Dear Bunda,
Seharusnya aku kirim email ini kemarin. Aku ingat pada tanggal 23. Namun justru tanggal 24 aku lupa dan malah menulis topik lain kemarin. Nah berhubung hari ini aku ingat, email kedua aku hari ini (sesuai janji hubby) akan membahas hal yang harusnya aku bahas kemarin.
24 Mei 2012. Jika dihitung itu artinya persis 2 bulan sejak bunda berangkat pada tanggal 24 Maret 2012 sebelum tengah malam. Seperti yang tadi aku ucapkan di skype salah satu momen paling gloomy pada hari itu adalah menjelang bunda masuk cek poin imigrasi. Aku merasa Jerman telah "merampas" bunda dari aku. Kita berpelukan sebelum bunda masuk pintu imigrasi. Waktu itu bunda menangis lepas dan aku pun jadi ikut-ikutan menangis. Pelukan itu adalah pelukan terakhir sebelum kita berpisah. Aku masih merasakan hangatnya pelukan malam itu. Aku sangat merindukan bunda.
Dua bulan ini adalah rekor kita berpisah. Meski skype setiap hari itu tetap tak senyata saat aku bisa melihat bunda dengan mata kepala sendiri. Mendengar dengan telinga secara langsung. Menyentuh dengan kulit asli. Aku rindu bunda.
Dulu aku sering bilang dan hingga sekarang masih cukup percaya bahwa Allah selalu punya rencana indah. Terutama untuk orang yang bersabar. Dua bulan memang masih pendek untuk pembuktian kesabaran. Namun bagiku jangankan dua bulan. Sehari tak bertemu bunda saja bisa membuat hati resah. Ini bukan klise sayang. Jika kamu tak percaya coba flashback di masa sejak awal kita kenal dan kemudian dekat. Hampir setiap hari aku mendatangimu kan? Tak pandang, pagi, siang, sore dan malam. Bahkan shubuh dini hari jika perlu. Aku selalu rindu bunda. Dulu, sekarang dan seterusnya.
Di tengah situasi yang masih tidak pasti aku selalu menaruh harap. Bisa lulus wawancara beasiswa kominfo. Bisa lulus mendapat LoA dari TU Ilmenau. Bisa lancar dalam semua persiapannya, mulai dari penuntasan masalah kerja, persiapan keberangkatan, dokumen, masalah finansial dan segala tetek bengeknya. Aku benar-benar berharap bisa bertemu bunda sebelum Ramadhan ini. Kita akan berpuasa bersama, sahur bersama, buka bersama, tadarus bersama, tarawih bersama dan menghadir pengajian bersama. Di suatu tempat yang indah meski jauh dari negeri kita.
Harap adalah doa, seperti suratku tempo lalu. Maka dari itu aku akan selalu berharap. Biar Allah yang memutuskan untuk kapan dan dalam bentuk apa menjawab harapku. Bunda ada salah satu harap lain yang tak pernah luput dari hatiku. Aku selalu berharap dan berdoa, untuk kelancaran kuliah bunda. Aku selalu berdoa agar bunda mendapat ketajaman pikiran dan kelapangan hati dalam menuntut ilmu yang barakah. Bunda selalu menjadi inspirasi ayah.
Bunda 2 bulan ini lama sekali rasanya. Namun aku yakin kita akan segera bertemu dalam waktu yang sangat dekat. Jemput aku di Frankfurt ya Agustus ini.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment