Dear bunda,
Singapura hujan sejak tadi shubuh. Jalanan masih sangat basah pagi ini. Pikiran aku pun kini tengah macet mencari ide.
Mulai hari senin aku libur. Belum tahu libur sampai kapan. Manusia itu lucu. Selalu menginginkan yang ia tak miliki. Saat kerja ingin libur. Saat libur justru ingin kerja. Aku selalu terus saja berharap untuk bisa mendapat jalan terbaik. Sehingga bisa bobo nyenyak lagi setiap malam. Namun bisa bangun segar di pagi hari.
Hari ketika pertama aku menulis surat padamu adalah saat aku dalam perjalanan pulang ke Singapura setelah mengantar bunda ke airport untuk berangkat ke Jerman. Hari itu sangat kelam sekali di dalam sini. Meski dari luar aku tetap berusaha sok ceria. Apalagi hampir 48 jam kita putus komunikasi pada waktu itu. Sesuatu yang benar-benar tidak.nyaman. Akhirnya aku mencoba meluapkan kangen ke dalam huruf-huruf yang kemudian menjadi kata-kata yang kemudian menjadi kalimat yang kemudian menjadi cerita. Sedikit mengobati rasa kangen. Tapi tidak memberikan kesembuhan sama sekali. Yang ada semakin waktu aku semakin kangen.
Pengobat kangen kedua saat berjauhan adalah komunikasi. Entah telpon, skype atau sekedar messaging. Sesibuk apa pun. Sehingga ada kalanya ketika komunikasi tak lancar bisa membuat hati langsung suram. Hingga terjadilah hal-hal tak perlu yang pernah terjadi. Namun aku belajar juga dari situ. Bahwa komunikasi tidak bisa dipaksakan. Orang yang baik tidak patut banyak menuntut.
Maaf ya sayang email pagi ini sangat tidak fokus. Aku hanya ingin mengungkapkan betapa aku kangen kamu. Serta selalu berharap kangen ini bisa terlampiaskan saat kita bisa bertemu dalam beberapa minggu lagi. Selalu bersama tak terpisahkan.
No comments:
Post a Comment