Dear Bunda,
Bunda, apakah kamu pernah dejavu? Aku mengalaminya kemarin. Aku berangkat ke sebuah tempat yang sama dengan tahun kemarin. Depan ruangan yang sama. Dalam ruangan yang sama. Hanya saja kemarin tak ada kamu di sana. Aku dulu tak pernah menyangka, saat mencoba meminta nomor telepon sebelum pulang wawancara ternyata telah merubah takdir hidup kita. Sesuatu yang benar-benar akan aku syukuri sepanjang hidup aku, berkesempatan menjadi pendamping hidupmu.
Wawancara dan seleksi selalu menjadi momok. Bukan momok yang menakutkan namun sesuatu yang sepertinya segan untuk terlalu sering dilakukan. Aku pikir semua hal ini masih berkaitan dengan pembahasan beberapa hari lalu. Life without risk is not fun. Untuk apa sih berlelah-lelah deg-degan apply beasiswa dan deg-degan menghadapi wawancara? Simple answer to get some fun. Kita ga akan maju jika cuma melakukan hal itu-itu saja. Aku juga ingin maju seperti istriku yang selalu menginspirasi.
Wawancara kemarin sama seperti tahun lalu. Singkat dan padat. Aku sudah tak mau terlalu memikirkan itu lagi. Mungkin kemarin bukan performa sempurna. Namun itu adalah effort maksimal aku. Sisanya aku cuma ingin pasrah saja. Sambil terus berdoa, meski dini hari tadi kalah dengan godaan setan untuk bangun berdoa dengan khusyu seperti biasa.
Bunda, meski masih jauh dan belum pasti, aku merasa semakin dekat ke Frankfurt. Di mana beberapa saat lagi aku akan bertemu dengan sosok gadis impian. Yang senyumnya selalu membawa kedamaian. Yang harumnya selalu membuat aku rindu. Yang paras polosnya terkadang membuat aku horny karena keseksian adalah bagian dari dirinya yang tak terpisahkan. Meski masih tak pasti aku merasa menara eifel juga sudah dekat. Tak sabar untuk segera bersama ke sana bersama bunda. Menjepret beberapa foto alay kita berdua dan mengupload ke instagram. Paris selalu menjadi icon romantisme di eropa. Ilmenau mungkin akan menjadi icon cinta kita. Sebuah kota di mana mungkin anak pertama kita dilahirkan? Wallahualam. :)
Beberapa waktu lalu ada mendapat sebuah nasehat mengenai doa. Dulu aku pernah bilang bahwa kita harus selalu bersangka baik terhadap Tuhan kan? Demikian juga dalam proses doa. Jangan membangun asumsi negatif. Soalnya doa bisa terpental balik lagi. Bangunlah asumsi-asumsi positif yang semakin memperkuat doa. Keyakinan dan khayalan yang sejalan dengan doa-doa kita. Sehingga barangkali Allah pun akhirnya mau mewujudkan asumsi-asumsi tersebut. Aku ingin membangun asumsi dan visualisasi untuk sampai di Jerman Agustus ini. Melanjutkan studi, belajar keras, punya anak dan pergi ke tempat-tempat menarik bersama bunda.
Tunggu aku di Frankfurt Agustus ini. Semakin hari aku merasa Frankfurt semakin dekat saja. Ilmenau pun hanya beberapa jam dari sana. Mimpi ini terasa semakin kuat setelah kemarin untuk kedua kalinya aku mendatangi ruang dejavu.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment