikan. Hari saat daftar ulang mama dan vici mengantar. Barangkali hari itu adalah salah satu hari kebanggaan mama ketika anak pertamanya berhasil kuliah.
Gedung tertinggi di UNJ adalah perpustakaan. Kalau tak salah 8 lantai tingginya. Tentu saja sesuai dengan kesukaanku, gedung tinggi itulah yang paling banyak menarik perhatianku. Sepanjang masa kuliah pada akhirnya aku memang sangat banyak mengunjungi tempat itu. Saat meminjam buku, aku senang meminjam buku teknik yang sangat tebal.
Pada masa kuliah aku juga sudah mampi untuk sedikit membeli buku-buku yang murah. Ada salah satu tempat di Jakarta di mana kami bisa mendapatkan buku dengan harga terjangkau. Murah sebab terkadang yang dijual adalah buku bekas. Tenpat tersebut ada di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Ada kalanya saat kuliah tertentu membutuhkan buku, kami akan beramai-ramai ke Kwitang sepulang kuliah. Dari UNJ ke kwitang cukup dekat. Dari belakang kampus di Jalan Pemuda kami cukup naik GOS. Mayasari Bakti hijau 905 maksudnya :p. Kami akan turun sebelum fly over senen.
Selain di Kwitang sesekali aku juga membeli buku ke Gramedia. Tentu saja buku-buku yang murah. Saat semester 3 Ku sudah mulai mengajar privat nurul fikri. Aku masih ingat sampai sekarang. Sekali datang mengajar selama 90 menit siswa harus membayar 50.000. 50percent dari uang itu akan masuk ke setoran nurul fikri dan aku dapat 50percent lainnya. Terkadang aku bisa mengajar hingga setiap hari termasuk sabtu. Pada saat itu bahkan aku masih naik turun angkot saat mengajar.
Ada satu buku yang aku ingat cukup menarik yang aku baca saat kuliah. 7 habit of highly effective teen tulisan Sean Covey. Ini adalah versi remaja dari buku 7 habit for highly efective people tulisan bapaknya Sean si Steven Covey.
Saat semester akhir seorang teman menghadiahi aku buku Laskar Pelangi. Pada masa itu aku nyaris tak pernah baca novel. Buku kesukaanku adalah buku teknik dan pengembangan diri. Namun setelah baca Laskar Pelangi aku tak bisa berhenti membaca. Pada masa itu juga ramai novel ayat-ayat cinta. Tapi seri ayat-ayat cinta tak semenarik seri laskar pelangi. Ayat-ayat cinta itu terlalu cengeng menurutku. Laskar Pelangi selalu menanamkan optimisme bahkan di situasi paling buruk sekalipun.
Aku membaca novel itu dalam sehari saja. Setelah selesai aku langsung membeli seri kedua Sang Pemimpi dan seri ketiga Edensor serta menunggu terbitnya seri keempat Maryamah Karpov. Gaya cerita Andrea Andrea Hirata itu sangat menarik. Ia bisa menceritakan hal tragis yang membuat kita merenung namun tetap bisa tersenyum.
Puncak dari seri Laskar Pelangi bagi aku adalah Edensor. Masa ketika Ikal dan Arai berangkat kuliah ke Eropa. Sejak saat itu aku tersihir, suatu hari nanti aku harus ke Eropa. Itu juga yang akhirnya membuat aku memutuskan mendaftar beasiswa kominfo 2011. Untuk sementara mimpi itu masih tertunda.
Sementara ini dulu ya sayang. Kita lanjut lagi nanti.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment