Dear Bunda,
Hari tepat 3 bulan sejak bunda berangkat ke Jerman. Why time move so slow honey ;(. Artinya masih 15 bulan to go untuk kita saling berjauhan. Maaf sayang, tak bermaksud untuk menularkan rasa khawatir dan sedih. Meski masih lama, Insya Allah sama-sama kita akan belajar saling sabar dan yang terpenting saling mengerti. Sebab saat tak saling berdekatan terkadang saling mengerti itu agak sedikit sulit. Memang ada skype. Namun hubungan itu bukan sekedar visual dan auditori. Dalam kebanyakan waktu kita membutuhkan sentuhan, aroma dan rasa. Setidaknya setelah menikah rasa galau seorang jomblo tidak lagi kita rasakan. Setidaknya aku punya seserorang yang bisa aku tunggu. I will always wait you in day and night.
Semalam aku ingin ngobrol masalah doa ekstrim vs tak berdoa jika kita menginginkan sesuatu. Namun berhubung terinturupt dan tak diresume lagi aku biasa suka hilang mood untuk ngobrol lebih lanjut. Hingga hari ini sebenarnya rasa resah mengenai beasiswa itu masih ada, meski skala resah dan kecewanya tak sebesar awal-awal beberapa minggu lalu. Rasa resah dan takutnya terasa saat kemarin mulai mau membangun aplikasi lagi untuk DAAD. Aku takut gagal lagi dan rasanya kok capek banget ya. Aku juga takut berdoa lagi, sebab tiba-tiba aku takut apakah barangkali aku salah berdoa kemarin-kemarin itu? Untuk kesekian kali aku terkadang bertanya am I so that not smart? Do I not deserve to achieve that? Di saat yang sama lagi, aku jadi tak konsisten dengan salah satu statement "sok" positive yang pernah aku lempar dulu, kurang lebih, "Jika doa kita masih belum dikabulkan, barangkali Allah masih terus ingin kita berdoa dan berharap dalam malam-malamNya. Namun ada kalanya saat doa seorang manusia langsung dikabulkan begitu saja, barangkali Allah tak mau berlama-lama dengan hamba itu". Wallahualam.
Bunda aku ingin bisa ekstra positif lagi. Aku juga sering malu pada bunda, ketika setelah menikah akhirnya terkuak aku orang yang tak sedemikian optimisnya. Mudah mengeluh dan terkadang agak gampang untuk menyerah. Dalam hati kecil aku suka takut bunda ada rasa menyesal menikah dengan aku. Aku takut bunda kecewa pada aku. Aku ingin selalu bisa bangkit lagi dan menjadi pria optimis seperti gambaran idealnya aku.
Bunda, pagi ini maafkan hubby yang tertidur pulas lagi dan tak menemani bunda yang masih terbangun. Hubby ingin menjadi penyemangat bunda. Hubby ingin menjadi sahabat bunda, suami dan sosok kebanggaan bunda. Maafkan hubby jika email hari ini agak ngalor ngidul.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment