Dear Bunda,
Tanpa bermaksud mencari-cari alasan, hari ini malas banget ngapa-ngapain. Ini mungkin rekor tidur terlama hubby dalam beberapa bulan terakhir. Tadi melek jam 8 terus tidur lagi. Melek jam 10 terus tidur lagi. Melek jam 12 terus tidur lagi. Dan akhirnya melek jam 2 kurang barusan. Mau tidur lagi tapi badan malah menjadi super duper ekstra lemas. Maafkan hubby emailnya telat hari ini ya sayang.
Manusia itu luar biasa. Manusia bisa selalu beradaptasi dengan sangat fleksibelnya. Saat masih di Jakarta aku pernah pulang pergi Jonggol Jakarta saat kerja naik motor. Senin sampai Jumat (terkadang juga Sabtu), hampir selama 18 bulan. Berangkat dari rumah jam 5 atau 6. Sampai kembali ke rumah jam 7, 8 atau terkadang jam 9 malam. Satu jalan akan memakan waktu 90 hingga 120 menit. Esoknya rutinitas berulang. Namun dulu aku kuat. Kehujanan, kepanasan dan cenderung sabar. Kemarin saat pulang wawancara kominfo, dalam perjalanan Jonggol dan Jakarta serta sebaliknya sudah ingin teriak-teriak di jalanan ga tahan menghadapi macet.
Proses adaptasi lain adalah tidur tanpa AC. Saat pulang ke Jonggol, aku tak bisa tidur dengan pulas di hari pertama. Rasanya panas sekali. Mungkin setelah 6 bulan di Singapura dan tidur pakai AC badan jadi beradaptasi dan manja. Demikian juga pagi ini. Setelah sekitar 2 minggu stop kerja, badan jadi beradaptasi dan manja. Sehingga dengan pemalasnya memberikan toleransi tidur hingga berjam-jam. Insya Allah aku tidak akan membiarkan diri beradaptasi untuk ini.
Melanjutkan pembahasan di atas. Akan menjadi hal yang sangat bermanfaat bila kemampuan beradaptasi manusia tadi digunakan untuk sesuatu yang positif. Contohnya, kebiasaan shalat malam. Insya Allah semoga Allah berkenan memberikan rahmat dan hidayah untuk terus menjalankan ibadah ini sepanjang masa. Nanti saat kita berkumpul aku ingin menjalankannya bersama bunda. Proses adaptasi lain misalnya adalah membiasakan diri untuk "memaksa" membaca buku setiap hari. Aku mulai melakukan itu lagi dalam beberapa terakhir. Sehingga jika dipaksakan untuk terbiasa, diri akan menjadi ada yang janggal bila dalam satu hari tidak membaca.
Watch your thoughts, for they become words. Watch your words, for they become actions. Watch your actions, for they become habits. Watch your habits, for they become character. Watch your character, for it becomes your destiny.
Sejenak berganti topik, aku benar-benar menikmati kebersamaan kita tadi pagi. Aku sangat senang melihat bunda sangat ceria dan bersemangat dalam bercerita dan berekspresi. Aku masih ingin tergelak saat bunda melakukan gestur naik motor sambil menyuarakan "brum brum" dengan membonceng ayah dan waspada agar jangan sampai berbelok ke arah ukhti saat di jalan. :p. Berkaitan juga dengan kebersamaan kita, di usia pernikahan 2 bulan ini kita masih beradaptasi dalam kebersamaan. Apalagi hubungan jarak jauh yang dengan terpaksa harus di jalani ini akan membuat sedikit anomali jika tidak disabari dan disikapi dengan baik. Hidup bersama tentunya beda dengan hidup saat masih single. Hidup menjadi suami dan pemimpin dalam rumah tangga tentunya akan membutuhkan pembelajaran yang ekstensif. Demikian juga hidup menjadi istri dengan suami yang nyeleneh (namun terus berusaha untuk belajar tidak nyeleneh) juga membutuhkan pembiasaan yang baik. Hidup jarak jauh menjadi anomali karena kita harus membiasakan diri dalam kebersamaan padahal faktanya secara fisik kita tidak bersama.
Tapi aku yakin kok ketidakbersamaan secara fisik ini akan segera usai. Sebab bunda akan pulang sebelum Ramadhan dan ayah akan berangkat bareng ke Jerman ba'da lebaran.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment