Dear Bunda,
Dari dulu aku selalu senang untuk riding ke tempat-tempat yang indah. Oleh karena itu salah satu keinginan aku yang semoga direstui istriku, setelah membeli rumah, mobil, punya dana darurat, investasi jangka panjang, asuransi jiwa hubby dan asuransi pendidikan anak-anak kita nanti, hubby pengen beli motor > 600 cc. Kalau sekarang mungkin kandidatnya Kawasaki ER6-F alias Kawasaki Ninja 650. Atau Honda VFR juga oke banget (dua-duanya ada F-nya).
Salah satu tempat yang ayah teringat adalah jalur antara Garut ke Pamengpek. Kalau tidak salah nama daerahnya adalah Cikajang. Seperti jalur-jalur Jawa pinggiran lainnya jalur ini penuh dengan sawah-sawah yang cantik di kanan dan kiri jalan. Sementara di kejauhan berdiri kokoh pegunungan-pegunungan. Saat jalanan semakin naik, persawahan pun berganti dengan kebun-kebun teh. Kelokan-kelokannya cukup banyak dan enak dilahap sambil cukup merebah. Meski jalanannya tidak terlalu lebar namun mulus 80percent dan jalanannya tidak terlalu ramai. Hanya orang-orang lokal yang berlalu dengan bersepeda motor, beberapa mobil barang dan angkutan umum sejenis elf yang kebanyakan sudah pada tua. Kontur jalanan pun cukup naik dan turun. Melihat semua keindahan tersebut, seringkali membuat aku kangen Indonesia.
Tempat kedua adalah jalur Cibadak ke Pelabuhan Ratu. Menuju Pelabuhan Ratu bisa ditempuh via Ciawi atau jika dari Jonggol bisa via Cianjur langsung tembus Sukabumi. Dari Cibadak, sebelah kiri jalanan sudah hamparan pantai selatan dengan deburan ombak yang keras. Sementara di sebelah kanan ada sawah dan hutan-hutan kecil. Maka dari itu kemarin saat pulang ke Jonggol sempat ingin jalan ke Sawarna. Insya Allah mungkin lain kali, bersama bunda. ;)
Tempat ketiga adalah jalan dari Denpasar ke Bedugul. Jalanannya sama dipenuhi banyak sawah di kanan dan kiri jalan. Hanya saja nuansanya beda dengan jawa. Sebab di Bali setiap beberapa meter biasanya ada pura. Orang-orang yang berlalu-lalang pun banyak dengan pakaian adat. Jalannya pun banyak naik turun dan menikung. Bedanya waktu itu tak bisa rebah-rebah karena menyetir mobil (forever alone waktu itu :p).
Next place to visit yang aku terpikir saat kita kembali ke Indonesia adalah Lombok dan Belitong. Aku ingin ke Lombok karena dari dulu ingin ke sana namun belum kesampaian. Tadinya kita sempat berencana honeymoon ke sana juga kan? :) Belitong Insya Allah harus dikunjungi sebab tempat itu adalah salah satu bahan percakapan saat awal-awal kita kenal.
Tempat lain tentu saja adalah tanah suci. Aku beradzam untuk menunaikan ibadah haji bersama bunda sesegera mungkin. Jika Allah berkenan ingin bisa berangkat dari Jerman. :). Setelah itu semua aku ingin keliling dunia.
Oh ya ada satu trip yang jika selalu ayah bayangkan sejak pindah ke Singapura. Riding dari Singapura ke Thailand. Tentu saja perjalanan ini harus ditempuh dengan motor cc besar sebab sepanjang Singapura hingga ujung Malaysia terhubung dengan highway. Barulah di Thailand jalanan akan banyak berkelok-kelok dengan nuansa alam. Salah satu alasan aku dari pertama Honda CBR 250R launching adalah terkesan dengan video promosinya yang bagus banget dan di shoot di Thailand http://www.youtube.com/watch?v=1dtsuSM9Keg .
Lompat lagi ke topik yang agak berlainan, beberapa hari lalu aku menemukan sebuah link menarik. http://www.2ridetheworld.com. Website itu adalah catatan harian pasangan Inggris yang riding keliling dunia dengan motor! Bahkan April kemarin mereka sempat menyambangi Indonesia. Terakhir mereka sudah sampai Australia. Tapi aku tak pernah berpikir untuk mengajak bunda touring keliling dunia naik motor kok. Kita akan keliling dunia seperti peta yang bunda tempel di kamar, namun dengan cara yang lebih nyaman. Insya Allah akan kita mulai dengan Eropa, beberapa minggu dari sekarang.
Jemput aku di Frankfurt. Semakin hari aku merasa Jerman semakin dekat.
PS: I love you
Thursday, May 31, 2012
Wednesday, May 30, 2012
Dear wifey - End of May
Dear Bunda,
Tak terasa sudah akhir bulan Mei. Besok sudah Juni. Bulan depannya lagi Juli dan kemudian Agustus terus September. Insya Allah Juli, atau Agustus atau paling lambat September kita bertemu.
Seperti biasa, setiap ke Soekarno Hatta seperti kemarin selalu gloomy. Ayah kemarin sempat mondar-mandir di sepanjang terminal 2. Mengingat masa saat bunda pernah menjemput ayah dan saat ayah mengantar bunda berangkat ke Jerman. Jadi ingat saat kita dadah dadah di imigrasi. Demikian juga sampai Changi. Ayah galau seperti biasa. Melihat belt nomor 21 tempat dulu bunda mengambil koper. Melihat burger king saat dinner pertama kita di Singapura. Galau lagi saat lewat Paya Lebar tempat kita biasa transit.
Ayah kemarin turun di bugis. Karena sudah lewat jam 10 melipirnya cuma bisa ke KFC. Makan KFC menu roasta box dengan jus mangga Sjora. Selesai makan di KFC pinggir jalan langsung balik lagi ke halte bus kemudian naik 130. Sekitar 5 menit turun di bus stop dekat apartemen. Jalan sebentar kemudian sampai apartemen. Sampai apartemen baca kartu pos bunda lalu bengong sebentar terus mandi terus shalat terus habis shalat bengong lagi browsing internet dan belum pakai baju hingga bunda memergoki ayah lewat skype semalam. :p
Enam bulan lebih sejak kita menikah. Enam bulan lebih juga sejak aku pindah ke Singapura. Dua bulan lebih sejak bunda berangkat. Dan waktu terus berjalan lambat di sini. Aku benar-benar tak sabar dan kangen bertemu bunda. Tak sabar untuk segera tinggal dan berkumpul bersama meski di sebuah asrama kampus kecil. Tak sabar untuk tinggal bersama meski sementara di sebuah kontrakan sederhana di awal-awal nanti kita pulang ke Indonesia. Insya Allah kita akan selalu akur sampai tua selamanya. Insya Allah kita akan terus mencintai dengan rasa cinta yang besar selamanya. Insya Allah kita tak akan pernah tergoda oleh orang ketiga selamanya. Biar waktu yang menjawab dan doa yang mewujudkan harap.
Tunggu aku di Frankfurt, beberapa minggu lagi. Kita akan keliling Eropa dan membeli kartu pos dari setiap kota yang kita kunjungi.
PS: I love you
Tak terasa sudah akhir bulan Mei. Besok sudah Juni. Bulan depannya lagi Juli dan kemudian Agustus terus September. Insya Allah Juli, atau Agustus atau paling lambat September kita bertemu.
Seperti biasa, setiap ke Soekarno Hatta seperti kemarin selalu gloomy. Ayah kemarin sempat mondar-mandir di sepanjang terminal 2. Mengingat masa saat bunda pernah menjemput ayah dan saat ayah mengantar bunda berangkat ke Jerman. Jadi ingat saat kita dadah dadah di imigrasi. Demikian juga sampai Changi. Ayah galau seperti biasa. Melihat belt nomor 21 tempat dulu bunda mengambil koper. Melihat burger king saat dinner pertama kita di Singapura. Galau lagi saat lewat Paya Lebar tempat kita biasa transit.
Ayah kemarin turun di bugis. Karena sudah lewat jam 10 melipirnya cuma bisa ke KFC. Makan KFC menu roasta box dengan jus mangga Sjora. Selesai makan di KFC pinggir jalan langsung balik lagi ke halte bus kemudian naik 130. Sekitar 5 menit turun di bus stop dekat apartemen. Jalan sebentar kemudian sampai apartemen. Sampai apartemen baca kartu pos bunda lalu bengong sebentar terus mandi terus shalat terus habis shalat bengong lagi browsing internet dan belum pakai baju hingga bunda memergoki ayah lewat skype semalam. :p
Enam bulan lebih sejak kita menikah. Enam bulan lebih juga sejak aku pindah ke Singapura. Dua bulan lebih sejak bunda berangkat. Dan waktu terus berjalan lambat di sini. Aku benar-benar tak sabar dan kangen bertemu bunda. Tak sabar untuk segera tinggal dan berkumpul bersama meski di sebuah asrama kampus kecil. Tak sabar untuk tinggal bersama meski sementara di sebuah kontrakan sederhana di awal-awal nanti kita pulang ke Indonesia. Insya Allah kita akan selalu akur sampai tua selamanya. Insya Allah kita akan terus mencintai dengan rasa cinta yang besar selamanya. Insya Allah kita tak akan pernah tergoda oleh orang ketiga selamanya. Biar waktu yang menjawab dan doa yang mewujudkan harap.
Tunggu aku di Frankfurt, beberapa minggu lagi. Kita akan keliling Eropa dan membeli kartu pos dari setiap kota yang kita kunjungi.
PS: I love you
Tuesday, May 29, 2012
Dear wifey - Sleeper
Dear Bunda,
Pagi ini saat ayah terbangun (masih dalam keadaan teler) ayah sedih sekali. Ayah sudah merasa berlaku egois pada bunda. Kalah oleh rasa kantuk dan lemas dibandingkan memanfaatkan momen berharga bersama bunda. Maafkan aku ya sayang, sejak selasa kemarin benar-benar ignorant dan lebih memilih tidur dari pada bercengkrama dengan bunda. Tak tahu kenapa sejak kemarin metabolisme tubuh nampaknya sedang tak terlalu benar. Padahal tak melakukan kegiatan apa pun yang menghabiskan tenaga. Namun lemasnya rasanya bukan kepalang. Kemarin dan tadi dini hari misalnya. Ngantuk luar biasa sekali. Meski pun tadi aku bisa menguatkan diri untuk shalat, ba'da shalat aku pun tidur lagi hingga saat jam shubuh bunda membangunkan aku lagi. Ba'da shubuh kembali aku ngantuk tak tertahan. Maafkan aku sayang. Maaf sejuta maaf. Insya Allah aku akan lebih berupaya tidak secuek itu terhadap bunda. Namun sayangku, tak ada sedikitpun kesengajaan dari itu semua.
Bunda, ayah sedikit tergelitik untuk berpikir dari pertanyaan yang semalam bunda lempar. Kita memang terbiasa jauh. Bahkan semenjak menikah, sebenarnya kita lebih banyak berjauhan dari pada berdekatan. Meski dari dulu aku sering bilang, biarkan fisik kita jauh namun hati akan terus saling berpelukan. Semalam bunda bertanya, jika terbiasa jauh akankah kita tetap akur saat dekat? Jawabanku adalah Insya Allah kita harus selalu akur dan rukun. Tentu saja akur dan rukun itu tidak akan datang dengan sendirinya. Terlebih lagi kita sadar betul keunikan dari watak kita masing-masing. Tapi aku percaya kita bisa melaluinya bersama. Aku juga tak pernah putus berdoa untuk kemaslahatan rumah tangga liliput kita ini. Apalagi bunda memiliki kesabaran yang teramat besar dan kelembutan hati yang terhingga yang mana itu semua sering membuat aku malu terhadap egoisme yang lebih sering aku pelihara. Aku ingin selalu menjadi suamimu selamanya. Aku ingin menjadi suami yang membuat bangga bunda. Aku juga ingin menjadi ayah yang akan membuat anak-anak kita selalu bangga. Aku ingin selalu ada di samping bunda. Aku ingin selalu menjaga bunda. Aku selalu sayang bunda.
Di 6 bulan lebih 11 hari pernikahan kita, semakin waktu aku semakin sadar, bahwa rumah tangga itu banyak pahit manisnya. Beda dibanding saat pacaran. Namun bersama bunda selalu lebih banyak manisnya. Selalu banyak hal indah dan selalu banyak hal menyenangkan. Bersama bunda aku ingin membuat rumah tangga kelaurga liliput kita ini akan selalu manis.
Bunda aku pengen countdown minggu. Insya Allah dalam waktu yang sebentar lagi kita akan ketemu. Nanti jemput ayah ya di Frankfurt. Ayah akan berusaha untuk ga banyak tidur saat kita bersama nanti. Ayah ingin selalu menjaga bunda.
PS: I love you
Pagi ini saat ayah terbangun (masih dalam keadaan teler) ayah sedih sekali. Ayah sudah merasa berlaku egois pada bunda. Kalah oleh rasa kantuk dan lemas dibandingkan memanfaatkan momen berharga bersama bunda. Maafkan aku ya sayang, sejak selasa kemarin benar-benar ignorant dan lebih memilih tidur dari pada bercengkrama dengan bunda. Tak tahu kenapa sejak kemarin metabolisme tubuh nampaknya sedang tak terlalu benar. Padahal tak melakukan kegiatan apa pun yang menghabiskan tenaga. Namun lemasnya rasanya bukan kepalang. Kemarin dan tadi dini hari misalnya. Ngantuk luar biasa sekali. Meski pun tadi aku bisa menguatkan diri untuk shalat, ba'da shalat aku pun tidur lagi hingga saat jam shubuh bunda membangunkan aku lagi. Ba'da shubuh kembali aku ngantuk tak tertahan. Maafkan aku sayang. Maaf sejuta maaf. Insya Allah aku akan lebih berupaya tidak secuek itu terhadap bunda. Namun sayangku, tak ada sedikitpun kesengajaan dari itu semua.
Bunda, ayah sedikit tergelitik untuk berpikir dari pertanyaan yang semalam bunda lempar. Kita memang terbiasa jauh. Bahkan semenjak menikah, sebenarnya kita lebih banyak berjauhan dari pada berdekatan. Meski dari dulu aku sering bilang, biarkan fisik kita jauh namun hati akan terus saling berpelukan. Semalam bunda bertanya, jika terbiasa jauh akankah kita tetap akur saat dekat? Jawabanku adalah Insya Allah kita harus selalu akur dan rukun. Tentu saja akur dan rukun itu tidak akan datang dengan sendirinya. Terlebih lagi kita sadar betul keunikan dari watak kita masing-masing. Tapi aku percaya kita bisa melaluinya bersama. Aku juga tak pernah putus berdoa untuk kemaslahatan rumah tangga liliput kita ini. Apalagi bunda memiliki kesabaran yang teramat besar dan kelembutan hati yang terhingga yang mana itu semua sering membuat aku malu terhadap egoisme yang lebih sering aku pelihara. Aku ingin selalu menjadi suamimu selamanya. Aku ingin menjadi suami yang membuat bangga bunda. Aku juga ingin menjadi ayah yang akan membuat anak-anak kita selalu bangga. Aku ingin selalu ada di samping bunda. Aku ingin selalu menjaga bunda. Aku selalu sayang bunda.
Di 6 bulan lebih 11 hari pernikahan kita, semakin waktu aku semakin sadar, bahwa rumah tangga itu banyak pahit manisnya. Beda dibanding saat pacaran. Namun bersama bunda selalu lebih banyak manisnya. Selalu banyak hal indah dan selalu banyak hal menyenangkan. Bersama bunda aku ingin membuat rumah tangga kelaurga liliput kita ini akan selalu manis.
Bunda aku pengen countdown minggu. Insya Allah dalam waktu yang sebentar lagi kita akan ketemu. Nanti jemput ayah ya di Frankfurt. Ayah akan berusaha untuk ga banyak tidur saat kita bersama nanti. Ayah ingin selalu menjaga bunda.
PS: I love you
Monday, May 28, 2012
Dear wifey - Ruang Dejavu
Dear Bunda,
Bunda, apakah kamu pernah dejavu? Aku mengalaminya kemarin. Aku berangkat ke sebuah tempat yang sama dengan tahun kemarin. Depan ruangan yang sama. Dalam ruangan yang sama. Hanya saja kemarin tak ada kamu di sana. Aku dulu tak pernah menyangka, saat mencoba meminta nomor telepon sebelum pulang wawancara ternyata telah merubah takdir hidup kita. Sesuatu yang benar-benar akan aku syukuri sepanjang hidup aku, berkesempatan menjadi pendamping hidupmu.
Wawancara dan seleksi selalu menjadi momok. Bukan momok yang menakutkan namun sesuatu yang sepertinya segan untuk terlalu sering dilakukan. Aku pikir semua hal ini masih berkaitan dengan pembahasan beberapa hari lalu. Life without risk is not fun. Untuk apa sih berlelah-lelah deg-degan apply beasiswa dan deg-degan menghadapi wawancara? Simple answer to get some fun. Kita ga akan maju jika cuma melakukan hal itu-itu saja. Aku juga ingin maju seperti istriku yang selalu menginspirasi.
Wawancara kemarin sama seperti tahun lalu. Singkat dan padat. Aku sudah tak mau terlalu memikirkan itu lagi. Mungkin kemarin bukan performa sempurna. Namun itu adalah effort maksimal aku. Sisanya aku cuma ingin pasrah saja. Sambil terus berdoa, meski dini hari tadi kalah dengan godaan setan untuk bangun berdoa dengan khusyu seperti biasa.
Bunda, meski masih jauh dan belum pasti, aku merasa semakin dekat ke Frankfurt. Di mana beberapa saat lagi aku akan bertemu dengan sosok gadis impian. Yang senyumnya selalu membawa kedamaian. Yang harumnya selalu membuat aku rindu. Yang paras polosnya terkadang membuat aku horny karena keseksian adalah bagian dari dirinya yang tak terpisahkan. Meski masih tak pasti aku merasa menara eifel juga sudah dekat. Tak sabar untuk segera bersama ke sana bersama bunda. Menjepret beberapa foto alay kita berdua dan mengupload ke instagram. Paris selalu menjadi icon romantisme di eropa. Ilmenau mungkin akan menjadi icon cinta kita. Sebuah kota di mana mungkin anak pertama kita dilahirkan? Wallahualam. :)
Beberapa waktu lalu ada mendapat sebuah nasehat mengenai doa. Dulu aku pernah bilang bahwa kita harus selalu bersangka baik terhadap Tuhan kan? Demikian juga dalam proses doa. Jangan membangun asumsi negatif. Soalnya doa bisa terpental balik lagi. Bangunlah asumsi-asumsi positif yang semakin memperkuat doa. Keyakinan dan khayalan yang sejalan dengan doa-doa kita. Sehingga barangkali Allah pun akhirnya mau mewujudkan asumsi-asumsi tersebut. Aku ingin membangun asumsi dan visualisasi untuk sampai di Jerman Agustus ini. Melanjutkan studi, belajar keras, punya anak dan pergi ke tempat-tempat menarik bersama bunda.
Tunggu aku di Frankfurt Agustus ini. Semakin hari aku merasa Frankfurt semakin dekat saja. Ilmenau pun hanya beberapa jam dari sana. Mimpi ini terasa semakin kuat setelah kemarin untuk kedua kalinya aku mendatangi ruang dejavu.
PS: I love you
Bunda, apakah kamu pernah dejavu? Aku mengalaminya kemarin. Aku berangkat ke sebuah tempat yang sama dengan tahun kemarin. Depan ruangan yang sama. Dalam ruangan yang sama. Hanya saja kemarin tak ada kamu di sana. Aku dulu tak pernah menyangka, saat mencoba meminta nomor telepon sebelum pulang wawancara ternyata telah merubah takdir hidup kita. Sesuatu yang benar-benar akan aku syukuri sepanjang hidup aku, berkesempatan menjadi pendamping hidupmu.
Wawancara dan seleksi selalu menjadi momok. Bukan momok yang menakutkan namun sesuatu yang sepertinya segan untuk terlalu sering dilakukan. Aku pikir semua hal ini masih berkaitan dengan pembahasan beberapa hari lalu. Life without risk is not fun. Untuk apa sih berlelah-lelah deg-degan apply beasiswa dan deg-degan menghadapi wawancara? Simple answer to get some fun. Kita ga akan maju jika cuma melakukan hal itu-itu saja. Aku juga ingin maju seperti istriku yang selalu menginspirasi.
Wawancara kemarin sama seperti tahun lalu. Singkat dan padat. Aku sudah tak mau terlalu memikirkan itu lagi. Mungkin kemarin bukan performa sempurna. Namun itu adalah effort maksimal aku. Sisanya aku cuma ingin pasrah saja. Sambil terus berdoa, meski dini hari tadi kalah dengan godaan setan untuk bangun berdoa dengan khusyu seperti biasa.
Bunda, meski masih jauh dan belum pasti, aku merasa semakin dekat ke Frankfurt. Di mana beberapa saat lagi aku akan bertemu dengan sosok gadis impian. Yang senyumnya selalu membawa kedamaian. Yang harumnya selalu membuat aku rindu. Yang paras polosnya terkadang membuat aku horny karena keseksian adalah bagian dari dirinya yang tak terpisahkan. Meski masih tak pasti aku merasa menara eifel juga sudah dekat. Tak sabar untuk segera bersama ke sana bersama bunda. Menjepret beberapa foto alay kita berdua dan mengupload ke instagram. Paris selalu menjadi icon romantisme di eropa. Ilmenau mungkin akan menjadi icon cinta kita. Sebuah kota di mana mungkin anak pertama kita dilahirkan? Wallahualam. :)
Beberapa waktu lalu ada mendapat sebuah nasehat mengenai doa. Dulu aku pernah bilang bahwa kita harus selalu bersangka baik terhadap Tuhan kan? Demikian juga dalam proses doa. Jangan membangun asumsi negatif. Soalnya doa bisa terpental balik lagi. Bangunlah asumsi-asumsi positif yang semakin memperkuat doa. Keyakinan dan khayalan yang sejalan dengan doa-doa kita. Sehingga barangkali Allah pun akhirnya mau mewujudkan asumsi-asumsi tersebut. Aku ingin membangun asumsi dan visualisasi untuk sampai di Jerman Agustus ini. Melanjutkan studi, belajar keras, punya anak dan pergi ke tempat-tempat menarik bersama bunda.
Tunggu aku di Frankfurt Agustus ini. Semakin hari aku merasa Frankfurt semakin dekat saja. Ilmenau pun hanya beberapa jam dari sana. Mimpi ini terasa semakin kuat setelah kemarin untuk kedua kalinya aku mendatangi ruang dejavu.
PS: I love you
Saturday, May 26, 2012
Dear wifey - Life without risk is not fun
Dear Bunda,
Life without risk is not fun. Terkadang suka berpikir juga, kenapa sih kita itu harus berlelah-lelah dalam mengejar sesuatu? Dengan hidup biasa saja pun seharusnya kita bisa bahagia. Punya pekerjaan biasa. Sekolah di sekolah biasa. Punya tingkat pendidikan yang standard saja. Menjalani rutinitas yang sama. Tetap nyaman di daerah nyaman. Tak perlu mengejar beasiswa. Tak perlu mencoba kerja di luar negeri. Tak perlu mencoba sesuatu yang baru. Tak perlu berjuang seperti mbak Tari dengan suaminya. Padahal jika mereka mau, mereka mungkin saja bisa hidup nyaman, tanpa PhD di Indonesia. Dengan hidup biasa saja mungkin kita bisa bahagia, namun monoton dan not fun.
Surat kali ini terinspirasi dari tulisan mas van adams. Mas Padang ini sedang ada di Jerman juga, di Duisburg tepatnya, kalo tak salah beliau temannya Dzata. Balik lagi ke cerita tadi, taking risk sometime needed to gain some progress in our life. Melanjutkan sekolah misalnya. Bagaimana tidak full of risk? Melanjutkan sekolah keluar negeri akan memiliki banyak konsekuensi yang tak mudah. Sekilas mungkin orang melihat bahwa sekolah di luar negeri itu menyenangkan. Bisa jalan-jalan dan seru-seruan. Tapi itu cuma sedikit sweet thing dari sekolah di luar. Padahal banyak konsekuensi lain yang justru butuh perjuangan keras. Jauh dari keluarga dan teman, harus belajar keras dan hidup dengan sedikit terbatas, karena uang beasiswa tidak selalu melimpah ruah dan jauh dari hal-hal yang kita nyaman di dalamnya seperti kultur, budaya dan makanan. Namun aku merasa itu semua adalah perjuangan mengambil sedikit resiko yang kelak akan memberikan banyak manfaat untuk diri kita sendiri di masa depan. Dulu bahkan teman-teman NFS sering geleng-geleng ketika aku sering kali menggebu-gebu cerita untuk bisa sekolah setinggi mungkin. "Gue mah udah capek belajar, Jon." Kata mereka. Menariknya, aku punya sosok inspirasional yang sangat dekat dengan diriku: istriku sendiri.
Jauh dari keluarga itu tak enak. Ini yang aku rasakan saat jauh dari istriku padahal baru dua bulan saja. Namun ini adalah konsekuensi untuk hal-hal yang lebih enak kelaknya. Justru dari kesempatan ini pula aku (semoga juga bunda) bisa belajar banyak hal. Belajar sabar, belajar untuk lebih saling memahami dan belajar lebih keras agar bisa dekat lagi dengan keluarga dengan cara menyusul bunda ke Jerman.
Konsekuensi kedua dalam taking risk in life dalam hal studi adalah harus belajar keras. Post graduate study tentunya beda dengan S1. Kuliah di Jerman dengan kualitas pendidikan yang top tentunya beda dengan kuliah S1 di universitas negeri yang standar. Perjuangannya pasti akan keras sekali. Aku sangat terbayang melihat dari yang sudah bunda jalani. Membuat paper, tugas yang bertumpuk, membaca materi, menyiapkan presentasi dan ujian yang menantang. Meski belum menjalani dan belum tahu rasa aslinya aku justru merasa itu semua akan menjadi paksaan yang positif. Terbiasa untuk belajar keras. Lebih disiplin. Lebih "terpaksa" untuk mau membaca. Full of risk namun akan menjadi fun untuk jangka panjang. Sense of fulfilment dan kesempatan untuk mengamalkan apa yang kita punya.
Jika menilik dari pertimbangan finansial, tentunya akan lebih menguntungkan untuk kerja dari pada kuliah. Dengan kerja barangkali kita bisa cepat menabung untuk membeli rumah. Dengan kuliah sepertinya tidak bisa terlalu banyak menabung karena itu tadi beasiswa uangnya tidak selalu melimpah. Namun di situ juga risknya. Bagaimana dengan resource yang terbatas tersebut kita "dipaksa" untuk belajar keras. Sehingga kelak di depan otomatis bisa punya karir yang lebih baik dalam berkarya. Menabungnya memang ditunda sedikit. Namun justru akan lebih baik dari pada menunda umur untuk sekolah lagi.
Terakhir konsekuensi yang tak enak dan harus benar-benar dipikirkan adalah masalah kultur, kebiasaan dan makanan. Sesampai Jonggol kemarin aku membabi buta makan banyak makanan. Mie ayam, bakso, sop buah, rendang, gorengan dan bahkan tahu gejrot. Makanan Indonesia memang tak ada matinya. Cukup terbayang nanti harus agak memendam rindu makanan saat jauh dari negara asal. Meski terlihat sepele ini juga full of risk. Di singapura ada beberapa teman-teman India aku yang punya masalah penceranaan karena makanan yang tak cocok. Bahkan aku sendiri pun pernah mual beberapa minggu karena masalah makanan juga. Masalah kultur juga harus dipertimbangkan. Mungkin kita akan kangen suara adzan. Kangen suasana kampung. Namun semua itu harus direlaka demi mengejar long term benefit dalam menuntut ilmu.
Seperti surat yang pernah aku tulis waktu itu, aku ingin sekolah sampai mentok. Ingin menulis buku suatu saat nanti (meski hingga detik ini belum ada wujud nyatanya). Aku juga ingin menjadi speaker yang inspirasional. Sehingga kelak, anak-anakku akan bangga dengan ayahnya dan istriku akan bangga dengan suaminya. Aku jadi ingat juga hari ketika pertama bunda memasang peta di kamar. Betapa bola matamu nampak terlihat sangat ceria. Aku ingin bisa keliling dunia bersamamu. S2 di Eropa dan S3 di Amerika mungkin? :) Untuk mencapai itu semua memang full of risk. But that gonna be so fun, especially if I can do that with you.
Bunda jemput aku di Frankfut ya beberapa hari sebelum Ramadhan tahun ini. Ingatkah kamu beberapa hari sebelum Ramadhan tahun lalu seorang pria asing yang sederhana menyatakan cinta. Pria itu semakin jatuh cinta padamu setiap harinya. Terima kasih sudah mengambil resiko untuk menerima cinta pria itu. Pria itu akan berusaha untuk memastikan resiko yang telah bunda ambil tidak akan sia-sia dan akan berbuah hal yang manis.
PS: I love you
Life without risk is not fun. Terkadang suka berpikir juga, kenapa sih kita itu harus berlelah-lelah dalam mengejar sesuatu? Dengan hidup biasa saja pun seharusnya kita bisa bahagia. Punya pekerjaan biasa. Sekolah di sekolah biasa. Punya tingkat pendidikan yang standard saja. Menjalani rutinitas yang sama. Tetap nyaman di daerah nyaman. Tak perlu mengejar beasiswa. Tak perlu mencoba kerja di luar negeri. Tak perlu mencoba sesuatu yang baru. Tak perlu berjuang seperti mbak Tari dengan suaminya. Padahal jika mereka mau, mereka mungkin saja bisa hidup nyaman, tanpa PhD di Indonesia. Dengan hidup biasa saja mungkin kita bisa bahagia, namun monoton dan not fun.
Surat kali ini terinspirasi dari tulisan mas van adams. Mas Padang ini sedang ada di Jerman juga, di Duisburg tepatnya, kalo tak salah beliau temannya Dzata. Balik lagi ke cerita tadi, taking risk sometime needed to gain some progress in our life. Melanjutkan sekolah misalnya. Bagaimana tidak full of risk? Melanjutkan sekolah keluar negeri akan memiliki banyak konsekuensi yang tak mudah. Sekilas mungkin orang melihat bahwa sekolah di luar negeri itu menyenangkan. Bisa jalan-jalan dan seru-seruan. Tapi itu cuma sedikit sweet thing dari sekolah di luar. Padahal banyak konsekuensi lain yang justru butuh perjuangan keras. Jauh dari keluarga dan teman, harus belajar keras dan hidup dengan sedikit terbatas, karena uang beasiswa tidak selalu melimpah ruah dan jauh dari hal-hal yang kita nyaman di dalamnya seperti kultur, budaya dan makanan. Namun aku merasa itu semua adalah perjuangan mengambil sedikit resiko yang kelak akan memberikan banyak manfaat untuk diri kita sendiri di masa depan. Dulu bahkan teman-teman NFS sering geleng-geleng ketika aku sering kali menggebu-gebu cerita untuk bisa sekolah setinggi mungkin. "Gue mah udah capek belajar, Jon." Kata mereka. Menariknya, aku punya sosok inspirasional yang sangat dekat dengan diriku: istriku sendiri.
Jauh dari keluarga itu tak enak. Ini yang aku rasakan saat jauh dari istriku padahal baru dua bulan saja. Namun ini adalah konsekuensi untuk hal-hal yang lebih enak kelaknya. Justru dari kesempatan ini pula aku (semoga juga bunda) bisa belajar banyak hal. Belajar sabar, belajar untuk lebih saling memahami dan belajar lebih keras agar bisa dekat lagi dengan keluarga dengan cara menyusul bunda ke Jerman.
Konsekuensi kedua dalam taking risk in life dalam hal studi adalah harus belajar keras. Post graduate study tentunya beda dengan S1. Kuliah di Jerman dengan kualitas pendidikan yang top tentunya beda dengan kuliah S1 di universitas negeri yang standar. Perjuangannya pasti akan keras sekali. Aku sangat terbayang melihat dari yang sudah bunda jalani. Membuat paper, tugas yang bertumpuk, membaca materi, menyiapkan presentasi dan ujian yang menantang. Meski belum menjalani dan belum tahu rasa aslinya aku justru merasa itu semua akan menjadi paksaan yang positif. Terbiasa untuk belajar keras. Lebih disiplin. Lebih "terpaksa" untuk mau membaca. Full of risk namun akan menjadi fun untuk jangka panjang. Sense of fulfilment dan kesempatan untuk mengamalkan apa yang kita punya.
Jika menilik dari pertimbangan finansial, tentunya akan lebih menguntungkan untuk kerja dari pada kuliah. Dengan kerja barangkali kita bisa cepat menabung untuk membeli rumah. Dengan kuliah sepertinya tidak bisa terlalu banyak menabung karena itu tadi beasiswa uangnya tidak selalu melimpah. Namun di situ juga risknya. Bagaimana dengan resource yang terbatas tersebut kita "dipaksa" untuk belajar keras. Sehingga kelak di depan otomatis bisa punya karir yang lebih baik dalam berkarya. Menabungnya memang ditunda sedikit. Namun justru akan lebih baik dari pada menunda umur untuk sekolah lagi.
Terakhir konsekuensi yang tak enak dan harus benar-benar dipikirkan adalah masalah kultur, kebiasaan dan makanan. Sesampai Jonggol kemarin aku membabi buta makan banyak makanan. Mie ayam, bakso, sop buah, rendang, gorengan dan bahkan tahu gejrot. Makanan Indonesia memang tak ada matinya. Cukup terbayang nanti harus agak memendam rindu makanan saat jauh dari negara asal. Meski terlihat sepele ini juga full of risk. Di singapura ada beberapa teman-teman India aku yang punya masalah penceranaan karena makanan yang tak cocok. Bahkan aku sendiri pun pernah mual beberapa minggu karena masalah makanan juga. Masalah kultur juga harus dipertimbangkan. Mungkin kita akan kangen suara adzan. Kangen suasana kampung. Namun semua itu harus direlaka demi mengejar long term benefit dalam menuntut ilmu.
Seperti surat yang pernah aku tulis waktu itu, aku ingin sekolah sampai mentok. Ingin menulis buku suatu saat nanti (meski hingga detik ini belum ada wujud nyatanya). Aku juga ingin menjadi speaker yang inspirasional. Sehingga kelak, anak-anakku akan bangga dengan ayahnya dan istriku akan bangga dengan suaminya. Aku jadi ingat juga hari ketika pertama bunda memasang peta di kamar. Betapa bola matamu nampak terlihat sangat ceria. Aku ingin bisa keliling dunia bersamamu. S2 di Eropa dan S3 di Amerika mungkin? :) Untuk mencapai itu semua memang full of risk. But that gonna be so fun, especially if I can do that with you.
Bunda jemput aku di Frankfut ya beberapa hari sebelum Ramadhan tahun ini. Ingatkah kamu beberapa hari sebelum Ramadhan tahun lalu seorang pria asing yang sederhana menyatakan cinta. Pria itu semakin jatuh cinta padamu setiap harinya. Terima kasih sudah mengambil resiko untuk menerima cinta pria itu. Pria itu akan berusaha untuk memastikan resiko yang telah bunda ambil tidak akan sia-sia dan akan berbuah hal yang manis.
PS: I love you
Friday, May 25, 2012
Dear wifey - Beautiful Saturday
Dear Bunda,
Hari ini adalah hari Sabtu. Hari Sabtu adalah hari paling menyenangkan. Terutama saat masa-masa kita pertama dekat. Sabtu adalah hari kencan kita!!! Kencan pertama pasti tak akan terlupa. Kencan saat makan soto ceker tidak akan kita hitung, sebab ada Linda di sana. Namun sejak bertemu di soto ceker itu aku sudah melihat kedodolan bunda dan mulai merasakan benih-benih asrama :p. Kencan offisial pertama kita adalah ngedate di eat and eat ganci.
Aku masih ingat betapa bersemangatnya aku hari itu. Sudah lama aku tak pakai parfum. Namun hari itu aku memakai cologne. Berhubung rambut masih polem mode activated, aku ga pake gell. Tapi hari itu benar-benar aku berusaha tampil excellent. Sejak berangkat dari rumah aku sudah galau sebenarnya antara pengen menjemput bunda ke rumah atau menunggu di ganci. Sebab aku takut bunda bukan tipical ladies bike material. Takutnya bukan tipikal perempuan yang mau berangin-angin, berpanas-panas dan kena asap jalanan. Akhirnya kita bertemu di ganci dan bunda berangkat dengan pria lain :'( (bang Edas) hehe.
Sampai di ganci aku langsung parkir si merah. Venue date kita adalah eat and eat. Hari itu adalah hari pertama aku ke ganci. Sejak hari itu ganci manjadi mall yang paling aku (dan bunda) sering kunjungi. Oleh karena aku tak tahu ganci, bunda memberi guide bahwa eat and eat itu ada di floor sekian. Bunda salah memberi guide. Kelebihan satu lantai. Saat sampai di lantai yang bunda beritahu tak ada apa-apa di sana. Akhirnya aku turun satu lantai. Saat di depan eat and eat aku celingukan dengan tetap sok cool mencari-cari bunda. Seketika seseorang menutup mata aku dari belakang dengan kedua tangannya. Agak kaget merasakan tangan yang harum dan lembut itu di mata dan wajah aku. Bunda sudah menutup mata aku dari belakang di kencan pertama!! Bunda sudah menutup mata aku dari belakang di kencan pertama!! Bunda sudah menutup mata aku dari belakang di kencan pertama!! Ok sudah cukup :p. Tentu saja aku langsung merona-rona merah, sesuai dengan dress code bunda pada hari itu.
Hari itu kita ngobrol lama sekali. Yang aku ingat dari jam 1 sampai jam 5. Sebenarnya kita berencana karoke. Tapi berhubung suara aku hilang pada kencan pertama itu (benar-benar impresiffff (-_-")) aku hanya berusaha mengajak bunda mengobrol saja. Awalnya aku takut kehabisan bahan percakapan. Namun justru bunda yang tak berhenti berbicara.
Sejak hari itu setiap hari selalu menjadi hari indah. Tentu saja Sabtu menjadi terlalu indah, sebab kita menghabiskan waktu hampir selalu seharian penuh, terkadang hingga tengah malam. Yang aku ingat, nyaris setiap wiken kita pasti selalu bertemu. Kelak saat kita berkumpul lagi, aku ingin berusaha membangun hari-hari indah bersama. Tentu saja kencan tak berhenti saat sebelum nikah. Setelah menikah tak boleh ada hal yang menghalangi kita untuk berlaku romantis. Ayah cinta bunda.
Jemput aku di Franfurt beberapa minggu lagi. Di sela-sela kuliah kita akan melakukan banyak kencan romantis di sana setiap wiken. Bagaimana dengan Menara Eifel di Paris? ;)
PS: I love you
Hari ini adalah hari Sabtu. Hari Sabtu adalah hari paling menyenangkan. Terutama saat masa-masa kita pertama dekat. Sabtu adalah hari kencan kita!!! Kencan pertama pasti tak akan terlupa. Kencan saat makan soto ceker tidak akan kita hitung, sebab ada Linda di sana. Namun sejak bertemu di soto ceker itu aku sudah melihat kedodolan bunda dan mulai merasakan benih-benih asrama :p. Kencan offisial pertama kita adalah ngedate di eat and eat ganci.
Aku masih ingat betapa bersemangatnya aku hari itu. Sudah lama aku tak pakai parfum. Namun hari itu aku memakai cologne. Berhubung rambut masih polem mode activated, aku ga pake gell. Tapi hari itu benar-benar aku berusaha tampil excellent. Sejak berangkat dari rumah aku sudah galau sebenarnya antara pengen menjemput bunda ke rumah atau menunggu di ganci. Sebab aku takut bunda bukan tipical ladies bike material. Takutnya bukan tipikal perempuan yang mau berangin-angin, berpanas-panas dan kena asap jalanan. Akhirnya kita bertemu di ganci dan bunda berangkat dengan pria lain :'( (bang Edas) hehe.
Sampai di ganci aku langsung parkir si merah. Venue date kita adalah eat and eat. Hari itu adalah hari pertama aku ke ganci. Sejak hari itu ganci manjadi mall yang paling aku (dan bunda) sering kunjungi. Oleh karena aku tak tahu ganci, bunda memberi guide bahwa eat and eat itu ada di floor sekian. Bunda salah memberi guide. Kelebihan satu lantai. Saat sampai di lantai yang bunda beritahu tak ada apa-apa di sana. Akhirnya aku turun satu lantai. Saat di depan eat and eat aku celingukan dengan tetap sok cool mencari-cari bunda. Seketika seseorang menutup mata aku dari belakang dengan kedua tangannya. Agak kaget merasakan tangan yang harum dan lembut itu di mata dan wajah aku. Bunda sudah menutup mata aku dari belakang di kencan pertama!! Bunda sudah menutup mata aku dari belakang di kencan pertama!! Bunda sudah menutup mata aku dari belakang di kencan pertama!! Ok sudah cukup :p. Tentu saja aku langsung merona-rona merah, sesuai dengan dress code bunda pada hari itu.
Hari itu kita ngobrol lama sekali. Yang aku ingat dari jam 1 sampai jam 5. Sebenarnya kita berencana karoke. Tapi berhubung suara aku hilang pada kencan pertama itu (benar-benar impresiffff (-_-")) aku hanya berusaha mengajak bunda mengobrol saja. Awalnya aku takut kehabisan bahan percakapan. Namun justru bunda yang tak berhenti berbicara.
Sejak hari itu setiap hari selalu menjadi hari indah. Tentu saja Sabtu menjadi terlalu indah, sebab kita menghabiskan waktu hampir selalu seharian penuh, terkadang hingga tengah malam. Yang aku ingat, nyaris setiap wiken kita pasti selalu bertemu. Kelak saat kita berkumpul lagi, aku ingin berusaha membangun hari-hari indah bersama. Tentu saja kencan tak berhenti saat sebelum nikah. Setelah menikah tak boleh ada hal yang menghalangi kita untuk berlaku romantis. Ayah cinta bunda.
Jemput aku di Franfurt beberapa minggu lagi. Di sela-sela kuliah kita akan melakukan banyak kencan romantis di sana setiap wiken. Bagaimana dengan Menara Eifel di Paris? ;)
PS: I love you
Dear wifey - Dua Bulan
Dear Bunda,
Seharusnya aku kirim email ini kemarin. Aku ingat pada tanggal 23. Namun justru tanggal 24 aku lupa dan malah menulis topik lain kemarin. Nah berhubung hari ini aku ingat, email kedua aku hari ini (sesuai janji hubby) akan membahas hal yang harusnya aku bahas kemarin.
24 Mei 2012. Jika dihitung itu artinya persis 2 bulan sejak bunda berangkat pada tanggal 24 Maret 2012 sebelum tengah malam. Seperti yang tadi aku ucapkan di skype salah satu momen paling gloomy pada hari itu adalah menjelang bunda masuk cek poin imigrasi. Aku merasa Jerman telah "merampas" bunda dari aku. Kita berpelukan sebelum bunda masuk pintu imigrasi. Waktu itu bunda menangis lepas dan aku pun jadi ikut-ikutan menangis. Pelukan itu adalah pelukan terakhir sebelum kita berpisah. Aku masih merasakan hangatnya pelukan malam itu. Aku sangat merindukan bunda.
Dua bulan ini adalah rekor kita berpisah. Meski skype setiap hari itu tetap tak senyata saat aku bisa melihat bunda dengan mata kepala sendiri. Mendengar dengan telinga secara langsung. Menyentuh dengan kulit asli. Aku rindu bunda.
Dulu aku sering bilang dan hingga sekarang masih cukup percaya bahwa Allah selalu punya rencana indah. Terutama untuk orang yang bersabar. Dua bulan memang masih pendek untuk pembuktian kesabaran. Namun bagiku jangankan dua bulan. Sehari tak bertemu bunda saja bisa membuat hati resah. Ini bukan klise sayang. Jika kamu tak percaya coba flashback di masa sejak awal kita kenal dan kemudian dekat. Hampir setiap hari aku mendatangimu kan? Tak pandang, pagi, siang, sore dan malam. Bahkan shubuh dini hari jika perlu. Aku selalu rindu bunda. Dulu, sekarang dan seterusnya.
Di tengah situasi yang masih tidak pasti aku selalu menaruh harap. Bisa lulus wawancara beasiswa kominfo. Bisa lulus mendapat LoA dari TU Ilmenau. Bisa lancar dalam semua persiapannya, mulai dari penuntasan masalah kerja, persiapan keberangkatan, dokumen, masalah finansial dan segala tetek bengeknya. Aku benar-benar berharap bisa bertemu bunda sebelum Ramadhan ini. Kita akan berpuasa bersama, sahur bersama, buka bersama, tadarus bersama, tarawih bersama dan menghadir pengajian bersama. Di suatu tempat yang indah meski jauh dari negeri kita.
Harap adalah doa, seperti suratku tempo lalu. Maka dari itu aku akan selalu berharap. Biar Allah yang memutuskan untuk kapan dan dalam bentuk apa menjawab harapku. Bunda ada salah satu harap lain yang tak pernah luput dari hatiku. Aku selalu berharap dan berdoa, untuk kelancaran kuliah bunda. Aku selalu berdoa agar bunda mendapat ketajaman pikiran dan kelapangan hati dalam menuntut ilmu yang barakah. Bunda selalu menjadi inspirasi ayah.
Bunda 2 bulan ini lama sekali rasanya. Namun aku yakin kita akan segera bertemu dalam waktu yang sangat dekat. Jemput aku di Frankfurt ya Agustus ini.
PS: I love you
Seharusnya aku kirim email ini kemarin. Aku ingat pada tanggal 23. Namun justru tanggal 24 aku lupa dan malah menulis topik lain kemarin. Nah berhubung hari ini aku ingat, email kedua aku hari ini (sesuai janji hubby) akan membahas hal yang harusnya aku bahas kemarin.
24 Mei 2012. Jika dihitung itu artinya persis 2 bulan sejak bunda berangkat pada tanggal 24 Maret 2012 sebelum tengah malam. Seperti yang tadi aku ucapkan di skype salah satu momen paling gloomy pada hari itu adalah menjelang bunda masuk cek poin imigrasi. Aku merasa Jerman telah "merampas" bunda dari aku. Kita berpelukan sebelum bunda masuk pintu imigrasi. Waktu itu bunda menangis lepas dan aku pun jadi ikut-ikutan menangis. Pelukan itu adalah pelukan terakhir sebelum kita berpisah. Aku masih merasakan hangatnya pelukan malam itu. Aku sangat merindukan bunda.
Dua bulan ini adalah rekor kita berpisah. Meski skype setiap hari itu tetap tak senyata saat aku bisa melihat bunda dengan mata kepala sendiri. Mendengar dengan telinga secara langsung. Menyentuh dengan kulit asli. Aku rindu bunda.
Dulu aku sering bilang dan hingga sekarang masih cukup percaya bahwa Allah selalu punya rencana indah. Terutama untuk orang yang bersabar. Dua bulan memang masih pendek untuk pembuktian kesabaran. Namun bagiku jangankan dua bulan. Sehari tak bertemu bunda saja bisa membuat hati resah. Ini bukan klise sayang. Jika kamu tak percaya coba flashback di masa sejak awal kita kenal dan kemudian dekat. Hampir setiap hari aku mendatangimu kan? Tak pandang, pagi, siang, sore dan malam. Bahkan shubuh dini hari jika perlu. Aku selalu rindu bunda. Dulu, sekarang dan seterusnya.
Di tengah situasi yang masih tidak pasti aku selalu menaruh harap. Bisa lulus wawancara beasiswa kominfo. Bisa lulus mendapat LoA dari TU Ilmenau. Bisa lancar dalam semua persiapannya, mulai dari penuntasan masalah kerja, persiapan keberangkatan, dokumen, masalah finansial dan segala tetek bengeknya. Aku benar-benar berharap bisa bertemu bunda sebelum Ramadhan ini. Kita akan berpuasa bersama, sahur bersama, buka bersama, tadarus bersama, tarawih bersama dan menghadir pengajian bersama. Di suatu tempat yang indah meski jauh dari negeri kita.
Harap adalah doa, seperti suratku tempo lalu. Maka dari itu aku akan selalu berharap. Biar Allah yang memutuskan untuk kapan dan dalam bentuk apa menjawab harapku. Bunda ada salah satu harap lain yang tak pernah luput dari hatiku. Aku selalu berharap dan berdoa, untuk kelancaran kuliah bunda. Aku selalu berdoa agar bunda mendapat ketajaman pikiran dan kelapangan hati dalam menuntut ilmu yang barakah. Bunda selalu menjadi inspirasi ayah.
Bunda 2 bulan ini lama sekali rasanya. Namun aku yakin kita akan segera bertemu dalam waktu yang sangat dekat. Jemput aku di Frankfurt ya Agustus ini.
PS: I love you
Thursday, May 24, 2012
Dear wifey - Pagi
Dear Bunda,
Pagi itu indah. Setelah shubuh aku tidak mengantuk seperti biasa. Aku keluarkan si merah lalu jalan-jalan pagi (di atas motor). Udaranya masih sangat segar. Matahari masih bersinar lembut. Menurut pelajaran IPA jaman SD, matahari pagi itu sangat sehat.
Ada banyak hal yang bisa dilihat pada pagi hari di kampung. Kesibukan orang-orang. Ada yang berangkat ke pasar, ada yang berangkat kerja ke pabrik, tukang ojek yang sibuk mondar-mandir mengantar jemput penumpang, beberapa perempatan pun terkadang macet karena banyak angkot mengantri mengetem. Aku menjadi dejavu masa-masa dulu. Saat jaman sekolah. Saat kuliah. Saat awal-awal kerja ketika masih PP dari Jonggol. Masa-masa itu aku tak pernah terpikir kelak akan bertemu wanita luar biasa seperti bunda.
Setelah puas berjalan-jalan pagi (di atas motor), aku jalan kaki untuk membeli nasi uduk. Jalan menuju warung nasi uduk becek lumpur karena semalam hujan. Aku tak rela si merah kotor :p. Sepanjang jalan orang-orang tersenyum dan saling menyapa. Indahnya kampung. Sepulang beli makanan aku tersenyum melihat anak sekolah yang berhenti berjalan ketakutan. Jika pernah baca buku laskar pelangi, ada salah seorang anggota laskar pelangi yang saat sekolah harus menunggu buaya lewat, karena ia tinggal di kampung terpencil. Nah, aku tersenyum saat melihat anak sekolah tadi pagi. Dia berhenti berjalan karena di depan kami ada seekor angsa galak yang sedang berkoak-koak. Aku pun mencoba sok berani mengusir angsa tersebut meski dengan sedikit ngeri juga. Untung angsanya mau pergi. Dulu aku juga pernah dikejar-kejar sekelompok angsa saat hendak berangkat sekolah. Indahnya pagi. :)
Pada saat yang bersamaan aku teringat bunda. Di mana ya bunda saat masa aku sekolah? Saat masa aku kuliah? Kenapa kita tak bertemu dari dulu? Aku juga sedikit memproyeksikan diri ke masa depan. Di mana ya nanti kita akan membangun rumah kita? Apa ya yang akan kita lakukan di pagi hari? Bersepada tandem? Jogging? Atau sekedar jalan-jalan pagi sambil mendorong stroller dengan baby kita di atasnya? Akan menjadi pagi yang indah.
Pagi ini aku mengupdate status facebook. I am falling in love. Setiap pagi aku selalu jatuh cinta pada bunda. Aku selalu rindu bunda. Aku ingin bisa segera bertemu bunda di Jerman. Menyambut pagi yang indah. Menikmati hari yang cerah, baik dingin maupun panas. Sambil merancang masa depan.
Dulu aku pernah bertanya, jika setiap hal itu ditetapkan oleh Allah, apa gunanya kita berikhtiar dalam berencana? Seorang sahabatku menjawab dengan diplomatis: agar kita tahu bahwa Allah itu selalu punya rencana yang jauh lebih indah. Pada awalnya aku tak mengerti dengan jawaban itu. Namun setelah coba sok mengerti aku bisa paham juga. Ikhtiar, doa dan tawakal. Tak ada ikhtiar dan doa yang tertolak. Ada juga yang tertunda atau terganti dengan sesuatu yang lebih baik. Meski kita merencana A, namun bisa jadi Allah justru memberi kita A++. Hingga akhirnya kita tahu bahwa benar adanya Allah punya rencana yang jauh lebih baik. Satu hal lagi Allah itu mengikuti sangkaan hamba-hambaNya. Jadi aku pun terus belajar untuk bersangka baik pada Allah sehingga sangkaanku tersebut bisa menjadi sesuatu yang nyata.
Bunda, aku tak sabar untuk selalu bisa menyambut pagi bersamamu. Di mana pun itu asalkan selalu bersamamu.
PS: I love you
Pagi itu indah. Setelah shubuh aku tidak mengantuk seperti biasa. Aku keluarkan si merah lalu jalan-jalan pagi (di atas motor). Udaranya masih sangat segar. Matahari masih bersinar lembut. Menurut pelajaran IPA jaman SD, matahari pagi itu sangat sehat.
Ada banyak hal yang bisa dilihat pada pagi hari di kampung. Kesibukan orang-orang. Ada yang berangkat ke pasar, ada yang berangkat kerja ke pabrik, tukang ojek yang sibuk mondar-mandir mengantar jemput penumpang, beberapa perempatan pun terkadang macet karena banyak angkot mengantri mengetem. Aku menjadi dejavu masa-masa dulu. Saat jaman sekolah. Saat kuliah. Saat awal-awal kerja ketika masih PP dari Jonggol. Masa-masa itu aku tak pernah terpikir kelak akan bertemu wanita luar biasa seperti bunda.
Setelah puas berjalan-jalan pagi (di atas motor), aku jalan kaki untuk membeli nasi uduk. Jalan menuju warung nasi uduk becek lumpur karena semalam hujan. Aku tak rela si merah kotor :p. Sepanjang jalan orang-orang tersenyum dan saling menyapa. Indahnya kampung. Sepulang beli makanan aku tersenyum melihat anak sekolah yang berhenti berjalan ketakutan. Jika pernah baca buku laskar pelangi, ada salah seorang anggota laskar pelangi yang saat sekolah harus menunggu buaya lewat, karena ia tinggal di kampung terpencil. Nah, aku tersenyum saat melihat anak sekolah tadi pagi. Dia berhenti berjalan karena di depan kami ada seekor angsa galak yang sedang berkoak-koak. Aku pun mencoba sok berani mengusir angsa tersebut meski dengan sedikit ngeri juga. Untung angsanya mau pergi. Dulu aku juga pernah dikejar-kejar sekelompok angsa saat hendak berangkat sekolah. Indahnya pagi. :)
Pada saat yang bersamaan aku teringat bunda. Di mana ya bunda saat masa aku sekolah? Saat masa aku kuliah? Kenapa kita tak bertemu dari dulu? Aku juga sedikit memproyeksikan diri ke masa depan. Di mana ya nanti kita akan membangun rumah kita? Apa ya yang akan kita lakukan di pagi hari? Bersepada tandem? Jogging? Atau sekedar jalan-jalan pagi sambil mendorong stroller dengan baby kita di atasnya? Akan menjadi pagi yang indah.
Pagi ini aku mengupdate status facebook. I am falling in love. Setiap pagi aku selalu jatuh cinta pada bunda. Aku selalu rindu bunda. Aku ingin bisa segera bertemu bunda di Jerman. Menyambut pagi yang indah. Menikmati hari yang cerah, baik dingin maupun panas. Sambil merancang masa depan.
Dulu aku pernah bertanya, jika setiap hal itu ditetapkan oleh Allah, apa gunanya kita berikhtiar dalam berencana? Seorang sahabatku menjawab dengan diplomatis: agar kita tahu bahwa Allah itu selalu punya rencana yang jauh lebih indah. Pada awalnya aku tak mengerti dengan jawaban itu. Namun setelah coba sok mengerti aku bisa paham juga. Ikhtiar, doa dan tawakal. Tak ada ikhtiar dan doa yang tertolak. Ada juga yang tertunda atau terganti dengan sesuatu yang lebih baik. Meski kita merencana A, namun bisa jadi Allah justru memberi kita A++. Hingga akhirnya kita tahu bahwa benar adanya Allah punya rencana yang jauh lebih baik. Satu hal lagi Allah itu mengikuti sangkaan hamba-hambaNya. Jadi aku pun terus belajar untuk bersangka baik pada Allah sehingga sangkaanku tersebut bisa menjadi sesuatu yang nyata.
Bunda, aku tak sabar untuk selalu bisa menyambut pagi bersamamu. Di mana pun itu asalkan selalu bersamamu.
PS: I love you
Wednesday, May 23, 2012
Dear wifey - Harap yang Gratis dan Doa yang tak Berbayar
Dear Bunda,
Pertama ayah mau mengucapkan berzillion maaf sudah benar-benar khilaf menulis email pagi ini. Biasanya di Singapura ayah menulis email sebelum shubuh, atau ba'da shubuh, saat di bus 67 di perjalanan dari Farrer Park ke Technopark at Chai Chee. Ada kalanya juga, saat sedang libur, ba'da shubuh suka mengantuukk banget. Jadi baru menulis email siang harinya. Namun biasanya ayah selalu mengirim surat sebelum bunda bangun.
Hari ini ba'da shubuh ayah sangat mengantuk. Sehingga tidur cukup pulas dan bangun beberapa kali untuk ke kamar kecil. Saat bangun pagi akhirnya ayah tadi menelepon penerjemah, memeriksa dokumen-dokumen studi, menelepon mandiri menanyakan prosedur buka rekening dan barusan menelepon BCA untuk convert transaksi tiket lion kemarin menjadi cicilan. Sebab jika tidak diconvert akan sangat memberatkan cashflow kita. Nah karena terlalu sok excited mau buka rekening dan belanja baju ayah benar-benar khilaf. Maafkan ayah ya sayang. Tak ada sedikitpun ketidakistiqamahan yang disengaja.
Siang ini (pagi waktu Ilmenau) ayah benar-benar ingin memanjatkan puji syukur yang tak terkira. Ayah masih ingat jelas kemarin saat sampai Jonggol dan menerima email dari kominfo betapa rasa hati bahagia tak terkira. Pada saat yang sama, ayah masih mengingat jelas juga, betapa ayah sempat desperate terhadap status seleksi beasiswa kominfo ini. Apalagi bunda ingat betul kan bahwa dokumen beasiswa ayah tidak lengkap. Namun dari itu semua, ayah jadi ingat status facebook bunda beberapa waktu lalu. Yang kira-kira isinya, Jika Allah menginginkan sesuatu untuk terjadi, maka pasti akan terjadi. Demikian juga ayah masih mengingat betapa banyak bunda terus menyemangati ayah. Dengan cerita rajutan dan support yang tak pernah berhenti. Di saat yang sama ayah merasa malu, betapa ayah belum bisa sebaliknya mensupport bunda. Ayah malah lebih banyak membuat bunda susah hati dan sedih. Ayah juga malu dengan berjalannya waktu ayah semakin terlihat sebagai pria lemah di mata bunda. Ayah agak mudah menyerah dan terkadang mudah untuk hampir putus asa. Namun ayah ingin belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
Jika boleh mengkhayal, ayah tak sabar untuk segera bertemu bunda di Jerman Oktober ini. Seperti ending surat yang selalu ayah tuliskan di setiap surat. Tunggu aku di Jerman, beberapa bulan dari sekarang. Meski terkesan kalimat yang datar, namun ayah menulis itu dengan hati dan pengharapan yang besar. Untuk bisa berkumpul dengan istri tercinta, belajar bersama-sama, bertualang berdua dan merajut mimpi. Jika harap itu gratis dan doa itu tak perlu membayar, aku ingin selalu menaruh harap. Aku juga akan belajar untuk tidak pernah kecewa saat terkadang harap tak selalu instan sama dengan kenyataan dan doa tidak diijabah seketika. Aku ingin belajar untuk selalu tawakal dan ikhlas atas ketetapan Allah. Aku juga ingin terus bisa belajar dan berupaya bisa selalu membahagiakan istri aku.
Jika harap itu gratis dan doa itu tak berbayar, aku ingin bisa berhaji beberapa bulan dari sekarang bersama bunda. Tunggu aku di Jerman dalam waktu yang sangat dekat. Ayah mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk semua hal yang sudah bunda lakukan untuk ayah. Ayah juga akan berusaha untuk melakukan apa pun untuk bunda.
Bunda maafkan ayah benar-benar khilaf untuk email hari ini. Ayah sayang bunda.
PS: I love you
Pertama ayah mau mengucapkan berzillion maaf sudah benar-benar khilaf menulis email pagi ini. Biasanya di Singapura ayah menulis email sebelum shubuh, atau ba'da shubuh, saat di bus 67 di perjalanan dari Farrer Park ke Technopark at Chai Chee. Ada kalanya juga, saat sedang libur, ba'da shubuh suka mengantuukk banget. Jadi baru menulis email siang harinya. Namun biasanya ayah selalu mengirim surat sebelum bunda bangun.
Hari ini ba'da shubuh ayah sangat mengantuk. Sehingga tidur cukup pulas dan bangun beberapa kali untuk ke kamar kecil. Saat bangun pagi akhirnya ayah tadi menelepon penerjemah, memeriksa dokumen-dokumen studi, menelepon mandiri menanyakan prosedur buka rekening dan barusan menelepon BCA untuk convert transaksi tiket lion kemarin menjadi cicilan. Sebab jika tidak diconvert akan sangat memberatkan cashflow kita. Nah karena terlalu sok excited mau buka rekening dan belanja baju ayah benar-benar khilaf. Maafkan ayah ya sayang. Tak ada sedikitpun ketidakistiqamahan yang disengaja.
Siang ini (pagi waktu Ilmenau) ayah benar-benar ingin memanjatkan puji syukur yang tak terkira. Ayah masih ingat jelas kemarin saat sampai Jonggol dan menerima email dari kominfo betapa rasa hati bahagia tak terkira. Pada saat yang sama, ayah masih mengingat jelas juga, betapa ayah sempat desperate terhadap status seleksi beasiswa kominfo ini. Apalagi bunda ingat betul kan bahwa dokumen beasiswa ayah tidak lengkap. Namun dari itu semua, ayah jadi ingat status facebook bunda beberapa waktu lalu. Yang kira-kira isinya, Jika Allah menginginkan sesuatu untuk terjadi, maka pasti akan terjadi. Demikian juga ayah masih mengingat betapa banyak bunda terus menyemangati ayah. Dengan cerita rajutan dan support yang tak pernah berhenti. Di saat yang sama ayah merasa malu, betapa ayah belum bisa sebaliknya mensupport bunda. Ayah malah lebih banyak membuat bunda susah hati dan sedih. Ayah juga malu dengan berjalannya waktu ayah semakin terlihat sebagai pria lemah di mata bunda. Ayah agak mudah menyerah dan terkadang mudah untuk hampir putus asa. Namun ayah ingin belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
Jika boleh mengkhayal, ayah tak sabar untuk segera bertemu bunda di Jerman Oktober ini. Seperti ending surat yang selalu ayah tuliskan di setiap surat. Tunggu aku di Jerman, beberapa bulan dari sekarang. Meski terkesan kalimat yang datar, namun ayah menulis itu dengan hati dan pengharapan yang besar. Untuk bisa berkumpul dengan istri tercinta, belajar bersama-sama, bertualang berdua dan merajut mimpi. Jika harap itu gratis dan doa itu tak perlu membayar, aku ingin selalu menaruh harap. Aku juga akan belajar untuk tidak pernah kecewa saat terkadang harap tak selalu instan sama dengan kenyataan dan doa tidak diijabah seketika. Aku ingin belajar untuk selalu tawakal dan ikhlas atas ketetapan Allah. Aku juga ingin terus bisa belajar dan berupaya bisa selalu membahagiakan istri aku.
Jika harap itu gratis dan doa itu tak berbayar, aku ingin bisa berhaji beberapa bulan dari sekarang bersama bunda. Tunggu aku di Jerman dalam waktu yang sangat dekat. Ayah mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk semua hal yang sudah bunda lakukan untuk ayah. Ayah juga akan berusaha untuk melakukan apa pun untuk bunda.
Bunda maafkan ayah benar-benar khilaf untuk email hari ini. Ayah sayang bunda.
PS: I love you
Tuesday, May 22, 2012
Dear wifey - Ketidakmatematisan Rejeki
Dear Bunda,
Aku selalu sedih jika pulang ke Jakarta sejak bunda berangkat ke Jerman. Padahal dulu aku selalu girang tak terkira sebab aku bisa bertemu bunda di Jakarta. Aku masih sering ingat saat lari-lari naik turun MRT menarik-narik koper kosong sepulang kantor menuju Changi airport. Terakhir kali aku masih ingat jelas saat bunda menjemput aku di bandara 2 hari sebelum bunda berangkat. Aku rindu bunda :'(.
Sayang, dulu aku sering tak percaya jika rejeki itu tak selalu matematis. Sejak tahu aku tak diundang wawancara gelombang pertama beasiswa kominfo tahun 2011, aku sempat patah arang mengejar beasiswa. Namun aku malah berpikir untuk kuliah sambil kerja saja di Jakarta. Aku sempat mau mendaftar Teknik Informatika UI kelas ekstensi. Aku bahkan sudah merancang rencana finansial untuk membiayai kuliah tersebut. SPP S2 Teknik Informatika UI kira-kira 60 juta untuk 4 semester. Jauh lebih mahal mungkin jika dibanding dengan kampus bagus di Jerman sekali pun. Aku merancang rencana finansial dengan cukup detail. Aku bahkan sudah rela untuk mengurangi jatah makan dan jajan demi bisa segera kuliah. Aku bertanya pada beberapa teman-teman untuk mencari saran dalam mengeksekusi rencana ini. Pada waktu itu aku belum kepikiran nikah karena pada waktu itu belum kenal bunda.
Lucunya, tak lama dari semangat yang menggebu-gebu tersebut aku justru diundang wawancara kominfo gelombang kedua. Di sanalah kita bertemu. Setelah kenal dan semakin dekat, akhirnya prioritasku sedikit bergeser. Akhirnya kita menikah pada bulan November. Penyelenggaraan pernikahan tersebut berjalan dengan sangat sempurna meski padahal jika dirunut secara rasional aku masih terheran-heran sampai sekarang, bagaimana mungkin itu semua bisa tercapai padahal saat mengikrarkan niat untuk menikah aku hampir tak punya uang. Itulah Maha Kayanya Allah.
Oleh karena itu aku sangat tidak setuju dengan apa yang bunda khawatirkan semalam. Aku tidak merasa bangkrut. Memang kita masih agak merangkak. Namun kita akan terus berjalan berdua. Rejeki tidak bisa dihitung matematis, Insya Allah setiap dari kita ada rejeki masing-masing. Kelak baby-baby kita pun ada rejekinya masing-masing. Namun tentu saja semua itu harus ada upayanya. Oleh karena itu semalas-malasnya aku, masih suka meluangkan waktu belajar untuk enhance teknikal skill yang menjadi pedang dalam mencari nafkah. Kelak aku pun tak mau membatasi bunda dalam berkarya. Ingin bekerja di mana pun dan menjadi apa pun tak pernah aku akan membatasi asalkan masing-masing sadar hak dan kewajibannya. Namun harus diingat, tak pernah ada boleh perasaan merasa independen. Kita team, kita partner, harus saling kolaborasi dan bekerja sama. Tak ada yang lebih hebat dan tak ada yang lebih unggul.
Dulu aku membayangkan bulan keenam kerja di Singapura sudah akan mempunyai tabungan cukup. Namun fakta yang beda sekarang ini tak membuatku kecewa sedikitpun juga. Semua itu ada prosesnya. Tak bisa instan. Menabung memang harus dipaksa. Insya Allah ingin bisa mulai dari sekarang sambil menyicil sisa kewajiban-kewajiban hutang kita. Maafkan aku yang "menyeret" bunda ke jenjang pernikahan dalam kondisi finansial yang terlalu matang. Namun aku pikir ini akan menjadi salah satu indahnya pernikahan kita yang akan kita kenang selamanya. Kita akan selalu mengingat, betapa mudahnya aku desperate dalam menghadapi masalah, namun bunda selalu menyemangati aku berkali-kali. Kita juga akan selalu mengingat bagaimana bunda merasa bersalah dalam kondisi finansial kita, padahal faktanya perasaan tersebut tidak benar adanya. Kita baru menikah, kita sama-sama masih belajar. Belajar tidak harus melulu dari kesalahan. Kita bisa belajar dari mana pun. Dari buku, dari teman.
Aku benar-benar ingin bisa mulai menabung. Tak pernah berhenti belajar dan berkarya. Namun apa pun yang aku lakukan aku ingin selalu melakukannya dengan bunda. Dengan penuh harap, aku memohon bunda berkenan selalu mengkoreksi dan menasehati aku. Lembutnya sikap bunda adalah salah satu kebahagian terbesar yang tak tergantikan oleh harta apa pun. Bunda adalah harta terindahku.
Tunggu aku di Ilmenau ya sayang, dalam waktu yang sangat dekat. Semoga Allah selalu memudahkan rejeki kita. Ayah sayang bunda.
PS: I love you
Aku selalu sedih jika pulang ke Jakarta sejak bunda berangkat ke Jerman. Padahal dulu aku selalu girang tak terkira sebab aku bisa bertemu bunda di Jakarta. Aku masih sering ingat saat lari-lari naik turun MRT menarik-narik koper kosong sepulang kantor menuju Changi airport. Terakhir kali aku masih ingat jelas saat bunda menjemput aku di bandara 2 hari sebelum bunda berangkat. Aku rindu bunda :'(.
Sayang, dulu aku sering tak percaya jika rejeki itu tak selalu matematis. Sejak tahu aku tak diundang wawancara gelombang pertama beasiswa kominfo tahun 2011, aku sempat patah arang mengejar beasiswa. Namun aku malah berpikir untuk kuliah sambil kerja saja di Jakarta. Aku sempat mau mendaftar Teknik Informatika UI kelas ekstensi. Aku bahkan sudah merancang rencana finansial untuk membiayai kuliah tersebut. SPP S2 Teknik Informatika UI kira-kira 60 juta untuk 4 semester. Jauh lebih mahal mungkin jika dibanding dengan kampus bagus di Jerman sekali pun. Aku merancang rencana finansial dengan cukup detail. Aku bahkan sudah rela untuk mengurangi jatah makan dan jajan demi bisa segera kuliah. Aku bertanya pada beberapa teman-teman untuk mencari saran dalam mengeksekusi rencana ini. Pada waktu itu aku belum kepikiran nikah karena pada waktu itu belum kenal bunda.
Lucunya, tak lama dari semangat yang menggebu-gebu tersebut aku justru diundang wawancara kominfo gelombang kedua. Di sanalah kita bertemu. Setelah kenal dan semakin dekat, akhirnya prioritasku sedikit bergeser. Akhirnya kita menikah pada bulan November. Penyelenggaraan pernikahan tersebut berjalan dengan sangat sempurna meski padahal jika dirunut secara rasional aku masih terheran-heran sampai sekarang, bagaimana mungkin itu semua bisa tercapai padahal saat mengikrarkan niat untuk menikah aku hampir tak punya uang. Itulah Maha Kayanya Allah.
Oleh karena itu aku sangat tidak setuju dengan apa yang bunda khawatirkan semalam. Aku tidak merasa bangkrut. Memang kita masih agak merangkak. Namun kita akan terus berjalan berdua. Rejeki tidak bisa dihitung matematis, Insya Allah setiap dari kita ada rejeki masing-masing. Kelak baby-baby kita pun ada rejekinya masing-masing. Namun tentu saja semua itu harus ada upayanya. Oleh karena itu semalas-malasnya aku, masih suka meluangkan waktu belajar untuk enhance teknikal skill yang menjadi pedang dalam mencari nafkah. Kelak aku pun tak mau membatasi bunda dalam berkarya. Ingin bekerja di mana pun dan menjadi apa pun tak pernah aku akan membatasi asalkan masing-masing sadar hak dan kewajibannya. Namun harus diingat, tak pernah ada boleh perasaan merasa independen. Kita team, kita partner, harus saling kolaborasi dan bekerja sama. Tak ada yang lebih hebat dan tak ada yang lebih unggul.
Dulu aku membayangkan bulan keenam kerja di Singapura sudah akan mempunyai tabungan cukup. Namun fakta yang beda sekarang ini tak membuatku kecewa sedikitpun juga. Semua itu ada prosesnya. Tak bisa instan. Menabung memang harus dipaksa. Insya Allah ingin bisa mulai dari sekarang sambil menyicil sisa kewajiban-kewajiban hutang kita. Maafkan aku yang "menyeret" bunda ke jenjang pernikahan dalam kondisi finansial yang terlalu matang. Namun aku pikir ini akan menjadi salah satu indahnya pernikahan kita yang akan kita kenang selamanya. Kita akan selalu mengingat, betapa mudahnya aku desperate dalam menghadapi masalah, namun bunda selalu menyemangati aku berkali-kali. Kita juga akan selalu mengingat bagaimana bunda merasa bersalah dalam kondisi finansial kita, padahal faktanya perasaan tersebut tidak benar adanya. Kita baru menikah, kita sama-sama masih belajar. Belajar tidak harus melulu dari kesalahan. Kita bisa belajar dari mana pun. Dari buku, dari teman.
Aku benar-benar ingin bisa mulai menabung. Tak pernah berhenti belajar dan berkarya. Namun apa pun yang aku lakukan aku ingin selalu melakukannya dengan bunda. Dengan penuh harap, aku memohon bunda berkenan selalu mengkoreksi dan menasehati aku. Lembutnya sikap bunda adalah salah satu kebahagian terbesar yang tak tergantikan oleh harta apa pun. Bunda adalah harta terindahku.
Tunggu aku di Ilmenau ya sayang, dalam waktu yang sangat dekat. Semoga Allah selalu memudahkan rejeki kita. Ayah sayang bunda.
PS: I love you
Monday, May 21, 2012
Dear wifey - Ikatan Lahir Batin
Dear Bunda,
Pernikahan itu adalah ikatan. Ikatan lahir dan batin. Fisik dan mental. Raga dan jiwa. Pernikahan itu harus diawali dengan cinta. Meski sekedar suka dengan paras dan terutama akhlak saat taaruf. Dengan dasar itu ikatan jangka panjang akan lebih mudah lancar untuk dimulai. Meski dalam kasus tertentu ada juga pernikahan yang diawali tanpa cinta. Misalnya perjodohan. Atau orang yang melakukan taaruf yang fundamentalis benar-benar tanpa pacaran. Namun pada kebanyakan kasus semua biasa diawali dengan cinta. Mencari persamaan dan memahami dengan mendalam konsekuensi perbedaan yang mungkin muncul.
Pernikahan itu bukan sekedar mencari persamaan. Namun lebih kepada menyiasati perbedaan dengan tujuan untuk lebih mengokohkan lagi ikatan pernikahan. Secara mendasar laki-laki dan perempuan itu sudah beda. Beda secara fisik. Wanita itu kulitnya lembut dan laki-laki lebih kasar. Perempuan suaranya halus seperti anak-anak sementara laki-laki suaranya berat. Perempuan badannya gemulai dan laki-laki biasanya kekar.
Perbedaan akan semakin kentara lagi dalam tataran watak. Setiap manusia, bahkan saudara kembar sekali pun akan mempunyai watak yang tak sama. Tergantung di mana ia dibesarkan. Bagaimana ia dididik. Dengan siapa ia bergaul. Namun, berbeda dengan kondisi fisik yang cenderung permanen, watak adalah sesuatu yang bisa dirubah dan diperbaiki.
Memutuskan menikah itu adalah pilihan besar. Oleh karena itu dalam mengambil keputusan idealnya harus meminta nasehat dan petunjuk dari Yang Maha Tahu. Sarananya istikharah. Itulah yang hubby banyak lakukan sebelum kita menikah. Dengan berjalannya waktu hubby mengumpulkan keyakinan bahwa bunda adalah sosok yang paling tepat untuk dipersunting menjadi istri. Hubby pun merasa ketika bunda menerima proposal hubby artinya bunda sudah mencapai keyakinan yang sama dengan hubby, bahwa bunda yakin hubby yg terbaik. Dengan keyakinan tersebut artinya kita harus berkomitmen penuh menerima segala kelebihan dan terutama memaklumi sambil menasehati kekurangan pasangan kita.
Bunda, hidup ini belajar. Aku ingin terus belajar bersama bunda. Aku juga ingin berusaha belajarnya tanpa harus melalui situasi yang tak mengenakan. Aku ingin belajar menjadi lebih dewasa. Lebih bijak. Lebih shaleh. Lebih lembut. Lebih sabar. Seperti yang aku bilang dalam surat kemarin.
Enam bulan itu adalah usia yang masih sangat muda untuk sebuah pernikahan. Namun kita sudah melakukan banyak hal bersama. Kita pernah tinggal seatap bersama. Kita juga sudah tinggal berjauhan 2 bulan ini. Bunda selalu memberikan banyak hal manis. Aku terkadang seringkali membawa kesedihan di hati bunda. Aku menyesal sayang. Aku benar-benar menyesal tak tahu diri banyak menuntut namun tak sadar diri bahwa aku tak banyak melakukan hal yang dapat membahagiakan bunda.
Aku tak sekedar ingin menjadi suami abadi bunda, namun aku ingin menjadi suami abadi untuk bunda yang juga bisa abadi membahagiakan bunda. Membawa senyum di setiap pagi. Membawa ketenangan saat saling mengingat. Membawa kerinduan saat jauh. Membawa rasa tentram saat dekat. Pernikahan terkadang akan menghadapi cobaan. Namun aku tak mau menjadi sumber cobaan tersebut. Aku hanya ingin menjadi sumber kebahagiaan untuk bunda.
Maafkan aku yang belum bisa membahagiakan bunda. Ijinkan aku untuk bisa belajar untuk selalu membahagiakan bunda.
Salam rindu dari suami untuk istri terbaik di dunia. Insya Allah kita akan bertemu beberapa minggu lagi, sebelum lebaran. Di mana pun itu, tempatnya biar Allah yang menentukan. Aku ingin menjadi suamimu selamanya dalam ikatan pernikahan yang indah dan barakah.
PS: I love you
Pernikahan itu adalah ikatan. Ikatan lahir dan batin. Fisik dan mental. Raga dan jiwa. Pernikahan itu harus diawali dengan cinta. Meski sekedar suka dengan paras dan terutama akhlak saat taaruf. Dengan dasar itu ikatan jangka panjang akan lebih mudah lancar untuk dimulai. Meski dalam kasus tertentu ada juga pernikahan yang diawali tanpa cinta. Misalnya perjodohan. Atau orang yang melakukan taaruf yang fundamentalis benar-benar tanpa pacaran. Namun pada kebanyakan kasus semua biasa diawali dengan cinta. Mencari persamaan dan memahami dengan mendalam konsekuensi perbedaan yang mungkin muncul.
Pernikahan itu bukan sekedar mencari persamaan. Namun lebih kepada menyiasati perbedaan dengan tujuan untuk lebih mengokohkan lagi ikatan pernikahan. Secara mendasar laki-laki dan perempuan itu sudah beda. Beda secara fisik. Wanita itu kulitnya lembut dan laki-laki lebih kasar. Perempuan suaranya halus seperti anak-anak sementara laki-laki suaranya berat. Perempuan badannya gemulai dan laki-laki biasanya kekar.
Perbedaan akan semakin kentara lagi dalam tataran watak. Setiap manusia, bahkan saudara kembar sekali pun akan mempunyai watak yang tak sama. Tergantung di mana ia dibesarkan. Bagaimana ia dididik. Dengan siapa ia bergaul. Namun, berbeda dengan kondisi fisik yang cenderung permanen, watak adalah sesuatu yang bisa dirubah dan diperbaiki.
Memutuskan menikah itu adalah pilihan besar. Oleh karena itu dalam mengambil keputusan idealnya harus meminta nasehat dan petunjuk dari Yang Maha Tahu. Sarananya istikharah. Itulah yang hubby banyak lakukan sebelum kita menikah. Dengan berjalannya waktu hubby mengumpulkan keyakinan bahwa bunda adalah sosok yang paling tepat untuk dipersunting menjadi istri. Hubby pun merasa ketika bunda menerima proposal hubby artinya bunda sudah mencapai keyakinan yang sama dengan hubby, bahwa bunda yakin hubby yg terbaik. Dengan keyakinan tersebut artinya kita harus berkomitmen penuh menerima segala kelebihan dan terutama memaklumi sambil menasehati kekurangan pasangan kita.
Bunda, hidup ini belajar. Aku ingin terus belajar bersama bunda. Aku juga ingin berusaha belajarnya tanpa harus melalui situasi yang tak mengenakan. Aku ingin belajar menjadi lebih dewasa. Lebih bijak. Lebih shaleh. Lebih lembut. Lebih sabar. Seperti yang aku bilang dalam surat kemarin.
Enam bulan itu adalah usia yang masih sangat muda untuk sebuah pernikahan. Namun kita sudah melakukan banyak hal bersama. Kita pernah tinggal seatap bersama. Kita juga sudah tinggal berjauhan 2 bulan ini. Bunda selalu memberikan banyak hal manis. Aku terkadang seringkali membawa kesedihan di hati bunda. Aku menyesal sayang. Aku benar-benar menyesal tak tahu diri banyak menuntut namun tak sadar diri bahwa aku tak banyak melakukan hal yang dapat membahagiakan bunda.
Aku tak sekedar ingin menjadi suami abadi bunda, namun aku ingin menjadi suami abadi untuk bunda yang juga bisa abadi membahagiakan bunda. Membawa senyum di setiap pagi. Membawa ketenangan saat saling mengingat. Membawa kerinduan saat jauh. Membawa rasa tentram saat dekat. Pernikahan terkadang akan menghadapi cobaan. Namun aku tak mau menjadi sumber cobaan tersebut. Aku hanya ingin menjadi sumber kebahagiaan untuk bunda.
Maafkan aku yang belum bisa membahagiakan bunda. Ijinkan aku untuk bisa belajar untuk selalu membahagiakan bunda.
Salam rindu dari suami untuk istri terbaik di dunia. Insya Allah kita akan bertemu beberapa minggu lagi, sebelum lebaran. Di mana pun itu, tempatnya biar Allah yang menentukan. Aku ingin menjadi suamimu selamanya dalam ikatan pernikahan yang indah dan barakah.
PS: I love you
Sunday, May 20, 2012
Dear wifey - The Day when I want to stop say sorry
Dear Bunda,
Rasa sedih aku besar sekali sejak semalam bisa menatap wajah bunda lagi. Aku benar-benar menyesal kenapa aku bersikap tidak baik seperti itu. Aku merasa takut sudah membuat luka yang besar di hati bunda. Luka yang bunda berusaha menutupinya dengan ekspresi tetap terlihat ceria. Padahal bisa jadi luka yang tercipta itu sangat besar adanya. Aku takut karena tersembunyi ia akan sembuh lama. Aku benci saat bilang menyesal namun sebenarnya selalu mengulang salah. Aku juga benci setiap berjanji namun tak mampu untuk memegangnya. Aku ingin bisa menyembuhkan semua luka bunda dan membangun kepercayaan bunda lagi.
Rumah tangga kita masih amat sangat panjang. Usianya sekarang baru 6 bulan lebih 2 hari. Kelak kita masih akan menghabiskan waktu tak terhingga untuk membangun rumah kita, merawat anak kita, menggapai mimpi-mimpi kita dan merajut cinta tiada akhir. Menjadi dewasa bersama dan tua bersama. Ingat gak dulu bunda pernah menshare lagu Adam Sandler sebelum kita menikah.
I could be the man who grows old with you I wanna grow old with you
Aku tak ingin keinginan-keinginan indah itu terkalahkan oleh sebuah egoisme semu seperti yang telah aku lakukan. Konflik pasti selalu ada. Tapi aku pun sadar diri teramat sangat tak patut untuk terus menjadi sumber konflik. Maafkan aku yang masih belum dewasa. Maafkan aku yang masih jauh dari keshalehan ahklak seorang suami ideal. Tapi aku akan terus belajar sayang. Belajar yang sebenar-benarnya. Seperti forward message yang bunda kirim terakhir kali.
Yang penting bukan bagaimana orang harus baik padaku, melainkan bagaimana aku berusaha baik pada orang lain. Bukan orang lain yang bikin aku bahagia, melainkan sikap diriku sendiri-lah yang menentukan, aku bahagia atau tidak. Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini, tidak akan terulang kembali. Namun ada satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan, yaitu BELAJAR dari masa lalu untuk hari esok yang lebih baik.
Hidup adalah proses, Hidup adalah belajar. Tanpa ada batas umur Tanpa ada kata tua.
JATUH, berdiri lagi .. KALAH, mencoba lagi .. GAGAL, bangkit lagi ..
Aku ingin bisa sabar dan lembut selalu pada istriku. Meski mungkin ini terdengar omong kosong dengan banyak hal yang sudah aku lakukan. Sebagai pria yang terkadang lemah senjataku cuma satu, adalah doa. Kemana pun bunda pergi aku selalu mendoakan bunda. Aku selalu berdoa untuk dapat membahagiakan bunda. Aku selalu berdoa memohon Allah menjagakan bunda. Aku tak pernah lepas berdoa agar Allah menajamkan pikiran dan meluaskan hati bunda dalam belajar.
I wanna grow old with you honey. But more than that I also want to be mature for you. Many people said, getting older is a certain thing, but getting mature is a choice. Then being immature is also a choice. I won't be the last one.
Sebelum menikah aku selalu merasa semuanya indah. Semuanya mudah. Namun setelah menjalani pernikahan ini, aku tetap merasa ini semua sangat indah, namun penuh tantangan memang. Untuk bersabar saat hati berat untuk bersabar itu penuh tantangan. Untuk menurut saat jiwa memberontak pun penuh tantangan. Untuk bisa tersenyum meski hati terluka (seperti yang bunda sering lakukan :'( ) itu pun tantangan yang teramat sulit. Aku ingin kita bersama bisa mengalahkan semua tantangan-tantangan itu untuk menggapai keindahan pernikahan yang hakiki.
Bunda, aku tak mau terus berjanji. Aku tak mau terus menyesal.
Aku hanya ingin bilang, aku ingin berubah. Aku ingin menjadi lebih baik lagi. Aku ingin lebih shaleh. AKu ingin memelihara akhlak yang baik. Aku ingin lebih sabar. Aku ingin lebih penyayang. Aku ingin menjadi tidak pemarah. Aku tak ingin cemburu yang tak perlu. Aku ingin bisa percaya bunda. Agar bunda juga bisa percaya aku. Aku ingin terus belajar. Aku ingin menjadi pasangan sempurnamu. Aku ingin menjadi mimpi-mimpimu. Aku ingin menjadi orang yang selalu kau rindu. Pria yang selalu ingin kau peluk. Orang yang membuatmu bahagia saat dekat. Orang yang akan kau kangeni ketika jauh.
Aku akan berdoa dan berupaya sebaik mungkin untuk bisa menjadi itu semua. Sehingga kelak mukaku tak tebal lagi saat lagi dan lagi mengatakan maaf untuk sebuah kebodohan yang berulang.
Bunda, kamu adalah separuh jiwaku. Engkau adalah cinta abadiku. Cintaku padamu tak bisa diukur lagi. Aku ingin bisa mencintaimu sebesar dan lebih besar dari bunda mencintai aku. I want to be with you forever.
PS: I love you
Rasa sedih aku besar sekali sejak semalam bisa menatap wajah bunda lagi. Aku benar-benar menyesal kenapa aku bersikap tidak baik seperti itu. Aku merasa takut sudah membuat luka yang besar di hati bunda. Luka yang bunda berusaha menutupinya dengan ekspresi tetap terlihat ceria. Padahal bisa jadi luka yang tercipta itu sangat besar adanya. Aku takut karena tersembunyi ia akan sembuh lama. Aku benci saat bilang menyesal namun sebenarnya selalu mengulang salah. Aku juga benci setiap berjanji namun tak mampu untuk memegangnya. Aku ingin bisa menyembuhkan semua luka bunda dan membangun kepercayaan bunda lagi.
Rumah tangga kita masih amat sangat panjang. Usianya sekarang baru 6 bulan lebih 2 hari. Kelak kita masih akan menghabiskan waktu tak terhingga untuk membangun rumah kita, merawat anak kita, menggapai mimpi-mimpi kita dan merajut cinta tiada akhir. Menjadi dewasa bersama dan tua bersama. Ingat gak dulu bunda pernah menshare lagu Adam Sandler sebelum kita menikah.
I could be the man who grows old with you I wanna grow old with you
Aku tak ingin keinginan-keinginan indah itu terkalahkan oleh sebuah egoisme semu seperti yang telah aku lakukan. Konflik pasti selalu ada. Tapi aku pun sadar diri teramat sangat tak patut untuk terus menjadi sumber konflik. Maafkan aku yang masih belum dewasa. Maafkan aku yang masih jauh dari keshalehan ahklak seorang suami ideal. Tapi aku akan terus belajar sayang. Belajar yang sebenar-benarnya. Seperti forward message yang bunda kirim terakhir kali.
Yang penting bukan bagaimana orang harus baik padaku, melainkan bagaimana aku berusaha baik pada orang lain. Bukan orang lain yang bikin aku bahagia, melainkan sikap diriku sendiri-lah yang menentukan, aku bahagia atau tidak. Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini, tidak akan terulang kembali. Namun ada satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan, yaitu BELAJAR dari masa lalu untuk hari esok yang lebih baik.
Hidup adalah proses, Hidup adalah belajar. Tanpa ada batas umur Tanpa ada kata tua.
JATUH, berdiri lagi .. KALAH, mencoba lagi .. GAGAL, bangkit lagi ..
Aku ingin bisa sabar dan lembut selalu pada istriku. Meski mungkin ini terdengar omong kosong dengan banyak hal yang sudah aku lakukan. Sebagai pria yang terkadang lemah senjataku cuma satu, adalah doa. Kemana pun bunda pergi aku selalu mendoakan bunda. Aku selalu berdoa untuk dapat membahagiakan bunda. Aku selalu berdoa memohon Allah menjagakan bunda. Aku tak pernah lepas berdoa agar Allah menajamkan pikiran dan meluaskan hati bunda dalam belajar.
I wanna grow old with you honey. But more than that I also want to be mature for you. Many people said, getting older is a certain thing, but getting mature is a choice. Then being immature is also a choice. I won't be the last one.
Sebelum menikah aku selalu merasa semuanya indah. Semuanya mudah. Namun setelah menjalani pernikahan ini, aku tetap merasa ini semua sangat indah, namun penuh tantangan memang. Untuk bersabar saat hati berat untuk bersabar itu penuh tantangan. Untuk menurut saat jiwa memberontak pun penuh tantangan. Untuk bisa tersenyum meski hati terluka (seperti yang bunda sering lakukan :'( ) itu pun tantangan yang teramat sulit. Aku ingin kita bersama bisa mengalahkan semua tantangan-tantangan itu untuk menggapai keindahan pernikahan yang hakiki.
Bunda, aku tak mau terus berjanji. Aku tak mau terus menyesal.
Aku hanya ingin bilang, aku ingin berubah. Aku ingin menjadi lebih baik lagi. Aku ingin lebih shaleh. AKu ingin memelihara akhlak yang baik. Aku ingin lebih sabar. Aku ingin lebih penyayang. Aku ingin menjadi tidak pemarah. Aku tak ingin cemburu yang tak perlu. Aku ingin bisa percaya bunda. Agar bunda juga bisa percaya aku. Aku ingin terus belajar. Aku ingin menjadi pasangan sempurnamu. Aku ingin menjadi mimpi-mimpimu. Aku ingin menjadi orang yang selalu kau rindu. Pria yang selalu ingin kau peluk. Orang yang membuatmu bahagia saat dekat. Orang yang akan kau kangeni ketika jauh.
Aku akan berdoa dan berupaya sebaik mungkin untuk bisa menjadi itu semua. Sehingga kelak mukaku tak tebal lagi saat lagi dan lagi mengatakan maaf untuk sebuah kebodohan yang berulang.
Bunda, kamu adalah separuh jiwaku. Engkau adalah cinta abadiku. Cintaku padamu tak bisa diukur lagi. Aku ingin bisa mencintaimu sebesar dan lebih besar dari bunda mencintai aku. I want to be with you forever.
PS: I love you
Saturday, May 19, 2012
Dear wifey - There's supposed to be no limit for particular thing
Dear Bunda,
Please read carefully to avoid any missunderstanding.
There's supposed to be no limit for particular thing. Patient and love for example. I will prove that to you. I will stop for being too verbose and too much demanding. I will keep silent for whatever thing unnecessary to talk. Because likely talk to much only will make you feel offended. But I will make sure will not to do any single thing that make you tired of guessing. I will try to walk the talk. Only for one thing, a greater good. Our marriage.
Honestly I feel like an alien for this few days. I feel that I don't recognize you anymore when we are in conflict and I think maybe you feel the same way to me. Same feeling like in our wedding day at January. I hate this feeling so much :'( and it happened again.
Financial interdependently is also supposed to be not something to mention. I fully realize that I cannot support you financially since the beginning of our marriage. Your words was not a wrong statement but not wise to said. Inside a marriage if one of the side start to feel independent, superior and can do something by himself or herself then almost no poin anymore for togetherness. Aku hanya ingin mengingatkan masalah ini agar kita bisa saling belajar dalam bersikap dan bisa saling mengkoreksi, meskipun bisa jadi pengkoreksinya pun salah. ;)
Setiap pernikahan pasti akan mendapat ujian. Saat Allah semakin sayang pada suatu pasangan maka mungkin Allah akan mengujinya dengan ujian yang lebih besar. Conflict will be very difficult to resolve if every of us keep seeing something from his or her own perspective. I fully understand for everything you've said from your mail. Thank you so much for that. That's why I want to learn how to see something from your perspective. Especially because, finally you already set your limit, then I will make sure to make you not passed that limit. Because I cannot imagine what's going on if that limit break.
Semoga ada keindahan dibalik setiap ujian. Saling mendukung, saling kondusif, saling membantu dalam setiap keadaan dan bukan sekedar dalam kondisi sulit saja. Insya Allah tak ada limit bagiku untuk mencintai kamu dan untuk bisa bersabar terhadap kamu. Justru aku ingin menambah limit sabar menjadi tak terhingga dan benar-benar serius untuk belajar lebih dewasa. Dengan semua masalah yang terjadi ini tak pernah sedikit pun berkurang rasa cintaku. Aku justru semakin merasa cintaku semakin besar dan rindunya juga semakin bertumpuk. Ingatkah salah satu poin penting yang diwasiatkan orang tua kita mengenai pernikahan? Pernikahan itu masalah menyiasati perbedaan dan bukan mencari persamaan. Konflik pun terjadi karena masing-masing dari kita melihat sesuatu dari kaca mata yang berbeda. Oleh karena itu aku ingin meminjam kacamatamu dan belajar melihat dari sana.
Aku juga lebih sadar bahwa aku penuh dengan kekurangan. Aku pun memohon maaf sebesar-besarnya masih tak bisa menjadi sosok ideal yang kamu dambakan. Tapi aku ingin terus belajar menjadi sosok ideal bagimu. Jangan pernah canggung dan takut melangkah dalam beraktivitas dan berpergian. Aku pun sadar masalah beberapa hari ini justru dipicu oleh aku sendiri. Berjuta maaf dari suami ini untuk istrinya. Untuk terlalu banyak membawa kekecewaan, kesedihan dan mungkin penyesalan dalam hati istrinya. Meski subjectnya kontra dengan subject bunda, surat ini tak bermaksud mendebat. Aku harap bunda tak tersinggung. Semoga kita bisa belajar terus untuk saling memahami.
PS: I love you
Please read carefully to avoid any missunderstanding.
There's supposed to be no limit for particular thing. Patient and love for example. I will prove that to you. I will stop for being too verbose and too much demanding. I will keep silent for whatever thing unnecessary to talk. Because likely talk to much only will make you feel offended. But I will make sure will not to do any single thing that make you tired of guessing. I will try to walk the talk. Only for one thing, a greater good. Our marriage.
Honestly I feel like an alien for this few days. I feel that I don't recognize you anymore when we are in conflict and I think maybe you feel the same way to me. Same feeling like in our wedding day at January. I hate this feeling so much :'( and it happened again.
Financial interdependently is also supposed to be not something to mention. I fully realize that I cannot support you financially since the beginning of our marriage. Your words was not a wrong statement but not wise to said. Inside a marriage if one of the side start to feel independent, superior and can do something by himself or herself then almost no poin anymore for togetherness. Aku hanya ingin mengingatkan masalah ini agar kita bisa saling belajar dalam bersikap dan bisa saling mengkoreksi, meskipun bisa jadi pengkoreksinya pun salah. ;)
Setiap pernikahan pasti akan mendapat ujian. Saat Allah semakin sayang pada suatu pasangan maka mungkin Allah akan mengujinya dengan ujian yang lebih besar. Conflict will be very difficult to resolve if every of us keep seeing something from his or her own perspective. I fully understand for everything you've said from your mail. Thank you so much for that. That's why I want to learn how to see something from your perspective. Especially because, finally you already set your limit, then I will make sure to make you not passed that limit. Because I cannot imagine what's going on if that limit break.
Semoga ada keindahan dibalik setiap ujian. Saling mendukung, saling kondusif, saling membantu dalam setiap keadaan dan bukan sekedar dalam kondisi sulit saja. Insya Allah tak ada limit bagiku untuk mencintai kamu dan untuk bisa bersabar terhadap kamu. Justru aku ingin menambah limit sabar menjadi tak terhingga dan benar-benar serius untuk belajar lebih dewasa. Dengan semua masalah yang terjadi ini tak pernah sedikit pun berkurang rasa cintaku. Aku justru semakin merasa cintaku semakin besar dan rindunya juga semakin bertumpuk. Ingatkah salah satu poin penting yang diwasiatkan orang tua kita mengenai pernikahan? Pernikahan itu masalah menyiasati perbedaan dan bukan mencari persamaan. Konflik pun terjadi karena masing-masing dari kita melihat sesuatu dari kaca mata yang berbeda. Oleh karena itu aku ingin meminjam kacamatamu dan belajar melihat dari sana.
Aku juga lebih sadar bahwa aku penuh dengan kekurangan. Aku pun memohon maaf sebesar-besarnya masih tak bisa menjadi sosok ideal yang kamu dambakan. Tapi aku ingin terus belajar menjadi sosok ideal bagimu. Jangan pernah canggung dan takut melangkah dalam beraktivitas dan berpergian. Aku pun sadar masalah beberapa hari ini justru dipicu oleh aku sendiri. Berjuta maaf dari suami ini untuk istrinya. Untuk terlalu banyak membawa kekecewaan, kesedihan dan mungkin penyesalan dalam hati istrinya. Meski subjectnya kontra dengan subject bunda, surat ini tak bermaksud mendebat. Aku harap bunda tak tersinggung. Semoga kita bisa belajar terus untuk saling memahami.
PS: I love you
Friday, May 18, 2012
Dear wifey - Happy Half Years Marriage Anniversary
Dear Bunda,
Happy half years aniversary. Waktu berjalan cepat meski saat bersamaan berjalan lambat. Cepat karena tak terasa sudah 6 bulan kita menikah. Lambat karena aku jauh dari kamu sekarang. Aku tahu beberapa hari ini dan bahkan beberapa minggu ini banyak hal yang tak mengenakan terjadi. Namun kita harus sama-sama berusaha melaluinya. Pagi ini aku berikrar untuk berhenti bersikap aneh. No ridiculous jealous anymore. Meskipun dari dalam diri tendensi itu sangat kuat rasanya. Sebab kita jauh dan selalu ada rasa khawatir kehilangan yang terkadang berlebihan. Tak dan ada maksud untuk saling tak percaya dan over protective. Perasaan itu muncul begitu saja. Mungkin karena sense of having yang berlebihan. I realize that I have to stop being like that.
Lalu ga ada lagi komunikasi yang dipaksakan. Aku ga akan ngambek meski bunda tak reply message. Biarkan semua natural saja. Aku ingin berhenti menuntut. Sebab aku sadar orang yang baik adalah yang memberi bukan diberi. Memperhatikan dan bukan tanpa henti menuntut diperhatikan. Change, sometime will be not happen instantly. But I will try to make this fast. I really want to care you like you always caring me.
Jalan hidup kita berdua masih sangat panjang. Aku ga ingin masalah-masalah kecil menggerogoti rasa saling percaya diantara kita. Aku selalu ingin kita bersama. Dewasa bersama. Dan menjadi tua bersama.
Hari ini tepat 6 bulan lalu aku mengucap janji pada Allah. Untuk mendampingi, memimpin dan menjaga istriku. Namun aku tahu masih sangat terlalu jauh untuk bisa memenuhi janji tersebut secara penuh. Sebab aku juga masih sangat teramat jauh dari sempurna. Hari itu 19 November 2011. Hujan rintik-rintik sore menemani kita mempersiapkan akad yang indah. Bahkan jauh lebih indah dibanding akad kita saat Januari. Aku berharap kita tetap bisa merajut hari yang indah meski sekarang kita tak dekat.
I am sorry for have been being demanding too much attention from you. I am sorry for have been being jealous. Happy half years anniversary of our marriage. May Allah always bless us and our marriage.
PS: I love you. Thank you very much for that beautiful t-shirt and bookmark that you've bought for me. That's so sweet.
Happy half years aniversary. Waktu berjalan cepat meski saat bersamaan berjalan lambat. Cepat karena tak terasa sudah 6 bulan kita menikah. Lambat karena aku jauh dari kamu sekarang. Aku tahu beberapa hari ini dan bahkan beberapa minggu ini banyak hal yang tak mengenakan terjadi. Namun kita harus sama-sama berusaha melaluinya. Pagi ini aku berikrar untuk berhenti bersikap aneh. No ridiculous jealous anymore. Meskipun dari dalam diri tendensi itu sangat kuat rasanya. Sebab kita jauh dan selalu ada rasa khawatir kehilangan yang terkadang berlebihan. Tak dan ada maksud untuk saling tak percaya dan over protective. Perasaan itu muncul begitu saja. Mungkin karena sense of having yang berlebihan. I realize that I have to stop being like that.
Lalu ga ada lagi komunikasi yang dipaksakan. Aku ga akan ngambek meski bunda tak reply message. Biarkan semua natural saja. Aku ingin berhenti menuntut. Sebab aku sadar orang yang baik adalah yang memberi bukan diberi. Memperhatikan dan bukan tanpa henti menuntut diperhatikan. Change, sometime will be not happen instantly. But I will try to make this fast. I really want to care you like you always caring me.
Jalan hidup kita berdua masih sangat panjang. Aku ga ingin masalah-masalah kecil menggerogoti rasa saling percaya diantara kita. Aku selalu ingin kita bersama. Dewasa bersama. Dan menjadi tua bersama.
Hari ini tepat 6 bulan lalu aku mengucap janji pada Allah. Untuk mendampingi, memimpin dan menjaga istriku. Namun aku tahu masih sangat terlalu jauh untuk bisa memenuhi janji tersebut secara penuh. Sebab aku juga masih sangat teramat jauh dari sempurna. Hari itu 19 November 2011. Hujan rintik-rintik sore menemani kita mempersiapkan akad yang indah. Bahkan jauh lebih indah dibanding akad kita saat Januari. Aku berharap kita tetap bisa merajut hari yang indah meski sekarang kita tak dekat.
I am sorry for have been being demanding too much attention from you. I am sorry for have been being jealous. Happy half years anniversary of our marriage. May Allah always bless us and our marriage.
PS: I love you. Thank you very much for that beautiful t-shirt and bookmark that you've bought for me. That's so sweet.
Dear wifey - Cerita Tentang Sabar dan Ikhlas
Dear Bunda,
Aku ingat sebuah cerita. Pada suatu masa ada dua orang wanita memperebutkan seorang bayi. Entah bagaimana awal perkaranya masing-masing wanita tersebut merasa ia adalah ibu si bayi tersebut. Mereka pun bertengkar mulut bahkan hampir saling menyerang secara fisik. Hingga akhirnya di tengah pertengkaran yang sudah dikerumuni banyak orang tersebut majulah seorang pria. Ternyata ia adalah raja dari kerajaan tersebut. Sang raja pun menengahi dan mulai bertanya perkara apa yang tengah terjadi. Berbicaralah kedua perempuan tersebut dan masing-masing bersikukuh merasa bayi itu adalah anaknya. Kemudian raja diam sejenak sambil berusaha menenangkan dua wanita itu. Lalu tiba-tiba raja berkata sesuatu yang sulit dipercaya. Jika kalian sama-sama bersikeras mengapa tidak kalian potong saja bayinya menjadi dua? Dua wanita itu kembali ribut dan bertengkar. Hingga akhirnya salah satu berteriak, baiklah potong saja ujarnya nampak sangat gelap mata. Entah dapat dari mana tiba-tiba raja sudah memegang pedang yang sangat panjang dan siap memotong anak bayi tadi menjadi dua. Saat satu wanita yang tadi berteriak potong saja terlihat menggila dan kesetanan, tiba-tiba wanita yang satu berteriak. Sudah!! Tidak!! Jangan lakukan itu. Berikan saja bayinya pada wanita itu. Ujarnya sambil terisak-isak. Raja pun tersenyum. Pada akhirnya bayi tersebut justru diserahkan pada wanita yang mengalah itu. Cerita ini pernah aku dengar di satu waktu. Namun yang aku tulis di sini benar-benar aku tulis ulang sendiri.
Cerita kedua. Cerita yang cukup populer seharusnya. Sebelum menjadi pelawak OVJ, Andre Taulani pernah bermain di film yang cukup bagus. Kiamat sudah dekat. Di film itu Andre adalah rocker gemblung yang hedon namun ia jatuh hati pada seorang ukhti anak seorang ustadz. Jatuh cinta itu akhirnya menjadi momen baginya untuk bertobat dan belajar agama. Prosesnya panjang sekali mulai dari mengaji, shalat dan hal-hal yang mendasar. Namun ia jalani semuanya itu dengan tekun. Meski sekilas tampak motivasinya bukan karena Allah, namun lambat laun justru dengan dasar cinta tadi itu akhirnya ia mendapat hidayah. Pada akhirnya satu waktu datanglah seorang pria kenalan ustadz ayah si wanita tadi dari Mesir. Ternyata pria ini sangat pandai agama dan bahkan bahasa arabnya fasih. Ternyata ia ingin melamar gadis itu. Di saat yang sama sang rocker langsung merasa tak layak. Sang ustadz pun sebenarnya tahu bahwa pria rocker itu memang mencintai anak perempuannya dengan tulus. Sang ustadz menyadari ini karena sang pria rocker itu belajar agama padanya.
Akhirnya sang pria lulusan mesir dan pria rocker itu dipertemukan. Sang ustadz pun bertanya siapa yang merasa paling patut menikahi anaknya. Tentu saja sang pria lulusan mesir langsung berbicara panjang lebar. Mengenai ilmu agamanya yang luas dan kelebihan-kelebihan yang ia punya. Sang pria lulusan mesir berusaha meyakinkan calon mertuanya itu bahwa ia adalah kandidat terbaik untuk menyunting anak sang ustadz. Ustadz tersenyum sambil memanggut-mangut. Gilirang pria rocker yang berbicara. Ia hanya berucap terima kasih pada ustadz atas kesempatannya untuk belajar agama. Kesempatannya sehingga bisa terbuka hati dan mendapat hidayah. Ia juga mengatakan sangat mencintai putri ustadz tersebut. Ia juga berjanji akan terus memperdalam ilmu agamanya. Namun tiba-tiba ia berucap, bahwa ia sadar dirinya masih banyak kekurangan, dirinya punya masa lalu yang tak baik, tak punya dasar agama. Pria rocker itu pun akhirnya mengatakan meski ia mencintai putri sang ustadz, namun ia ikhlas untuk mengalah. Sebab ia merasa sang putri ustadz lebih layak bersanding dengan pria lulusan mesir tadi. Sang ustadz tersenyum. Akhirnya ia menikahkan anaknya dengan pria rocker itu.
Tentu saja dua cerita tersebut adalah sesuatu yang terlalu dangkal untuk terjadi di dunia nyata. Sabar dan ikhlas adalah dua hal yang mudah diucap, namun sangat sulit untuk benar-benar dilakukan dengan tulus. Semoga ada kekuatan bagi kita untuk benar-benar bisa menerapkan nilai-nilat tersebut benar-benar dari hati. Tak mudah untuk sabar dan terkadang tak mudah untuk ikhlas. Jadi harus benar-benar belajar.
PS: I love you
Aku ingat sebuah cerita. Pada suatu masa ada dua orang wanita memperebutkan seorang bayi. Entah bagaimana awal perkaranya masing-masing wanita tersebut merasa ia adalah ibu si bayi tersebut. Mereka pun bertengkar mulut bahkan hampir saling menyerang secara fisik. Hingga akhirnya di tengah pertengkaran yang sudah dikerumuni banyak orang tersebut majulah seorang pria. Ternyata ia adalah raja dari kerajaan tersebut. Sang raja pun menengahi dan mulai bertanya perkara apa yang tengah terjadi. Berbicaralah kedua perempuan tersebut dan masing-masing bersikukuh merasa bayi itu adalah anaknya. Kemudian raja diam sejenak sambil berusaha menenangkan dua wanita itu. Lalu tiba-tiba raja berkata sesuatu yang sulit dipercaya. Jika kalian sama-sama bersikeras mengapa tidak kalian potong saja bayinya menjadi dua? Dua wanita itu kembali ribut dan bertengkar. Hingga akhirnya salah satu berteriak, baiklah potong saja ujarnya nampak sangat gelap mata. Entah dapat dari mana tiba-tiba raja sudah memegang pedang yang sangat panjang dan siap memotong anak bayi tadi menjadi dua. Saat satu wanita yang tadi berteriak potong saja terlihat menggila dan kesetanan, tiba-tiba wanita yang satu berteriak. Sudah!! Tidak!! Jangan lakukan itu. Berikan saja bayinya pada wanita itu. Ujarnya sambil terisak-isak. Raja pun tersenyum. Pada akhirnya bayi tersebut justru diserahkan pada wanita yang mengalah itu. Cerita ini pernah aku dengar di satu waktu. Namun yang aku tulis di sini benar-benar aku tulis ulang sendiri.
Cerita kedua. Cerita yang cukup populer seharusnya. Sebelum menjadi pelawak OVJ, Andre Taulani pernah bermain di film yang cukup bagus. Kiamat sudah dekat. Di film itu Andre adalah rocker gemblung yang hedon namun ia jatuh hati pada seorang ukhti anak seorang ustadz. Jatuh cinta itu akhirnya menjadi momen baginya untuk bertobat dan belajar agama. Prosesnya panjang sekali mulai dari mengaji, shalat dan hal-hal yang mendasar. Namun ia jalani semuanya itu dengan tekun. Meski sekilas tampak motivasinya bukan karena Allah, namun lambat laun justru dengan dasar cinta tadi itu akhirnya ia mendapat hidayah. Pada akhirnya satu waktu datanglah seorang pria kenalan ustadz ayah si wanita tadi dari Mesir. Ternyata pria ini sangat pandai agama dan bahkan bahasa arabnya fasih. Ternyata ia ingin melamar gadis itu. Di saat yang sama sang rocker langsung merasa tak layak. Sang ustadz pun sebenarnya tahu bahwa pria rocker itu memang mencintai anak perempuannya dengan tulus. Sang ustadz menyadari ini karena sang pria rocker itu belajar agama padanya.
Akhirnya sang pria lulusan mesir dan pria rocker itu dipertemukan. Sang ustadz pun bertanya siapa yang merasa paling patut menikahi anaknya. Tentu saja sang pria lulusan mesir langsung berbicara panjang lebar. Mengenai ilmu agamanya yang luas dan kelebihan-kelebihan yang ia punya. Sang pria lulusan mesir berusaha meyakinkan calon mertuanya itu bahwa ia adalah kandidat terbaik untuk menyunting anak sang ustadz. Ustadz tersenyum sambil memanggut-mangut. Gilirang pria rocker yang berbicara. Ia hanya berucap terima kasih pada ustadz atas kesempatannya untuk belajar agama. Kesempatannya sehingga bisa terbuka hati dan mendapat hidayah. Ia juga mengatakan sangat mencintai putri ustadz tersebut. Ia juga berjanji akan terus memperdalam ilmu agamanya. Namun tiba-tiba ia berucap, bahwa ia sadar dirinya masih banyak kekurangan, dirinya punya masa lalu yang tak baik, tak punya dasar agama. Pria rocker itu pun akhirnya mengatakan meski ia mencintai putri sang ustadz, namun ia ikhlas untuk mengalah. Sebab ia merasa sang putri ustadz lebih layak bersanding dengan pria lulusan mesir tadi. Sang ustadz tersenyum. Akhirnya ia menikahkan anaknya dengan pria rocker itu.
Tentu saja dua cerita tersebut adalah sesuatu yang terlalu dangkal untuk terjadi di dunia nyata. Sabar dan ikhlas adalah dua hal yang mudah diucap, namun sangat sulit untuk benar-benar dilakukan dengan tulus. Semoga ada kekuatan bagi kita untuk benar-benar bisa menerapkan nilai-nilat tersebut benar-benar dari hati. Tak mudah untuk sabar dan terkadang tak mudah untuk ikhlas. Jadi harus benar-benar belajar.
PS: I love you
Thursday, May 17, 2012
Dear wifey - Blank Letter
Dear bunda,
I have promised to always try to write one letter to you every day. So this is today's letter.
PS: I love you
I have promised to always try to write one letter to you every day. So this is today's letter.
PS: I love you
Wednesday, May 16, 2012
Dear wifey - Obat Kangen
Dear bunda,
Singapura hujan sejak tadi shubuh. Jalanan masih sangat basah pagi ini. Pikiran aku pun kini tengah macet mencari ide.
Mulai hari senin aku libur. Belum tahu libur sampai kapan. Manusia itu lucu. Selalu menginginkan yang ia tak miliki. Saat kerja ingin libur. Saat libur justru ingin kerja. Aku selalu terus saja berharap untuk bisa mendapat jalan terbaik. Sehingga bisa bobo nyenyak lagi setiap malam. Namun bisa bangun segar di pagi hari.
Hari ketika pertama aku menulis surat padamu adalah saat aku dalam perjalanan pulang ke Singapura setelah mengantar bunda ke airport untuk berangkat ke Jerman. Hari itu sangat kelam sekali di dalam sini. Meski dari luar aku tetap berusaha sok ceria. Apalagi hampir 48 jam kita putus komunikasi pada waktu itu. Sesuatu yang benar-benar tidak.nyaman. Akhirnya aku mencoba meluapkan kangen ke dalam huruf-huruf yang kemudian menjadi kata-kata yang kemudian menjadi kalimat yang kemudian menjadi cerita. Sedikit mengobati rasa kangen. Tapi tidak memberikan kesembuhan sama sekali. Yang ada semakin waktu aku semakin kangen.
Pengobat kangen kedua saat berjauhan adalah komunikasi. Entah telpon, skype atau sekedar messaging. Sesibuk apa pun. Sehingga ada kalanya ketika komunikasi tak lancar bisa membuat hati langsung suram. Hingga terjadilah hal-hal tak perlu yang pernah terjadi. Namun aku belajar juga dari situ. Bahwa komunikasi tidak bisa dipaksakan. Orang yang baik tidak patut banyak menuntut.
Maaf ya sayang email pagi ini sangat tidak fokus. Aku hanya ingin mengungkapkan betapa aku kangen kamu. Serta selalu berharap kangen ini bisa terlampiaskan saat kita bisa bertemu dalam beberapa minggu lagi. Selalu bersama tak terpisahkan.
Singapura hujan sejak tadi shubuh. Jalanan masih sangat basah pagi ini. Pikiran aku pun kini tengah macet mencari ide.
Mulai hari senin aku libur. Belum tahu libur sampai kapan. Manusia itu lucu. Selalu menginginkan yang ia tak miliki. Saat kerja ingin libur. Saat libur justru ingin kerja. Aku selalu terus saja berharap untuk bisa mendapat jalan terbaik. Sehingga bisa bobo nyenyak lagi setiap malam. Namun bisa bangun segar di pagi hari.
Hari ketika pertama aku menulis surat padamu adalah saat aku dalam perjalanan pulang ke Singapura setelah mengantar bunda ke airport untuk berangkat ke Jerman. Hari itu sangat kelam sekali di dalam sini. Meski dari luar aku tetap berusaha sok ceria. Apalagi hampir 48 jam kita putus komunikasi pada waktu itu. Sesuatu yang benar-benar tidak.nyaman. Akhirnya aku mencoba meluapkan kangen ke dalam huruf-huruf yang kemudian menjadi kata-kata yang kemudian menjadi kalimat yang kemudian menjadi cerita. Sedikit mengobati rasa kangen. Tapi tidak memberikan kesembuhan sama sekali. Yang ada semakin waktu aku semakin kangen.
Pengobat kangen kedua saat berjauhan adalah komunikasi. Entah telpon, skype atau sekedar messaging. Sesibuk apa pun. Sehingga ada kalanya ketika komunikasi tak lancar bisa membuat hati langsung suram. Hingga terjadilah hal-hal tak perlu yang pernah terjadi. Namun aku belajar juga dari situ. Bahwa komunikasi tidak bisa dipaksakan. Orang yang baik tidak patut banyak menuntut.
Maaf ya sayang email pagi ini sangat tidak fokus. Aku hanya ingin mengungkapkan betapa aku kangen kamu. Serta selalu berharap kangen ini bisa terlampiaskan saat kita bisa bertemu dalam beberapa minggu lagi. Selalu bersama tak terpisahkan.
Tuesday, May 15, 2012
Dear wifey - Rajutan Kusut
Dear bunda,
Aku barusan selesai interview. Ada writen test lagi lalu sambung wawancara. Dua jam lebih di sini. Kayaknya sih interviewnya lancar. Aku jadi kepikiran terus nih. Beasiswa vs kerja.
Beda dengan tipikal-tipikal orang yang sudah bisa tawakal total. Terkadang aku masih suka khawatiran. Tawakal itu adalah momen ketika kita pasrah total setelah ikhtiar. Tapi aku sering suka khawatir jika gimana kalau ikhtiarnya kurang. Gimana kalau salah ambil keputusan. Gimana gimana gimana. Padahal seorang laki-laki harusnya bisa tegas. Apalagi jika sudah memimpin rumah tangga. Maafkan ayah masih jauh dari sempurna ya sayang.
Padahal tawakal itu simpel loh. Cukup berusaha terus lepaskan hasilnya biar terserah Allah. Kalau hasilnya sesuai dengan keinginan kita tentu akan bahagia. Namun aku suka takut, bagaimana jika hasilnya beda dengan harapan? Bagaimana jika harapannya gagal? Tanpa bermaksud pesimis, aku takut jika tak dapat LoA dan beasiswa. Sekedar ucap aku akan gampang bilang tetap semangat. Namun di dalam hati rasa kecewa itu pasti ada.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, Allah itu sayang banget sama aku. Ia melatih aku dalam berbagai kondisi. Ia melatih aku bersabar. Ia melatih aku untuk bisa mengambil keputusan dengan tepat. Dia melatih aku memelihara cinta terhadap istri yang jauh diriku.
Sudahlah aku capek. Aku ga mau berpikir. Aku ingin melepas semuanya. Jika tubuh kita bisa berjalan autonomus. Detak jantung dan jalannya organ tubuh bisa aktif dengan sendirinya. Demikian juga dengan takdir. Allah tahu yang terbaik untuk kita. Aku berusaha meyakini itu sambil membayangkan Allah sedang merajut sesuatu yang kusut terlihat di bawah sini. Saat susah selesai baru aku sadar bahwa hasilnya sebuah takdir yang indah. Wallahualam.
Bunda akankah kita bertemu di Eropa beberapa minggu lagi? Meski aku orang yang terkadang pesimis aku ingin bilang, Insya Allah. Jika Allah mengijinkan, tak ada sesuatu pun yang akan menghalangi dari terjadi. I really need your hug now.
PS: I love u
Aku barusan selesai interview. Ada writen test lagi lalu sambung wawancara. Dua jam lebih di sini. Kayaknya sih interviewnya lancar. Aku jadi kepikiran terus nih. Beasiswa vs kerja.
Beda dengan tipikal-tipikal orang yang sudah bisa tawakal total. Terkadang aku masih suka khawatiran. Tawakal itu adalah momen ketika kita pasrah total setelah ikhtiar. Tapi aku sering suka khawatir jika gimana kalau ikhtiarnya kurang. Gimana kalau salah ambil keputusan. Gimana gimana gimana. Padahal seorang laki-laki harusnya bisa tegas. Apalagi jika sudah memimpin rumah tangga. Maafkan ayah masih jauh dari sempurna ya sayang.
Padahal tawakal itu simpel loh. Cukup berusaha terus lepaskan hasilnya biar terserah Allah. Kalau hasilnya sesuai dengan keinginan kita tentu akan bahagia. Namun aku suka takut, bagaimana jika hasilnya beda dengan harapan? Bagaimana jika harapannya gagal? Tanpa bermaksud pesimis, aku takut jika tak dapat LoA dan beasiswa. Sekedar ucap aku akan gampang bilang tetap semangat. Namun di dalam hati rasa kecewa itu pasti ada.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, Allah itu sayang banget sama aku. Ia melatih aku dalam berbagai kondisi. Ia melatih aku bersabar. Ia melatih aku untuk bisa mengambil keputusan dengan tepat. Dia melatih aku memelihara cinta terhadap istri yang jauh diriku.
Sudahlah aku capek. Aku ga mau berpikir. Aku ingin melepas semuanya. Jika tubuh kita bisa berjalan autonomus. Detak jantung dan jalannya organ tubuh bisa aktif dengan sendirinya. Demikian juga dengan takdir. Allah tahu yang terbaik untuk kita. Aku berusaha meyakini itu sambil membayangkan Allah sedang merajut sesuatu yang kusut terlihat di bawah sini. Saat susah selesai baru aku sadar bahwa hasilnya sebuah takdir yang indah. Wallahualam.
Bunda akankah kita bertemu di Eropa beberapa minggu lagi? Meski aku orang yang terkadang pesimis aku ingin bilang, Insya Allah. Jika Allah mengijinkan, tak ada sesuatu pun yang akan menghalangi dari terjadi. I really need your hug now.
PS: I love u
Monday, May 14, 2012
Dear wifey - Muka Merah Jambu
Dear bunda,
Beberapa hati ini sejujurnya aku kehabisan topik. Hehe. Namun meski harus jungkir balik, demi bunda aku akan melakukan apa pun. Topik... Topik... Where are you?...
Aha. Aku ingat satu cerita nostalgia lagi. Bunda ingatkan, sejak pertama kali aku "mebembak" bunda, aku selalu mencari-cari alasan untuk dapat bertemu bunda setiap hari! Pada suatu hari sepulang kantor aku ingin ketemu bunda. Namun karena gengsi dan tak dapat menemukan alasan akhirnya dari kantor aku langsung pulang ke kosan di karet. Sedihh.
Di kosan setelah mandi aku hanya bengong di kamar sambil memikirkan pacar. Akhirnya kita chating atau telponan aku lupa. Setelah ngobrol-ngobrol akhirnya secara tidak langsung aku mengutarakan ingin sekali bertemu dengan bunda. Bunda pun mengiyakan. Meski waktu itu sudah lewat jam 9 malam. Aku girang bukan kepalang.
Berhubung si merah aku parkir di Sampoerna aku pun harus ngacir cepat dari kosan ke Sampoerna. Sekeluar dari kosan ada tukang ojek. Aku pun langsung berojek ria. Semakin dekat sampoerna aku semakin girang. Hingga saat parkiran sempurna dan turun dari ojek kemudian hendak membayar aku baru tersadar. Kunci si merah tertinggal!!! Dem. Akhirnya aku ngojek balik ke kosan. Lalu ngojek balik lagi ke Sampoerna.
Setelah di atas si merah aku langsung ngebut ke bendi. Waktu itu sudah sekitar 9.30. Kurang dari 30 menit aku sampai di bendi. Aku selalu sumringah saat bertemu gadis berkerudung nan cantik itu. Pada waktu itu aku tak pernah tahu jika kelak ia akhirnya menjadi istriku. Aku lupa malam itu kita makan di mana. Yang pasti kita makan berdua dan mengobrol banyak dan lama sekali. Setiap momen bersamamu selalu indah, sayang. Aku selalu merindukanmu. Malam itu, seperti biasa aku pulang sesaat sebelum portal ditutup. Dari bendi hingga ke sudirman hingga ke kosan lagi mukaku merah jambu. Merasakan indahnya jatuh cinta. Ingatkah kamu kisah ini? Aku akan selalu mengingat setiap kisah kita sampai kapan pun.
Bunda aku selalu rindu momen saat kita duduk di meja makan restoran berdua. Makan sambil bercerita banyak hal. Tunggu aku di Ilmenau tak lama lagi dari sekarang. Tidak lama lagi. Aku rindu merasakan muka merah jambu lagi saat menatap bunda.
PS: I love you
Beberapa hati ini sejujurnya aku kehabisan topik. Hehe. Namun meski harus jungkir balik, demi bunda aku akan melakukan apa pun. Topik... Topik... Where are you?...
Aha. Aku ingat satu cerita nostalgia lagi. Bunda ingatkan, sejak pertama kali aku "mebembak" bunda, aku selalu mencari-cari alasan untuk dapat bertemu bunda setiap hari! Pada suatu hari sepulang kantor aku ingin ketemu bunda. Namun karena gengsi dan tak dapat menemukan alasan akhirnya dari kantor aku langsung pulang ke kosan di karet. Sedihh.
Di kosan setelah mandi aku hanya bengong di kamar sambil memikirkan pacar. Akhirnya kita chating atau telponan aku lupa. Setelah ngobrol-ngobrol akhirnya secara tidak langsung aku mengutarakan ingin sekali bertemu dengan bunda. Bunda pun mengiyakan. Meski waktu itu sudah lewat jam 9 malam. Aku girang bukan kepalang.
Berhubung si merah aku parkir di Sampoerna aku pun harus ngacir cepat dari kosan ke Sampoerna. Sekeluar dari kosan ada tukang ojek. Aku pun langsung berojek ria. Semakin dekat sampoerna aku semakin girang. Hingga saat parkiran sempurna dan turun dari ojek kemudian hendak membayar aku baru tersadar. Kunci si merah tertinggal!!! Dem. Akhirnya aku ngojek balik ke kosan. Lalu ngojek balik lagi ke Sampoerna.
Setelah di atas si merah aku langsung ngebut ke bendi. Waktu itu sudah sekitar 9.30. Kurang dari 30 menit aku sampai di bendi. Aku selalu sumringah saat bertemu gadis berkerudung nan cantik itu. Pada waktu itu aku tak pernah tahu jika kelak ia akhirnya menjadi istriku. Aku lupa malam itu kita makan di mana. Yang pasti kita makan berdua dan mengobrol banyak dan lama sekali. Setiap momen bersamamu selalu indah, sayang. Aku selalu merindukanmu. Malam itu, seperti biasa aku pulang sesaat sebelum portal ditutup. Dari bendi hingga ke sudirman hingga ke kosan lagi mukaku merah jambu. Merasakan indahnya jatuh cinta. Ingatkah kamu kisah ini? Aku akan selalu mengingat setiap kisah kita sampai kapan pun.
Bunda aku selalu rindu momen saat kita duduk di meja makan restoran berdua. Makan sambil bercerita banyak hal. Tunggu aku di Ilmenau tak lama lagi dari sekarang. Tidak lama lagi. Aku rindu merasakan muka merah jambu lagi saat menatap bunda.
PS: I love you
Sunday, May 13, 2012
Dear wifey - I miss you so much
Dear Bunda,
Tiba-tiba aku jadi teringat jalan bendi. Tiba-tiba aku jadi teringat tempat-tempat makan di sekitaran tanah kusir. Tiba-tiba aku jadi teringat Ganci dan PIM, dua mall yang paling sering kita datangi. Tiba-tiba aku teringat portal yang selalu tertutup jam 12. Tiba-tiba aku kembali tersadar bahwa aku sangat rindu bunda. Dan hari ini baru sekitar 1 bulan 3 minggu sejak kita berpisah lagi. Terlama berpisah sejak kita kenal. Sehingga ketika aku suka bercanda bilang lupa cara mencium bunda misalnya, seakan itu memang benar. Sudah 1 bulan 3 minggu sejak aku mencium bunda.
Selalu ada hikmah dari setiap kejadian dan ketetapan. Itu adalah hal yang selalu aku coba pegang. Namun aku suka tersesat saat mencari hikmah dari perpisahan kita ini. Apakah ini semacam training? Training mencintai agar semakin terlatih untuk benar-benar mencintai? Apakah agar aku bisa bekerja dan menabung untuk membelikan bunda rumah yang indah? Namun bagaimana menabung jika hari Jumat ini akan menjadi hari terakhir aku kerja? Aku harus segera pindah ke tempat baru untuk menyambung impian menabung itu.
Tadi pagi saat bunda manja-manja agar aku bisa datang menemui bunda, aku benar-benar ingin segera terbang ke Jerman. Jika aku punya suite Iron Man aku pasti akan terbang sedari tadi juga. Meski tak punya suite Iron Man tapi jika punya tabungan lebih, aku pasti akan segera apply Visa dan akan pergi ke Jerman untuk 3 atau 4 minggu sebelum masuk kerja ke tempat baru atau sebelum berangkat lagi untuk kuliah dari beasiswa. Pagi ini semua keinginan itu harus sedikit dipendam lagi sambil menebak-nebak lagi apakah ada hikmah lain dari perpisahan kita?
Seperti surat aku beberapa hari lalu, 2 minggu hingga akhir Mei akan menjadi momen penentuan yang agak medebarkan. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita.
Aku baru saja dari Tampines. Seketika keluar stasiun aku langsung teringat bunda. Seriuously I really want to drop my tear because I really miss you.
Aku selalu berharap ada kejaiban yang menerbangkan aku ke Jerman beberapa minggu lagi. Stay in distance with you is a pain. But I have to keep strong. Aku pun terus tak sabar menanti hikmah indah dari semua cerita ini.
PS: I love you
Tiba-tiba aku jadi teringat jalan bendi. Tiba-tiba aku jadi teringat tempat-tempat makan di sekitaran tanah kusir. Tiba-tiba aku jadi teringat Ganci dan PIM, dua mall yang paling sering kita datangi. Tiba-tiba aku teringat portal yang selalu tertutup jam 12. Tiba-tiba aku kembali tersadar bahwa aku sangat rindu bunda. Dan hari ini baru sekitar 1 bulan 3 minggu sejak kita berpisah lagi. Terlama berpisah sejak kita kenal. Sehingga ketika aku suka bercanda bilang lupa cara mencium bunda misalnya, seakan itu memang benar. Sudah 1 bulan 3 minggu sejak aku mencium bunda.
Selalu ada hikmah dari setiap kejadian dan ketetapan. Itu adalah hal yang selalu aku coba pegang. Namun aku suka tersesat saat mencari hikmah dari perpisahan kita ini. Apakah ini semacam training? Training mencintai agar semakin terlatih untuk benar-benar mencintai? Apakah agar aku bisa bekerja dan menabung untuk membelikan bunda rumah yang indah? Namun bagaimana menabung jika hari Jumat ini akan menjadi hari terakhir aku kerja? Aku harus segera pindah ke tempat baru untuk menyambung impian menabung itu.
Tadi pagi saat bunda manja-manja agar aku bisa datang menemui bunda, aku benar-benar ingin segera terbang ke Jerman. Jika aku punya suite Iron Man aku pasti akan terbang sedari tadi juga. Meski tak punya suite Iron Man tapi jika punya tabungan lebih, aku pasti akan segera apply Visa dan akan pergi ke Jerman untuk 3 atau 4 minggu sebelum masuk kerja ke tempat baru atau sebelum berangkat lagi untuk kuliah dari beasiswa. Pagi ini semua keinginan itu harus sedikit dipendam lagi sambil menebak-nebak lagi apakah ada hikmah lain dari perpisahan kita?
Seperti surat aku beberapa hari lalu, 2 minggu hingga akhir Mei akan menjadi momen penentuan yang agak medebarkan. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita.
Aku baru saja dari Tampines. Seketika keluar stasiun aku langsung teringat bunda. Seriuously I really want to drop my tear because I really miss you.
Aku selalu berharap ada kejaiban yang menerbangkan aku ke Jerman beberapa minggu lagi. Stay in distance with you is a pain. But I have to keep strong. Aku pun terus tak sabar menanti hikmah indah dari semua cerita ini.
PS: I love you
Dear wifey - Nothing to Lose
Dear Bunda,
Kepada seorang ibu yang lewat aku bertanya, "Ibu, dapatkah memberi tahuku > nama tempat ini?" > Ia menatap aku lembut, lalu menjawab. "Sure lof, it's Edensor..."
***
Itu ending dari Edensor. Salah satu buku yang paling aku suka. Aku masih ingat membelinya pada tanggal 2 Januari 2007. Lebih dari 5 tahun lalu. Sejak dulu aku selalu ingin sekolah ke luar negeri. Sebab pada dasarnya aku selalu ingin sekolah dan belajar. Karena aku selalu merasa bahwa aku harus belajar terus untuk lebih maju dan lebih baik lagi. Mengapa keluar negeri? Karena aku ingin melihat kebesaran Allah. Mendatangi tempat yang belum pernah aku datangi. Menemui orang berbagai rupa dan warna. Merasakan cuaca yang belum pernah aku rasakan.
Saat kuliah S1 aku punya seorang dosen seorang doktor lulusan Prancis. Namanya Pak Nanang. Dia mengambil spesialisasi Fisika Plasma. Dalam satu semester dia hanya masuk 2 atau 3 kali. Bahkan pernah ia tidak masuk sama sekali. Sekalinya ia masuk, sambil mengajar ia merokok 3 sampai 4 batang. Meski tidak tahu detail keahliannya karena ia jarang mengajar, kami (aku dan teman-teman) sepakat bahwa ia orang yang pintar. Terutama karena label lulusan Prancis yang ia sandang. Tentu saja penilaian itu dangkal dan tidak dapat dibenarkan. Hal yang aku tekankan di sini adalah sekolah ke luar itu kita akan memiliki paradigma dan cara pandang yang akan jauh lebih maju dari pada sekolah di Indonesia apalagi jika dibandingkan dengan orang yang tidak sekolah sama sekali. Namun patut diingat juga satu hal penting lain, kita bisa dapat ilmu dari bersekolah. Namun kebijaksanaan tidak selalu dimiliki oleh orang yang merasa berilmu sekalipun.
Di ujung-ujung semester perkuliahan aku mulai keranjingan musik Jepang. Aku juga suka video game sejak lama, meski tidak pernah addict. Suka beberapa anime juga meski tidak pernah keranjingan berlebihan. Entah sejak dari kapan momennya tiba-tiba aku beritikad ingin kuliah S2 ke Jepang. Dari sisa tabungan mengajar aku mulai membeli beberapa buku bahasa Jepang. Aku juga ingat pernah membeli kamus kanji fotokopian dari tukang buku loak di dekat kampus. Aku sempat antusias sekali belajar pada waktu itu. Sangat antusias browsing-browsing website universitas jepang juga. Hingga setelah lulus, aku mulai kehilangan arah. Aku mulai bekerja dan bingung mau mengambil jalan hidup kemana. Aku mulai keasikan dengan mencari uang dengan rutinitas 9-9. Ya pada awal aku kerja terkadang aku bisa 12 jam di kantor.
Tak terasa 3 tahun aku bekerja hingga tiba awal 2011. Pada waktu itu aku sudah kerja di kantor kedua sejak lulus kuliah. NFS, New Frontier Solutions. Pada satu hari di bulan Maret jika aku tak salah aku iseng browsing website kominfo dan melihat pengumuman opening beasiswa kominfo. Sebenarnya satu tahun sebelumnya aku pun pernah browsing, dan sempat menyimpan formulirnya di hardisk. Namun awal 2010 adalah ketika aku baru pindah ke NFS. Masih sibuk dengan transisi dan tak bisa fokus. Lagi pula pada waktu itu aku masih blank dengan mahkluk yang bernama TOEFL dan TPA. Entah dapat energi dari mana di tahun 2011 meski aku ada di kondisi yang sama, kurang banyak kelengkapan aplikasi, aku membulatkan niat untuk submit aplikasi. Jika tak salah aku baru mempersiapkan semuanya di 3 minggu sebelum deadline. Di hari ketika aku membulatkan niat itu aku langsung menelepon penyelenggara TOEFL dan TPA. Langsung mengalokasikan jadwal yang memungkinkan aku mendapat hasil nilai yang aku perlukan sebelum deadline beasiswa. Kemudian aku juga langsung membeli buku TPA dan membongkar buku TOEFL yang pernah aku beli. Beruntung aku mendapat jadwal satu minggu sebelum deadline beasiswa. Dan hasil skor yang aku perlukan bisa diambil dalam waktu kurang dari 1 minggu sebelum deadline. Pada kondisi biasa aku umumnya sudah menyerah duluan dalam situasi seperti itu. Namun sekali lagi, tak tahu dapat energi dari mana aku sangat nothing to lose sekali saat itu. Just try and don't care about the result. Sejak membaca Edensor aku selalu ingin pergi melihat dunia. Kata banyak orang pergilah ke Eropa dan kau akan melihat dunia.
Meski telah beritikad untuk belajar semaksimal mungkin sebelum TOEFL dan TPA, pada akhirnya aku tidak belajar terlalu banyak, bahkan hampir tak belajar sama sekali. Pada saat test pun aku hanya ltepas saja. Tak berharap banyak. Jika pun skor tak cukup artinya aku memang tak bertakdir untuk mengirim berkas beasiswa. Tapi takdir berkata lain. Kedua skorku cukup dengan persyaratan beasiswa. Bagi banyak orang TOEFL 553 mungkin nilai yang sangat kecil. Namun bagi aku itu adalah buah sebuah perjuangan dan keberuntungan. Nilai itulah yang menyelamatkan aku sehingga bisa mengirimkan berkas beasiswa di satu hari deadline beasiswa kominfo 2011. Aku bermotor dari Jonggol ke Monas setelah semalamnya tak tidur menyiapkan berkas-berkas ini. Meski aku gagal, tapi aku juga tak pernah menyangka semua cerita itu menjadi salah satu karunia terindah. Aku bertemu dengan calon istriku di Juni 2011 dan kami menikah di November 2011 lalu kami pun berpisah sesaat sejak 24 Maret 2012.
Dengan menulis ini tiba-tiba aku mendapat refleksi untuk selalu nothing to lose seperti yang pernah bunda katakan pada aku. Menariknya aku mendapat insight ini justru dari sesuatu yang pernah aku jalani sendiri. Dua minggu ini adalah sebuah penentuan dan penantian. Tapi sekarang aku ingin menjadi seseorang yang just try and don't care about the result. I just enjoy the process. Success is continuous process toward our goal. So even though sometime we fail in life, as long as it bring as closer to our goal then it's mean we are success. Insya Allah apa pun hasilnya dari 2 minggu yang mungkin akan penuh tanda tanya, aku ingin tawakal.
Semoga saja beberapa minggu dari sekarang aku bisa bertanya pada seorang gadis berkerudung tercantik sedunia. "Could you please tell me what is the name of this place, dear?"
Dan gadis tercantik itu akan menjawab dengan suaranya yang sangat indah, "Sure hubby, It's Ilmenau..."
PS: I love you, I won't give up for us.
Kepada seorang ibu yang lewat aku bertanya, "Ibu, dapatkah memberi tahuku > nama tempat ini?" > Ia menatap aku lembut, lalu menjawab. "Sure lof, it's Edensor..."
***
Itu ending dari Edensor. Salah satu buku yang paling aku suka. Aku masih ingat membelinya pada tanggal 2 Januari 2007. Lebih dari 5 tahun lalu. Sejak dulu aku selalu ingin sekolah ke luar negeri. Sebab pada dasarnya aku selalu ingin sekolah dan belajar. Karena aku selalu merasa bahwa aku harus belajar terus untuk lebih maju dan lebih baik lagi. Mengapa keluar negeri? Karena aku ingin melihat kebesaran Allah. Mendatangi tempat yang belum pernah aku datangi. Menemui orang berbagai rupa dan warna. Merasakan cuaca yang belum pernah aku rasakan.
Saat kuliah S1 aku punya seorang dosen seorang doktor lulusan Prancis. Namanya Pak Nanang. Dia mengambil spesialisasi Fisika Plasma. Dalam satu semester dia hanya masuk 2 atau 3 kali. Bahkan pernah ia tidak masuk sama sekali. Sekalinya ia masuk, sambil mengajar ia merokok 3 sampai 4 batang. Meski tidak tahu detail keahliannya karena ia jarang mengajar, kami (aku dan teman-teman) sepakat bahwa ia orang yang pintar. Terutama karena label lulusan Prancis yang ia sandang. Tentu saja penilaian itu dangkal dan tidak dapat dibenarkan. Hal yang aku tekankan di sini adalah sekolah ke luar itu kita akan memiliki paradigma dan cara pandang yang akan jauh lebih maju dari pada sekolah di Indonesia apalagi jika dibandingkan dengan orang yang tidak sekolah sama sekali. Namun patut diingat juga satu hal penting lain, kita bisa dapat ilmu dari bersekolah. Namun kebijaksanaan tidak selalu dimiliki oleh orang yang merasa berilmu sekalipun.
Di ujung-ujung semester perkuliahan aku mulai keranjingan musik Jepang. Aku juga suka video game sejak lama, meski tidak pernah addict. Suka beberapa anime juga meski tidak pernah keranjingan berlebihan. Entah sejak dari kapan momennya tiba-tiba aku beritikad ingin kuliah S2 ke Jepang. Dari sisa tabungan mengajar aku mulai membeli beberapa buku bahasa Jepang. Aku juga ingat pernah membeli kamus kanji fotokopian dari tukang buku loak di dekat kampus. Aku sempat antusias sekali belajar pada waktu itu. Sangat antusias browsing-browsing website universitas jepang juga. Hingga setelah lulus, aku mulai kehilangan arah. Aku mulai bekerja dan bingung mau mengambil jalan hidup kemana. Aku mulai keasikan dengan mencari uang dengan rutinitas 9-9. Ya pada awal aku kerja terkadang aku bisa 12 jam di kantor.
Tak terasa 3 tahun aku bekerja hingga tiba awal 2011. Pada waktu itu aku sudah kerja di kantor kedua sejak lulus kuliah. NFS, New Frontier Solutions. Pada satu hari di bulan Maret jika aku tak salah aku iseng browsing website kominfo dan melihat pengumuman opening beasiswa kominfo. Sebenarnya satu tahun sebelumnya aku pun pernah browsing, dan sempat menyimpan formulirnya di hardisk. Namun awal 2010 adalah ketika aku baru pindah ke NFS. Masih sibuk dengan transisi dan tak bisa fokus. Lagi pula pada waktu itu aku masih blank dengan mahkluk yang bernama TOEFL dan TPA. Entah dapat energi dari mana di tahun 2011 meski aku ada di kondisi yang sama, kurang banyak kelengkapan aplikasi, aku membulatkan niat untuk submit aplikasi. Jika tak salah aku baru mempersiapkan semuanya di 3 minggu sebelum deadline. Di hari ketika aku membulatkan niat itu aku langsung menelepon penyelenggara TOEFL dan TPA. Langsung mengalokasikan jadwal yang memungkinkan aku mendapat hasil nilai yang aku perlukan sebelum deadline beasiswa. Kemudian aku juga langsung membeli buku TPA dan membongkar buku TOEFL yang pernah aku beli. Beruntung aku mendapat jadwal satu minggu sebelum deadline beasiswa. Dan hasil skor yang aku perlukan bisa diambil dalam waktu kurang dari 1 minggu sebelum deadline. Pada kondisi biasa aku umumnya sudah menyerah duluan dalam situasi seperti itu. Namun sekali lagi, tak tahu dapat energi dari mana aku sangat nothing to lose sekali saat itu. Just try and don't care about the result. Sejak membaca Edensor aku selalu ingin pergi melihat dunia. Kata banyak orang pergilah ke Eropa dan kau akan melihat dunia.
Meski telah beritikad untuk belajar semaksimal mungkin sebelum TOEFL dan TPA, pada akhirnya aku tidak belajar terlalu banyak, bahkan hampir tak belajar sama sekali. Pada saat test pun aku hanya ltepas saja. Tak berharap banyak. Jika pun skor tak cukup artinya aku memang tak bertakdir untuk mengirim berkas beasiswa. Tapi takdir berkata lain. Kedua skorku cukup dengan persyaratan beasiswa. Bagi banyak orang TOEFL 553 mungkin nilai yang sangat kecil. Namun bagi aku itu adalah buah sebuah perjuangan dan keberuntungan. Nilai itulah yang menyelamatkan aku sehingga bisa mengirimkan berkas beasiswa di satu hari deadline beasiswa kominfo 2011. Aku bermotor dari Jonggol ke Monas setelah semalamnya tak tidur menyiapkan berkas-berkas ini. Meski aku gagal, tapi aku juga tak pernah menyangka semua cerita itu menjadi salah satu karunia terindah. Aku bertemu dengan calon istriku di Juni 2011 dan kami menikah di November 2011 lalu kami pun berpisah sesaat sejak 24 Maret 2012.
Dengan menulis ini tiba-tiba aku mendapat refleksi untuk selalu nothing to lose seperti yang pernah bunda katakan pada aku. Menariknya aku mendapat insight ini justru dari sesuatu yang pernah aku jalani sendiri. Dua minggu ini adalah sebuah penentuan dan penantian. Tapi sekarang aku ingin menjadi seseorang yang just try and don't care about the result. I just enjoy the process. Success is continuous process toward our goal. So even though sometime we fail in life, as long as it bring as closer to our goal then it's mean we are success. Insya Allah apa pun hasilnya dari 2 minggu yang mungkin akan penuh tanda tanya, aku ingin tawakal.
Semoga saja beberapa minggu dari sekarang aku bisa bertanya pada seorang gadis berkerudung tercantik sedunia. "Could you please tell me what is the name of this place, dear?"
Dan gadis tercantik itu akan menjawab dengan suaranya yang sangat indah, "Sure hubby, It's Ilmenau..."
PS: I love you, I won't give up for us.
Friday, May 11, 2012
Dear wifey - When Long Distance Marriage Suck
Dear Bunda,
Aku pengen rewrite dan menambah beberapa komen sendiri dari sebuah tulisan mengenal long distance marriage. Long distance marriage suck. Agak menohok memang. Namun jika ada yang bilang sebaliknya mereka artinya 1. Bohong atau 2. Delusional. Delisional di sini artinya keyakinan yang dipegang kuat namun tidak punya dasar. Namun ada sedikit hal positif juga dari situasi ini.
Pertama melatih kemampuan komunikasi. Meski pada faktanya sering kali hal ini berjalan jauh dari mulus. Secanggih-cangginya teknologi saat ini tak ada yang bisa menggantikan eksistensi fisik suami atau istri di dekat kita. Layar laptop itu virtual. Ekspresi di skype pun terkadang terasa hampa dan seringkali bisa salah arti juga. Text di messaging itu juga sangat ambigu dan terkadang bisa memancing salah intrepretasi yang fatal. Contohnya: lama respon message bisa dinterpretasikan sebagai ignorance. Statement yang tak direspon bisa diinterpretasikan sebagai tak menarih perhatian. Suara di telpon dan voice note pun tak lengkap. Telpon yang tak diangkat bisa membuat perasaan sebal meski padahal bisa jadi karena ada halangan yang nyata. Manusia punya lima indera dan memenuhi interaksi hanya dengan sebagian dari indera tersebut adalah sangat menyebalkan. Melihat dari keterbatasan tersebut kita benar-benar harus pintar-pintar berlatih komunikasi yang efektif. Bukan sekedar komunikasi bisa. Namun komunikasi dari hati ke hati.
Kedua adalah mencoba saling bertoleransi pada mood masing-masing pasangan. People get cranky when they stress (well maybe not all people, but mostly) and can act in stupid way. Dan dalam hal ini aku berusaha lebih bisa menyiasati stress agar tak berlaku bodoh lagi. Aku juga selalu berusaha untuk bisa benar-benar mampu memelihara mood baik.
Summary berikut adalah analisa yang aku buat sendiri. So benarkah long distance marriage is suck? Yes! Absolutely! IT SUCK, IF ONLY dua poin tadi tidak dijaga. Namun jika sudah berkomitmen sejak awal dan berusaha menjaga 2 hal tadi dalam keseharian kita, LDM bisa menjadi sangat indah juga. Bahkan jauh lebih indah dari pernikahan biasa. Sebab dengan menjalani proses ini kita harusnya bisa lebih menghargai nilai kebersamaan. Suatu hal yang tidak kita punya saat ini. Semoga kebersamaan itu bisa kita capai dalam waktu dekat.
Surat ini bukan bermaksud sebagai penggalau hati. Sejak awal kita toh sudah berkomitmen untuk menjalani ini. Sejak awal juga kita sudah cukup sadar terhadap setiap konsekuensi yang mungkin muncul. Meski terkadang sih konsekuensinya ternyata jauh lebih signifikan dari yang dibayangkan pada awalnya. Last note, setiap kejadian itu ketetapan Allah. Harus selalu disyukuri pahit dan manisnya. Setiap kejadian juga selalu mengandung hikmah yang indah. Kita baru sadar hikmah tersebut ketika sudah menjalani ini semua dan menengok ke belakang dengan tersenyum (seperti yang sering bunda bilang).
Surat ini adalah sebuah curahan hati. Aku mencintai bunda tanpa prekondisi apa pun. Aku mencintai bunda apa adanya. Meskipun terkadang mood aku sering berganti-ganti namun aku selalu cinta kamu. Jangan pernah menjadi sungkan dan merasa dibatasi dalam hal-hal yang kamu jalani saat ini. Sebuah text message pendek dari bunda akan selalu bisa membuat aku tersenyum sambil menahan rindu yang sebenarnya tak tertahankan. Semoga pernikahan kita terjaga abadi selamanya dalam keberkahan dan rahmat Allah serta dapat mmencapai rumah tangga yang samara. Semoga kita bisa berkumpul lagi dalam waktu dekat, tanpa terpisah-pisah lagi. Semoga kita bisa selalu belajar dari setiap hal yang kita alami, untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga bunda selalu diberi kelancaran dalam aktivitas menuntut ilmu yang dijalani.
Unconditional Love is love without demanding anything. It is love without if.
PS: I love you
Aku pengen rewrite dan menambah beberapa komen sendiri dari sebuah tulisan mengenal long distance marriage. Long distance marriage suck. Agak menohok memang. Namun jika ada yang bilang sebaliknya mereka artinya 1. Bohong atau 2. Delusional. Delisional di sini artinya keyakinan yang dipegang kuat namun tidak punya dasar. Namun ada sedikit hal positif juga dari situasi ini.
Pertama melatih kemampuan komunikasi. Meski pada faktanya sering kali hal ini berjalan jauh dari mulus. Secanggih-cangginya teknologi saat ini tak ada yang bisa menggantikan eksistensi fisik suami atau istri di dekat kita. Layar laptop itu virtual. Ekspresi di skype pun terkadang terasa hampa dan seringkali bisa salah arti juga. Text di messaging itu juga sangat ambigu dan terkadang bisa memancing salah intrepretasi yang fatal. Contohnya: lama respon message bisa dinterpretasikan sebagai ignorance. Statement yang tak direspon bisa diinterpretasikan sebagai tak menarih perhatian. Suara di telpon dan voice note pun tak lengkap. Telpon yang tak diangkat bisa membuat perasaan sebal meski padahal bisa jadi karena ada halangan yang nyata. Manusia punya lima indera dan memenuhi interaksi hanya dengan sebagian dari indera tersebut adalah sangat menyebalkan. Melihat dari keterbatasan tersebut kita benar-benar harus pintar-pintar berlatih komunikasi yang efektif. Bukan sekedar komunikasi bisa. Namun komunikasi dari hati ke hati.
Kedua adalah mencoba saling bertoleransi pada mood masing-masing pasangan. People get cranky when they stress (well maybe not all people, but mostly) and can act in stupid way. Dan dalam hal ini aku berusaha lebih bisa menyiasati stress agar tak berlaku bodoh lagi. Aku juga selalu berusaha untuk bisa benar-benar mampu memelihara mood baik.
Summary berikut adalah analisa yang aku buat sendiri. So benarkah long distance marriage is suck? Yes! Absolutely! IT SUCK, IF ONLY dua poin tadi tidak dijaga. Namun jika sudah berkomitmen sejak awal dan berusaha menjaga 2 hal tadi dalam keseharian kita, LDM bisa menjadi sangat indah juga. Bahkan jauh lebih indah dari pernikahan biasa. Sebab dengan menjalani proses ini kita harusnya bisa lebih menghargai nilai kebersamaan. Suatu hal yang tidak kita punya saat ini. Semoga kebersamaan itu bisa kita capai dalam waktu dekat.
Surat ini bukan bermaksud sebagai penggalau hati. Sejak awal kita toh sudah berkomitmen untuk menjalani ini. Sejak awal juga kita sudah cukup sadar terhadap setiap konsekuensi yang mungkin muncul. Meski terkadang sih konsekuensinya ternyata jauh lebih signifikan dari yang dibayangkan pada awalnya. Last note, setiap kejadian itu ketetapan Allah. Harus selalu disyukuri pahit dan manisnya. Setiap kejadian juga selalu mengandung hikmah yang indah. Kita baru sadar hikmah tersebut ketika sudah menjalani ini semua dan menengok ke belakang dengan tersenyum (seperti yang sering bunda bilang).
Surat ini adalah sebuah curahan hati. Aku mencintai bunda tanpa prekondisi apa pun. Aku mencintai bunda apa adanya. Meskipun terkadang mood aku sering berganti-ganti namun aku selalu cinta kamu. Jangan pernah menjadi sungkan dan merasa dibatasi dalam hal-hal yang kamu jalani saat ini. Sebuah text message pendek dari bunda akan selalu bisa membuat aku tersenyum sambil menahan rindu yang sebenarnya tak tertahankan. Semoga pernikahan kita terjaga abadi selamanya dalam keberkahan dan rahmat Allah serta dapat mmencapai rumah tangga yang samara. Semoga kita bisa berkumpul lagi dalam waktu dekat, tanpa terpisah-pisah lagi. Semoga kita bisa selalu belajar dari setiap hal yang kita alami, untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga bunda selalu diberi kelancaran dalam aktivitas menuntut ilmu yang dijalani.
Unconditional Love is love without demanding anything. It is love without if.
PS: I love you
Thursday, May 10, 2012
Dear wifey - Kantor Pertama
Dear bunda,
Aku masih cukup ingat hari pertama aku kerja setelah lulus kuliah. 16 Juni 2008. Tepat 3 bulan setelah aku wisuda. Kantornya di sebuah rumah di Hang Jebat Kebayoran Baru. Tak jauh dari lapangan tenis saat kita pernah ketemu dengan Nana.
Hari pertama ngantor aku berangkat sekitar jam 5 pagi dari rumah. Beruntung pada masa aku bekerja sudah ada bus langsung ke Blok M dari Cileungsi. Namun aku lupa apakah aku naik motor atau bus di hari pertama itu.
Di rumah yang disulap menjadi kantor itu cuma ada 5 orang. Shinta seorang admin. Pak Singgih sales. Pak Dikcy developer PHP. Pak Kelik aku ga tau kerjanya apa. Dan terakhir Yoki yang kemudian menjadi teman aku yg cukup dekat. Yoki satu tahun lebih tua di atas aku. Ada satu kisah tragis dari Yoki. Beberapa bulan setelah aku kerja adik perempuan Yoki kecelakaan di Cianjur saat ia berangkat ke Bandung tempat ia kuliah. Adiknya itu meninggal dunia. Padahal kalau tidak salah baru semester 3 ia kuliah. Yoki selalu membawa foto adiknya itu dalam.dompetnya.
Selain 5 orang tadi ada Pak Ade, manajerku. Dan big bossnya ada Pak Septono. Berhubung perusahaan kecil, kami tak punya koder mumpuni. Sehingga kantor pada waktu itu merekrut tentara bayaran. Lulusan binus. Namanya keren. Leonardus Ghazali. Leo menjadi teknikal arsitek priject pertama aku untuk Hutchison Three seluler. Lucunya setelah beberapa bulan Leo menghilang. Akhirnya aplikasi dirancang ulang. Pada waktu itu aku yang dilantik menjadi teknikal arsiteknya. Bayangkan saja fresh graduate dijadikan teknikal arsitek.
Aku bekerja sekitar 18 bulan di kantor pertama ini. Pertama ngantor di Hang Jebat, lalu pindah ke ruko di pinggir kali Ciliwung di Kalibata. Lalu pindah ke Ario Bimo Sentral di Kuningan. Lalu 2 bulan sebelum aku pindah, kami berkantor di kantor Three di menara mulia semanggi.
Banyak pengalaman yang aku dapat di perusahaan kecil ini. Pengalaman kerja pertama. Pengalaman koding serius. Pengalaman berinteraksi dengan orang meski dengan scope sangat kecil. Jika flash back tak terasa sudah hampir 4 tahun sejak pertama aku kerja. Dan aku kembali harus segera mencari pekerjaan. Bedanya sekarang ada tanggungannya. Seorang istri yang luar biasa sempurna dan calon baby baby aku.
Bunda, terima kasih sudah selalu menyemangati aku. Semoga kita bisa lekas bertemu di Juli atau Agustus ini. Lalu tinggal bersama-sama. Tempat bertemunya terserah Allah.
PS: I love you
Aku masih cukup ingat hari pertama aku kerja setelah lulus kuliah. 16 Juni 2008. Tepat 3 bulan setelah aku wisuda. Kantornya di sebuah rumah di Hang Jebat Kebayoran Baru. Tak jauh dari lapangan tenis saat kita pernah ketemu dengan Nana.
Hari pertama ngantor aku berangkat sekitar jam 5 pagi dari rumah. Beruntung pada masa aku bekerja sudah ada bus langsung ke Blok M dari Cileungsi. Namun aku lupa apakah aku naik motor atau bus di hari pertama itu.
Di rumah yang disulap menjadi kantor itu cuma ada 5 orang. Shinta seorang admin. Pak Singgih sales. Pak Dikcy developer PHP. Pak Kelik aku ga tau kerjanya apa. Dan terakhir Yoki yang kemudian menjadi teman aku yg cukup dekat. Yoki satu tahun lebih tua di atas aku. Ada satu kisah tragis dari Yoki. Beberapa bulan setelah aku kerja adik perempuan Yoki kecelakaan di Cianjur saat ia berangkat ke Bandung tempat ia kuliah. Adiknya itu meninggal dunia. Padahal kalau tidak salah baru semester 3 ia kuliah. Yoki selalu membawa foto adiknya itu dalam.dompetnya.
Selain 5 orang tadi ada Pak Ade, manajerku. Dan big bossnya ada Pak Septono. Berhubung perusahaan kecil, kami tak punya koder mumpuni. Sehingga kantor pada waktu itu merekrut tentara bayaran. Lulusan binus. Namanya keren. Leonardus Ghazali. Leo menjadi teknikal arsitek priject pertama aku untuk Hutchison Three seluler. Lucunya setelah beberapa bulan Leo menghilang. Akhirnya aplikasi dirancang ulang. Pada waktu itu aku yang dilantik menjadi teknikal arsiteknya. Bayangkan saja fresh graduate dijadikan teknikal arsitek.
Aku bekerja sekitar 18 bulan di kantor pertama ini. Pertama ngantor di Hang Jebat, lalu pindah ke ruko di pinggir kali Ciliwung di Kalibata. Lalu pindah ke Ario Bimo Sentral di Kuningan. Lalu 2 bulan sebelum aku pindah, kami berkantor di kantor Three di menara mulia semanggi.
Banyak pengalaman yang aku dapat di perusahaan kecil ini. Pengalaman kerja pertama. Pengalaman koding serius. Pengalaman berinteraksi dengan orang meski dengan scope sangat kecil. Jika flash back tak terasa sudah hampir 4 tahun sejak pertama aku kerja. Dan aku kembali harus segera mencari pekerjaan. Bedanya sekarang ada tanggungannya. Seorang istri yang luar biasa sempurna dan calon baby baby aku.
Bunda, terima kasih sudah selalu menyemangati aku. Semoga kita bisa lekas bertemu di Juli atau Agustus ini. Lalu tinggal bersama-sama. Tempat bertemunya terserah Allah.
PS: I love you
Wednesday, May 9, 2012
Dear wifey - Best Husband in the world
Dear bunda,
Aku ada sebuah cerita. Suatu pagi seorang pria hendak menemui sahabat Ali bin Abi Thalib. Pria ini ingin mengadu mengenai istrinya yang sangat cerewet dan suka mengomel. Menariknya baru sampai di depan rumah Ali, pria ini mendengar suara omelan perempuan yang sangat cerewet lebih dari istrinya sendiri. Ternyata itu suara istri Ali. Tiba-tiba ia merasa sungkan mengadu dan menutuskan pulang saja. Baru saja hendak.berbalik arah tiba-tiba Ali keluar dari rumah dengan wajah yang sangat cerah padahal ia baru saja dicereweti oleh istrinya.
Karena tertangkap langkah akhirnya pria ini pun bercerita bahwa tadinya ia hendak mengadu kelakuan istrinya. Namun ia urung mengadu setelah mendengar ternyata istri Ali jauh lebih cerewet dan suka mengomel dari istrinya dan Ali tetap tidak terlihat kesal dan mengeluh. Ali pun tersenyum lalu berkata. Wanita itu harus selalu diperlakukan dengan lembut. Apalagi wanitalah yang berada di rumah, mengurus pekerjaan rumah dan merawat anak yang mana semuanya itu amat sangat melelahkan. Kita harus selalu bersabar ketika istri terkadang mengomel dan cerewet.
Dear bunda. Aku ingin bisa seperti Ali dan Rasul dalam memperlakukan istriku. Semoga aku bisa istiqamah ya. Aku sangat sayang bunda.
Tunggu aku di Ilmenau pada bulan Agustus ini. Aku ingin menjadi suami terbaik sedunia untuk bunda.
PS: I love you
Aku ada sebuah cerita. Suatu pagi seorang pria hendak menemui sahabat Ali bin Abi Thalib. Pria ini ingin mengadu mengenai istrinya yang sangat cerewet dan suka mengomel. Menariknya baru sampai di depan rumah Ali, pria ini mendengar suara omelan perempuan yang sangat cerewet lebih dari istrinya sendiri. Ternyata itu suara istri Ali. Tiba-tiba ia merasa sungkan mengadu dan menutuskan pulang saja. Baru saja hendak.berbalik arah tiba-tiba Ali keluar dari rumah dengan wajah yang sangat cerah padahal ia baru saja dicereweti oleh istrinya.
Karena tertangkap langkah akhirnya pria ini pun bercerita bahwa tadinya ia hendak mengadu kelakuan istrinya. Namun ia urung mengadu setelah mendengar ternyata istri Ali jauh lebih cerewet dan suka mengomel dari istrinya dan Ali tetap tidak terlihat kesal dan mengeluh. Ali pun tersenyum lalu berkata. Wanita itu harus selalu diperlakukan dengan lembut. Apalagi wanitalah yang berada di rumah, mengurus pekerjaan rumah dan merawat anak yang mana semuanya itu amat sangat melelahkan. Kita harus selalu bersabar ketika istri terkadang mengomel dan cerewet.
Dear bunda. Aku ingin bisa seperti Ali dan Rasul dalam memperlakukan istriku. Semoga aku bisa istiqamah ya. Aku sangat sayang bunda.
Tunggu aku di Ilmenau pada bulan Agustus ini. Aku ingin menjadi suami terbaik sedunia untuk bunda.
PS: I love you
Tuesday, May 8, 2012
Dear wifey - Energi pagi
Dear bunda,
Ba'da shubuh pagi ini aku bangun dengan sangat lemas. Tak tahu apakah karena salah makan atau sebab lainnya. Tadi aku sempat bangun jam 8 namun karena tak kuat aku tidur lagi. Bangun 8.30 lalu tidur lagi. Akhirnya memaksakan untuk bangun 9.10 lalu wudhu shalat dan berangkat. Tiba-tiba aku jadi teringat momen singkat kita long distance Singapura Jakarta.
Dua bulan setengah pertama di Singapura, rata-rata aku pulang 2 minggu sekali. Aku selalu girang tak tertahan setiap hari Jumat malam saat hendak pulang ke Jakarta. Sebaliknya aku selalu sedih tak tertahan juga setiap minggu sore, sebab senin pagi aku harus kembali lagi ke Singapura meninggalkan istri yang aku sayang.
Momen tersedih saat aku pulang ke Jakarta adalah ketika hendak mengantar bunda berangkat ke Jerman. Kala itu Kamis malam aku tak berbahagia seperti biasanya saat hendak pulang ke Jakarta. Sebab aku sadar meskipun aku pulang itu akan menjadi pengantar perpisahan antara kita untuk beberapa minggu atau bulan. Kala itu kita bobo bareng selama 2 malam. Semalam di Jonggol dan semalam di Bendi. Dan kini sudah 6 minggu aku tak tidur bersama istriku. Ya beberapa minggu terakhir aku selalu melihat bunda setiap menjelang dan setelah bangun tidur. Namun seperti yanh pernah aku bilang, aku tak puas hanya melihatmu dari layar laptop dan mendengar suaramu dari speaker laptop. Aku kangen pelukan hangatmu.
Semoga Allah berkenan mengumpulkan kita kembali dalam waktu yang sangat dekat. Misalnya Agustus ini di Ilmenau. Sebab hari-hari tak lengkap rasanya tanpamu, tanpa menyentuhmu.
PS: I love you
Ba'da shubuh pagi ini aku bangun dengan sangat lemas. Tak tahu apakah karena salah makan atau sebab lainnya. Tadi aku sempat bangun jam 8 namun karena tak kuat aku tidur lagi. Bangun 8.30 lalu tidur lagi. Akhirnya memaksakan untuk bangun 9.10 lalu wudhu shalat dan berangkat. Tiba-tiba aku jadi teringat momen singkat kita long distance Singapura Jakarta.
Dua bulan setengah pertama di Singapura, rata-rata aku pulang 2 minggu sekali. Aku selalu girang tak tertahan setiap hari Jumat malam saat hendak pulang ke Jakarta. Sebaliknya aku selalu sedih tak tertahan juga setiap minggu sore, sebab senin pagi aku harus kembali lagi ke Singapura meninggalkan istri yang aku sayang.
Momen tersedih saat aku pulang ke Jakarta adalah ketika hendak mengantar bunda berangkat ke Jerman. Kala itu Kamis malam aku tak berbahagia seperti biasanya saat hendak pulang ke Jakarta. Sebab aku sadar meskipun aku pulang itu akan menjadi pengantar perpisahan antara kita untuk beberapa minggu atau bulan. Kala itu kita bobo bareng selama 2 malam. Semalam di Jonggol dan semalam di Bendi. Dan kini sudah 6 minggu aku tak tidur bersama istriku. Ya beberapa minggu terakhir aku selalu melihat bunda setiap menjelang dan setelah bangun tidur. Namun seperti yanh pernah aku bilang, aku tak puas hanya melihatmu dari layar laptop dan mendengar suaramu dari speaker laptop. Aku kangen pelukan hangatmu.
Semoga Allah berkenan mengumpulkan kita kembali dalam waktu yang sangat dekat. Misalnya Agustus ini di Ilmenau. Sebab hari-hari tak lengkap rasanya tanpamu, tanpa menyentuhmu.
PS: I love you
Monday, May 7, 2012
Dear wifey - The most beautiful name
Dear bunda,
Semalam saat jalan pulang aku mengingat sebuah nama. Nama yang membuat aku tersenyum dan pipi aku memerah malu karena rindu. Nama itu adalah Indri Rizkina Hapsari. Nama terindah yang pernah aku dengar.
Nama itu konon sudah ada sejak ruh ditiupkan. Jauh waktu sebelum manusia dilahirkan. Kita hanpir tak pernah bisa memilih nama. Sebab orang tua kita yang sudah memilihkan. Ada waktu saat mungkin kita bisa mengganti nama. Namun tak banyak yang melakukan. Pernah ada suatu waktu orang yang memprotes namaku. Dia bilang kebaratan lah, tidak islami lah. Meski memang terkadang nama menjadi doa namun apa pula arti sebuah nama. Lagi pula kadar keislaman tak ada kaitannya sama sekali dengan nama. Apalagi akan sangat memalukan bagi orang yang menanggung nama islami namun kelakuan tidak islami sama sekali.
Berkali waktu aku sering berkata ingin baby baby darimu. Aku juga sadar kok akan berusaha semapan mungkin dulu. Kelak akan kita berikan nama terindah untuk baby baby kita. Nama yang unik, nama yang baik dan nama yang indah. Namun jangan nama yang generik. Agar kelak jangan sampai ada orang yang salah menelepon menanyakan apartemen pada anak kita karena anak kita memiliki nama depan dan belakang yang tumpek blek sama dengan orang lain.
Pasa akhirnya aku kembali tersenyun saat mengingat lagi satu nama terindah. Nama dari orang yang kini telah jadi istriku, meski belum bida berdekatan, biarkan hati kita terus saling merangkul.
Tunggu aku pada bulan Agustus di Ilmenau wahai gadis dengan nama terindah. Biarkan hati kita terus saling merangkul meski kelak kita dekat kembali.
PS: I love you
Semalam saat jalan pulang aku mengingat sebuah nama. Nama yang membuat aku tersenyum dan pipi aku memerah malu karena rindu. Nama itu adalah Indri Rizkina Hapsari. Nama terindah yang pernah aku dengar.
Nama itu konon sudah ada sejak ruh ditiupkan. Jauh waktu sebelum manusia dilahirkan. Kita hanpir tak pernah bisa memilih nama. Sebab orang tua kita yang sudah memilihkan. Ada waktu saat mungkin kita bisa mengganti nama. Namun tak banyak yang melakukan. Pernah ada suatu waktu orang yang memprotes namaku. Dia bilang kebaratan lah, tidak islami lah. Meski memang terkadang nama menjadi doa namun apa pula arti sebuah nama. Lagi pula kadar keislaman tak ada kaitannya sama sekali dengan nama. Apalagi akan sangat memalukan bagi orang yang menanggung nama islami namun kelakuan tidak islami sama sekali.
Berkali waktu aku sering berkata ingin baby baby darimu. Aku juga sadar kok akan berusaha semapan mungkin dulu. Kelak akan kita berikan nama terindah untuk baby baby kita. Nama yang unik, nama yang baik dan nama yang indah. Namun jangan nama yang generik. Agar kelak jangan sampai ada orang yang salah menelepon menanyakan apartemen pada anak kita karena anak kita memiliki nama depan dan belakang yang tumpek blek sama dengan orang lain.
Pasa akhirnya aku kembali tersenyun saat mengingat lagi satu nama terindah. Nama dari orang yang kini telah jadi istriku, meski belum bida berdekatan, biarkan hati kita terus saling merangkul.
Tunggu aku pada bulan Agustus di Ilmenau wahai gadis dengan nama terindah. Biarkan hati kita terus saling merangkul meski kelak kita dekat kembali.
PS: I love you
Sunday, May 6, 2012
Dear wifey - 2 Minggu
Dear bunda,
Hari ini sudah sekitar 6 minggu sejak bunda berangkat. Tetap saja waktu terasa amat sangat lama. Aku kangen banget pada bunda. Semoga bulan puasa ini kita bisa bertemu dan berlebaran bareng. Kotanya di mana biar Allah yang menentukan.
Minggu ini aku berikrar ingin semangat lagi. Sudah lebih dari cukup 2 minggu untuk terpuruk. Meski padahal sebenarnya tak ada sedikit alasan pun untuk terpuruk. Toh setiao hari aku masih bisa makan enak. Masih bisa tidur nyaman. Masih punya pekerjaan (setidaknya untuk 2 minggu ke depan). Terutama lagi seperti yang bunda katakan dan sangat membekas di hati aku, aku masih bangun di pagi hari dalam keadaan hidup dan aku punya istri luar biasa seperti bunda.
Di 5 bulan pernikahan kita dan di sekitar 11 bulan sejak kita kenal, aku sudah belajar banyak hal dari bunda. Salah satunya adalah ada 2 hal yang harus kita lakukan dalam setiap 2 momen tertentu hidup kita. Pertama kita harus perfeksionis. Kedua kita harus pasrah. Kita harus perfeksionis saat mempersiapkan diri untuk.menggapai sesuatu. Kita harus memastikan semuanya dalam kondisi terbaik. Misalnya saat belajar dan seperti kondisi aku sekarang saat melamar beasiswa. Misalnya juga saat mencari kerja. Saat ingin punya anak. Kita harus benar-benar berusaha maksimal di momen pertama. Setelah itu, pada momen kedua kita cukup tinggal pasrah bila semua upaya dikerahkan saat menunggu hasil. Momen pertama kita berikhtiar. Momen kedua biarkan kita menunggu dengan tawakal hasilnya. Dan diantara momen pertama dan kedua itu ada momen tengah yang bernama doa. Tak kenapa aku sangat senang terus menulis dan mengingat kronologis ikhtiar doa tawakal ini.
Dua minggu ini akan menjadi 2 minggu yang cuku signifikan untuk aku. Pengumuman beasiswa kominfo akan keluar. Pengumuman LoA juga akan ditentukan. Serta aku juga akan mulai posting lamaran kerja baru. Bisa jadi juga barangkali aku harus menghadiri wawancara. Satu hal yang membuat aku bahagia aku akan menjalani itu semua dengan bunda. Bunda tak pernah berhenti menyemangatiku meski aku tak selalu menyemangati bunda. Dengan bismillah aku ingin benar-benar pasrah. Insya Allah apa pun ketetapan Allah, aku tak boleh kecewa dan patah semangat. Sebab ketetapan Allah itu yang terbaik.
Tunggu aku di Ilmenau Ramadhan ini. Kita akan berpuasa dan berlebaran bersama. Berdua.
PS: I love you
Hari ini sudah sekitar 6 minggu sejak bunda berangkat. Tetap saja waktu terasa amat sangat lama. Aku kangen banget pada bunda. Semoga bulan puasa ini kita bisa bertemu dan berlebaran bareng. Kotanya di mana biar Allah yang menentukan.
Minggu ini aku berikrar ingin semangat lagi. Sudah lebih dari cukup 2 minggu untuk terpuruk. Meski padahal sebenarnya tak ada sedikit alasan pun untuk terpuruk. Toh setiao hari aku masih bisa makan enak. Masih bisa tidur nyaman. Masih punya pekerjaan (setidaknya untuk 2 minggu ke depan). Terutama lagi seperti yang bunda katakan dan sangat membekas di hati aku, aku masih bangun di pagi hari dalam keadaan hidup dan aku punya istri luar biasa seperti bunda.
Di 5 bulan pernikahan kita dan di sekitar 11 bulan sejak kita kenal, aku sudah belajar banyak hal dari bunda. Salah satunya adalah ada 2 hal yang harus kita lakukan dalam setiap 2 momen tertentu hidup kita. Pertama kita harus perfeksionis. Kedua kita harus pasrah. Kita harus perfeksionis saat mempersiapkan diri untuk.menggapai sesuatu. Kita harus memastikan semuanya dalam kondisi terbaik. Misalnya saat belajar dan seperti kondisi aku sekarang saat melamar beasiswa. Misalnya juga saat mencari kerja. Saat ingin punya anak. Kita harus benar-benar berusaha maksimal di momen pertama. Setelah itu, pada momen kedua kita cukup tinggal pasrah bila semua upaya dikerahkan saat menunggu hasil. Momen pertama kita berikhtiar. Momen kedua biarkan kita menunggu dengan tawakal hasilnya. Dan diantara momen pertama dan kedua itu ada momen tengah yang bernama doa. Tak kenapa aku sangat senang terus menulis dan mengingat kronologis ikhtiar doa tawakal ini.
Dua minggu ini akan menjadi 2 minggu yang cuku signifikan untuk aku. Pengumuman beasiswa kominfo akan keluar. Pengumuman LoA juga akan ditentukan. Serta aku juga akan mulai posting lamaran kerja baru. Bisa jadi juga barangkali aku harus menghadiri wawancara. Satu hal yang membuat aku bahagia aku akan menjalani itu semua dengan bunda. Bunda tak pernah berhenti menyemangatiku meski aku tak selalu menyemangati bunda. Dengan bismillah aku ingin benar-benar pasrah. Insya Allah apa pun ketetapan Allah, aku tak boleh kecewa dan patah semangat. Sebab ketetapan Allah itu yang terbaik.
Tunggu aku di Ilmenau Ramadhan ini. Kita akan berpuasa dan berlebaran bersama. Berdua.
PS: I love you
Dear wifey - Morning Positive Trigger
Dear Bunda,
Beberapa minggu ini aku sangat takut. Ketakutan pertama aku dalam hidup ini adalah takut Allah. Takut karena siksa-Nya takut karena murka-Nya jika aku menjadi manusia yang tidak baik. Barangkali ini adalah bentuk ketakutan level keimanan terendah. Namun setidaknya dengan ini aku hampir tak pernah meninggalkan shalat dan ibadah serta selalu berusaha berbuat baik meskipun terkadang aku masih suka berbuat tak baik pada istriku. Ketakutan kedua dalam hidup aku sekarang adalah aku takut kehilangan bunda. Sikap lemah aku beberapa minggu ini membuat aku mulai kecewa pada diri aku sendiri. Aku ngeri jika aku saja sampai kecewa bagaimana dengan bunda? Seperti obrolan hangat kita tadi pagi. Aku sangat menikmatinya meski singkat. Betapa Allah telah sangat baik menganugerahi aku sosok seorang istri yang sempurna. Aku takut kehilangan cinta bunda.
Ada satu hal menarik dari pembicaraan tadi pagi. Bunda tak pernah berhenti menyemangatiku. Padahal seharusnya aku yang lebih berinisiatif menyemangati kuliah yang bunda jalani. Namun selain menyemangati bunda tetap mengingatkan aku untuk tetap realistis. Bunda tetap mengingatkan aku untuk tidak kecewa jika pun mungkin hal-hal yang aku impikan saat ini kelak masih belum dijawab Allah. Insya Allah aku tidak akan pernah kecewa. Insya Allah aku akan terus semangat. Meski terkadang, tak tahu kenapa, untuk trigger yang tak jelas dan terkadang remeh, semangat itu gampang jatuh lagi. Aku tak mau jatuh terus. Ingin jalan dan berlari lagi.
Bunda, siang ini otak aku buntu lagi untuk menulis sesuatu yang berguna. Aku cuma ingin bilang I love you.
Tunggu aku September ini di Ilmenau. Setelah hari ini aku ingin bisa semangat terus seperti bunda.
PS: I love you
Beberapa minggu ini aku sangat takut. Ketakutan pertama aku dalam hidup ini adalah takut Allah. Takut karena siksa-Nya takut karena murka-Nya jika aku menjadi manusia yang tidak baik. Barangkali ini adalah bentuk ketakutan level keimanan terendah. Namun setidaknya dengan ini aku hampir tak pernah meninggalkan shalat dan ibadah serta selalu berusaha berbuat baik meskipun terkadang aku masih suka berbuat tak baik pada istriku. Ketakutan kedua dalam hidup aku sekarang adalah aku takut kehilangan bunda. Sikap lemah aku beberapa minggu ini membuat aku mulai kecewa pada diri aku sendiri. Aku ngeri jika aku saja sampai kecewa bagaimana dengan bunda? Seperti obrolan hangat kita tadi pagi. Aku sangat menikmatinya meski singkat. Betapa Allah telah sangat baik menganugerahi aku sosok seorang istri yang sempurna. Aku takut kehilangan cinta bunda.
Ada satu hal menarik dari pembicaraan tadi pagi. Bunda tak pernah berhenti menyemangatiku. Padahal seharusnya aku yang lebih berinisiatif menyemangati kuliah yang bunda jalani. Namun selain menyemangati bunda tetap mengingatkan aku untuk tetap realistis. Bunda tetap mengingatkan aku untuk tidak kecewa jika pun mungkin hal-hal yang aku impikan saat ini kelak masih belum dijawab Allah. Insya Allah aku tidak akan pernah kecewa. Insya Allah aku akan terus semangat. Meski terkadang, tak tahu kenapa, untuk trigger yang tak jelas dan terkadang remeh, semangat itu gampang jatuh lagi. Aku tak mau jatuh terus. Ingin jalan dan berlari lagi.
Bunda, siang ini otak aku buntu lagi untuk menulis sesuatu yang berguna. Aku cuma ingin bilang I love you.
Tunggu aku September ini di Ilmenau. Setelah hari ini aku ingin bisa semangat terus seperti bunda.
PS: I love you
Friday, May 4, 2012
Dear wifey - Keutamaan Shalat Shubuh
Dear bunda,
Pada suatu hari Sahabat Ali kesiangan ketika hendak berangkat shalat Shubuh. Saat terburu-buru menuju ke mesjid di depan Ali ada seorang kakek tua yang berjalan sangat pelan. Ali menghormati kakek tersebut dan tak mau berjalan mendahuluinya sehingga Ali berjalan pelan di belakang kakek itu. Saat sampai di mesjid matahari sudah hampir terbit dan ternyata kakek tersebut berjalan lurus tidak masuk ke mesjid sebab ternyata ia seorang nasrani. Ali segera masuk ke mesjid dan jamaah yang dipimpin rasulullah ternyata sedang ruku terakhir. Setelah shalat sahabat-sahabat bertanya pada rasulullah, mengapa rasul ruku terakhir sangat lama sekali. Rasul pun menjawab pada ruku terakhir malaikat Jibril menahan punggung rusul sehingga rasul tak bisa bangkit dan pada saat yang sama malaikat Mikail menahan terbitnya sinar matahari sebab kedua malaikat ini ingin memastikan Ali tidak ketinggalan berjamaah.
Cerita tersebut tidak aku kopi paste loh. Aku pernah baca dan aku tulis ulang di sini. Shalat shubuh itu shalat yang rakaatnya paling pendek dan rentang waktunya juga paling pendek dan karena dilakukan paling pagi, godaannya paling berat. Pernah aku baca suatu artikel yang menyatakan bila orang-orang tahu tentang keutamaan shalat shubuh, meskipun harus sampai merangkak, semua orang pasti akan melakukannya tepat waktu. Salah satu syarat sahnya shalat adalah dilakukan pada waktunya. Batas shubuh adalah terbitnya matahari (CMIIW). Jadi kalau shalat shubuh dengan sengaja saat sudah lewat dari terbit matahari sepertinya kita harus mempertanyakan apakah shalat tersebut diterima atau tidak. Sekali dua kali khilaf terbangun siang sehingga terlambat shubuh adalah manusiawi. Apalagi jika khilaf yang benar-benar khilaf. Sehingga kita berhak untuk mengqadanya. Namun jika khilafnya hampir setiap hari tentunya akan menjadi hal yang kurang baik kan. Padahal seharusnya dengan niatan kuat selelah-lelahnya kita pada malam sebelumnya dan sengantuk-ngantuknya kita saat shubuh kita pasti akan bisa bangun. Ini shalat loh, suatu amal yang akan ditanya paling pertama. Satu shalat saja yang kita tinggal dengan sengaja akan menjadi dosa besar. Yuk kita biasakan tidak mengentengkan amal ibadah terutama shalat dan selalu berusaha menjalankan shalat tepat waktunya.
Hehe maaf ya tiba-tiba hari ini aku sok berkhutbah. Aku ingin membagi wasilah pada diriku sendiri dan terutama pada istriku. Semoga kita bisa selalu shalat tepat waktu dan shalat dengan benar dan baik. Terutama shalat shubuh tepat waktu. Jadi kalau kita sudah benar-benar bisa membiasakan, kelak anak-anak kita tinggal mencontoh tanpa harus kita berbesar mulut. Biar mereka belajar dari teladan, bukan dari kata-kata.
Tunggu aku di Ilmenau September ini. Aku ingin bisa tinggal bersamamu, belajar bersamamu dan beribadah terus bersamamu. Meski jadwal shalat di sana agak berat, semoga kita bisa terus teguh menjalankannya dengan maksimal, bersama.
PS: I love you
Pada suatu hari Sahabat Ali kesiangan ketika hendak berangkat shalat Shubuh. Saat terburu-buru menuju ke mesjid di depan Ali ada seorang kakek tua yang berjalan sangat pelan. Ali menghormati kakek tersebut dan tak mau berjalan mendahuluinya sehingga Ali berjalan pelan di belakang kakek itu. Saat sampai di mesjid matahari sudah hampir terbit dan ternyata kakek tersebut berjalan lurus tidak masuk ke mesjid sebab ternyata ia seorang nasrani. Ali segera masuk ke mesjid dan jamaah yang dipimpin rasulullah ternyata sedang ruku terakhir. Setelah shalat sahabat-sahabat bertanya pada rasulullah, mengapa rasul ruku terakhir sangat lama sekali. Rasul pun menjawab pada ruku terakhir malaikat Jibril menahan punggung rusul sehingga rasul tak bisa bangkit dan pada saat yang sama malaikat Mikail menahan terbitnya sinar matahari sebab kedua malaikat ini ingin memastikan Ali tidak ketinggalan berjamaah.
Cerita tersebut tidak aku kopi paste loh. Aku pernah baca dan aku tulis ulang di sini. Shalat shubuh itu shalat yang rakaatnya paling pendek dan rentang waktunya juga paling pendek dan karena dilakukan paling pagi, godaannya paling berat. Pernah aku baca suatu artikel yang menyatakan bila orang-orang tahu tentang keutamaan shalat shubuh, meskipun harus sampai merangkak, semua orang pasti akan melakukannya tepat waktu. Salah satu syarat sahnya shalat adalah dilakukan pada waktunya. Batas shubuh adalah terbitnya matahari (CMIIW). Jadi kalau shalat shubuh dengan sengaja saat sudah lewat dari terbit matahari sepertinya kita harus mempertanyakan apakah shalat tersebut diterima atau tidak. Sekali dua kali khilaf terbangun siang sehingga terlambat shubuh adalah manusiawi. Apalagi jika khilaf yang benar-benar khilaf. Sehingga kita berhak untuk mengqadanya. Namun jika khilafnya hampir setiap hari tentunya akan menjadi hal yang kurang baik kan. Padahal seharusnya dengan niatan kuat selelah-lelahnya kita pada malam sebelumnya dan sengantuk-ngantuknya kita saat shubuh kita pasti akan bisa bangun. Ini shalat loh, suatu amal yang akan ditanya paling pertama. Satu shalat saja yang kita tinggal dengan sengaja akan menjadi dosa besar. Yuk kita biasakan tidak mengentengkan amal ibadah terutama shalat dan selalu berusaha menjalankan shalat tepat waktunya.
Hehe maaf ya tiba-tiba hari ini aku sok berkhutbah. Aku ingin membagi wasilah pada diriku sendiri dan terutama pada istriku. Semoga kita bisa selalu shalat tepat waktu dan shalat dengan benar dan baik. Terutama shalat shubuh tepat waktu. Jadi kalau kita sudah benar-benar bisa membiasakan, kelak anak-anak kita tinggal mencontoh tanpa harus kita berbesar mulut. Biar mereka belajar dari teladan, bukan dari kata-kata.
Tunggu aku di Ilmenau September ini. Aku ingin bisa tinggal bersamamu, belajar bersamamu dan beribadah terus bersamamu. Meski jadwal shalat di sana agak berat, semoga kita bisa terus teguh menjalankannya dengan maksimal, bersama.
PS: I love you
Thursday, May 3, 2012
Dear wifey - Semoga kita berjodoh ya
Dear Bunda,
Apakah kita sudah menikah? Tentu saja iya. Namun pendekatan yang kita jalani memang beda dari biasanya. Untuk sekarang aku tidak bisa memeluk bunda dengan puas. Aku tak bisa makan bareng bunda. Tidak bisa jalan-jalan bareng. Tidak bisa membangunkan bunda di pagi hari dengan sentuhan terhangat. Mungkin Allah ingin agar pernikahan kita akan terkenang selalu dan ingin melatih kita untuk mencintai dengan rasa cinta yang besar saat jauh dan mencintai dengan rasa cinta yang lebih besar lagi saat dekat.
Semalam aku iseng melihat video Mario Teguh di Youtube. Programnya berjudul Apakah perlu menikah? Jawabannya tentu saja iya. Lalu mengapa perlu menikah? Jawabannya karena menikah itu penting. Kenapa penting? Karena secara alamiah manusia akan membutuhkan partner untuk saling menyempurnakan. Saling menyempurnakan artinya bahwa secara kodrat manusia itu tidak sempurna tempatnya salah dan lupa. Tapi bukan berarti untuk terlalu memaklumi kesalahan juga. Kesalahan itu ada bukan untuk membuat ketagihan. Tapi kesalahan itu ada agar kita belajar untuk tidak mengulangi dan selalu berusaha lebih baik lagi.
Kali ini aku tak mau menulis panjang lebar. Tadi aku menemukan file text log chat kita saat aku baru "menembak" bunda. Saat membaca aku tersenyum sambil menerawang masa itu. Ada sebuah statement dalam chat log itu yang membuat takjub. Kamu pernah berkata: "Semoga kita berjodoh ya." Dan kini aku tersenyum sebab 3 bulan setelah bunda berkata hal tersebut akhirnya kita menikah. Tentu saja perjalanan rumah tangga kita yang masih sangat muda saja sudah diberikan banyak ujian. Ke depan pun pasti akan banyak ujian lagi yang semoga akan terus membuat kita semakin saling menyayangi. Insya Allah aku ingin mengarungi bahtera cinta ini selamanya dengan bunda.
Masa lalu itu ada untuk dikenang dan dijadikan pelajaran untuk membuat kita lebih maju dan lebih bersyukur. Complete chatnya aku attach ya.
(05:28:13 PM) jonkartagolamida: tau gak. sebelum kenal kamu. aku ga terlalu banyak berpikir tentang umrah atau haji. aku dulunya merasa baru mau memikirkan itu setelah cukup berumur. tapi kamu sepertinya sudah merubah pandangan aku tersebut (05:28:17 PM) jonkartagolamida: ihhhhhhh ikuttt :D (05:28:57 PM) Indri Rizkina Hapsari: ga tau yaa.. setelah umrah itu tarikannya kuaaattt banget (05:29:20 PM) jonkartagolamida: :) (05:29:31 PM) Indri Rizkina Hapsari: gampang kangen.. (05:29:35 PM) jonkartagolamida: Insya Allah pasti bisa segera ke sana lagi. *sama aku hehehe (05:29:41 PM) Indri Rizkina Hapsari: aaamiiinnn... (05:29:54 PM) Indri Rizkina Hapsari: semoga kita berjodoh yaaa... :) 17:30 (05:30:12 PM) jonkartagolamida: seperti kata kamu sayang, kita saling mendoakan aja ya. (05:30:24 PM) jonkartagolamida: :) (05:30:41 PM) jonkartagolamida: btw aku degdegan gt loh saat km bilang ini "semoga kita berjodoh yaaa... :)" (05:30:46 PM) jonkartagolamida: :p (05:30:59 PM) Indri Rizkina Hapsari: :D (05:31:05 PM) Indri Rizkina Hapsari: what makes you sooooooo? (05:32:17 PM) jonkartagolamida: hihihi don't know. I start to hoping so much that it will become true. makanya degdegan. tapi aku percaya semua hal dimulai dari hope. dilanjutkan dgn ikhtiar. dibantu dengan doa. ditunggu dgn tawakal. :) (05:32:34 PM) Indri Rizkina Hapsari: agree.. (05:32:51 PM) Indri Rizkina Hapsari: tapi dear, what if it turns out that we didnt? (05:32:56 PM) Indri Rizkina Hapsari: huhuhu (05:34:47 PM) jonkartagolamida: satu kata aja sayang. percaya. (05:34:56 PM) jonkartagolamida: aku ngerti pasti di hati kamu masih ada trauma 17:35 (05:35:14 PM) jonkartagolamida: Namun seperti yg kita tahu, setiap kejadian pasti ada hikmahnya (05:35:25 PM) jonkartagolamida: semua yg terjadi itu adalah karena itu yg terbaik (05:35:43 PM) jonkartagolamida: demikian jg semua yg tidak terjadi karena itu yg terbaik utk tak terjadi. hihi ribet bgt yak (05:36:33 PM) jonkartagolamida: kata temen aku semua kejadian di dunia ini sudah ditetapkan sejak di lauhul mahfuz (05:37:09 PM) Indri Rizkina Hapsari: yes.. (05:37:29 PM) Indri Rizkina Hapsari: i dont know dear, i just havent got the "feeling" (05:37:38 PM) jonkartagolamida: :) (05:37:46 PM) jonkartagolamida: let it flow ya sayang (05:37:55 PM) jonkartagolamida: aku pun mau ngomong dr sekarang (05:38:14 PM) jonkartagolamida: jika pun di tengah jalan kamu merasa masih ga bisa dpt feeling itu (05:38:17 PM) jonkartagolamida: just told me (05:38:21 PM) jonkartagolamida: *just tell me (05:38:33 PM) jonkartagolamida: aku akan sangat bisa mengerti (05:38:41 PM) jonkartagolamida: I just can hope and pray (05:39:06 PM) jonkartagolamida: tapi hati kamu dan ketetapan yg terjadi kemudian itu semua di luar kekuasaan aku (05:39:10 PM) jonkartagolamida: :) (05:39:38 PM) Indri Rizkina Hapsari: that's a very nice of you dear.. thank you soo much.. *almost crying kalo ga inget puasa (05:39:49 PM) jonkartagolamida: nangis ga batalin puasa kok dear (05:39:58 PM) jonkartagolamida: asal tearsnya jangan diminum ya (05:39:59 PM) jonkartagolamida: :))
PS: I love you
Apakah kita sudah menikah? Tentu saja iya. Namun pendekatan yang kita jalani memang beda dari biasanya. Untuk sekarang aku tidak bisa memeluk bunda dengan puas. Aku tak bisa makan bareng bunda. Tidak bisa jalan-jalan bareng. Tidak bisa membangunkan bunda di pagi hari dengan sentuhan terhangat. Mungkin Allah ingin agar pernikahan kita akan terkenang selalu dan ingin melatih kita untuk mencintai dengan rasa cinta yang besar saat jauh dan mencintai dengan rasa cinta yang lebih besar lagi saat dekat.
Semalam aku iseng melihat video Mario Teguh di Youtube. Programnya berjudul Apakah perlu menikah? Jawabannya tentu saja iya. Lalu mengapa perlu menikah? Jawabannya karena menikah itu penting. Kenapa penting? Karena secara alamiah manusia akan membutuhkan partner untuk saling menyempurnakan. Saling menyempurnakan artinya bahwa secara kodrat manusia itu tidak sempurna tempatnya salah dan lupa. Tapi bukan berarti untuk terlalu memaklumi kesalahan juga. Kesalahan itu ada bukan untuk membuat ketagihan. Tapi kesalahan itu ada agar kita belajar untuk tidak mengulangi dan selalu berusaha lebih baik lagi.
Kali ini aku tak mau menulis panjang lebar. Tadi aku menemukan file text log chat kita saat aku baru "menembak" bunda. Saat membaca aku tersenyum sambil menerawang masa itu. Ada sebuah statement dalam chat log itu yang membuat takjub. Kamu pernah berkata: "Semoga kita berjodoh ya." Dan kini aku tersenyum sebab 3 bulan setelah bunda berkata hal tersebut akhirnya kita menikah. Tentu saja perjalanan rumah tangga kita yang masih sangat muda saja sudah diberikan banyak ujian. Ke depan pun pasti akan banyak ujian lagi yang semoga akan terus membuat kita semakin saling menyayangi. Insya Allah aku ingin mengarungi bahtera cinta ini selamanya dengan bunda.
Masa lalu itu ada untuk dikenang dan dijadikan pelajaran untuk membuat kita lebih maju dan lebih bersyukur. Complete chatnya aku attach ya.
(05:28:13 PM) jonkartagolamida: tau gak. sebelum kenal kamu. aku ga terlalu banyak berpikir tentang umrah atau haji. aku dulunya merasa baru mau memikirkan itu setelah cukup berumur. tapi kamu sepertinya sudah merubah pandangan aku tersebut (05:28:17 PM) jonkartagolamida: ihhhhhhh ikuttt :D (05:28:57 PM) Indri Rizkina Hapsari: ga tau yaa.. setelah umrah itu tarikannya kuaaattt banget (05:29:20 PM) jonkartagolamida: :) (05:29:31 PM) Indri Rizkina Hapsari: gampang kangen.. (05:29:35 PM) jonkartagolamida: Insya Allah pasti bisa segera ke sana lagi. *sama aku hehehe (05:29:41 PM) Indri Rizkina Hapsari: aaamiiinnn... (05:29:54 PM) Indri Rizkina Hapsari: semoga kita berjodoh yaaa... :) 17:30 (05:30:12 PM) jonkartagolamida: seperti kata kamu sayang, kita saling mendoakan aja ya. (05:30:24 PM) jonkartagolamida: :) (05:30:41 PM) jonkartagolamida: btw aku degdegan gt loh saat km bilang ini "semoga kita berjodoh yaaa... :)" (05:30:46 PM) jonkartagolamida: :p (05:30:59 PM) Indri Rizkina Hapsari: :D (05:31:05 PM) Indri Rizkina Hapsari: what makes you sooooooo? (05:32:17 PM) jonkartagolamida: hihihi don't know. I start to hoping so much that it will become true. makanya degdegan. tapi aku percaya semua hal dimulai dari hope. dilanjutkan dgn ikhtiar. dibantu dengan doa. ditunggu dgn tawakal. :) (05:32:34 PM) Indri Rizkina Hapsari: agree.. (05:32:51 PM) Indri Rizkina Hapsari: tapi dear, what if it turns out that we didnt? (05:32:56 PM) Indri Rizkina Hapsari: huhuhu (05:34:47 PM) jonkartagolamida: satu kata aja sayang. percaya. (05:34:56 PM) jonkartagolamida: aku ngerti pasti di hati kamu masih ada trauma 17:35 (05:35:14 PM) jonkartagolamida: Namun seperti yg kita tahu, setiap kejadian pasti ada hikmahnya (05:35:25 PM) jonkartagolamida: semua yg terjadi itu adalah karena itu yg terbaik (05:35:43 PM) jonkartagolamida: demikian jg semua yg tidak terjadi karena itu yg terbaik utk tak terjadi. hihi ribet bgt yak (05:36:33 PM) jonkartagolamida: kata temen aku semua kejadian di dunia ini sudah ditetapkan sejak di lauhul mahfuz (05:37:09 PM) Indri Rizkina Hapsari: yes.. (05:37:29 PM) Indri Rizkina Hapsari: i dont know dear, i just havent got the "feeling" (05:37:38 PM) jonkartagolamida: :) (05:37:46 PM) jonkartagolamida: let it flow ya sayang (05:37:55 PM) jonkartagolamida: aku pun mau ngomong dr sekarang (05:38:14 PM) jonkartagolamida: jika pun di tengah jalan kamu merasa masih ga bisa dpt feeling itu (05:38:17 PM) jonkartagolamida: just told me (05:38:21 PM) jonkartagolamida: *just tell me (05:38:33 PM) jonkartagolamida: aku akan sangat bisa mengerti (05:38:41 PM) jonkartagolamida: I just can hope and pray (05:39:06 PM) jonkartagolamida: tapi hati kamu dan ketetapan yg terjadi kemudian itu semua di luar kekuasaan aku (05:39:10 PM) jonkartagolamida: :) (05:39:38 PM) Indri Rizkina Hapsari: that's a very nice of you dear.. thank you soo much.. *almost crying kalo ga inget puasa (05:39:49 PM) jonkartagolamida: nangis ga batalin puasa kok dear (05:39:58 PM) jonkartagolamida: asal tearsnya jangan diminum ya (05:39:59 PM) jonkartagolamida: :))
PS: I love you
Wednesday, May 2, 2012
Dear wifey - Life is beautiful
Dear bunda,
Matahari di Singapura sedang malu-malu pagi ini. But life goes on like usual. Ada yang ngantor. Ada yang sekolah. Ada yang kuliah. Atau ada juga yang sekedar ke pasar. Aku sendiri hanya berdiri sambil menunggu bus. Bermacam-macam bus dengan bermacam nomor. Sesekali aku melihat orang yang berlari-lari mengejar bus.
Life is tough. Banyak hal harus diperjuangkan. Misalnya mimpi dan cita-cita. Banyak hal lain juga yang harus diperjuangkan. Misalnya tetap kuat melewati ujian. Banyak hal juga harus diperjuangkan. Contohnya membangun hubungan jarak jauh dengan istriku agar tetap indah. Tidak mudah, namun sekali lagi harus diperjuangkan.
Life is beautiful. Aku masih suka terkekeh sendiri saat melihat orang-orang India yang senang sekali ngampar di trotoar. Hidup ini indah, kalau pulang ke Indonesia lihat perjuangan orang-orang yang tak seberuntung kita yang tetap tegar menjalani hari-harinya. Saat hilang motivasi, dulu biasanya aku membayangkan diri menjadi orang lain. Bayangkan bagaimana tukang sampai yang menarik-narik gerobak berat. Bayangkan tukang gorengan yang memikul bakul gorengannya yang berat. Banyak orang-orang yang tidak seberuntung kita dalam hal-hal kasat mata. Namun mereka masih tetap positive dan semangat dan bersyukur. Betapa lemahnya kita jika mudah menyerah oleh terpaan masalah kecil.
Hidup ini indah. Lihatlah langit dan laut. Lihat matahari dan bintang. Lihat binatang-binatang yang lucu. Bisa memiliki anugerah istri yang sempurna. Dan yang paling utama, hidup ini indah sebab setiap pagi kita masih bangun dalam keadaan hidup untuk menikmati keindahan-keindahan tadi. Sehat dan tidak sakit. Ini seperti yang bunda bilang dan sangat benar adanya.
Tunggu aku di Ilmeau ya bun. Insya Allah tak lama lagi. Aku ingin kita sama-sama merajut hidup indah kita.
PS: I love you
Matahari di Singapura sedang malu-malu pagi ini. But life goes on like usual. Ada yang ngantor. Ada yang sekolah. Ada yang kuliah. Atau ada juga yang sekedar ke pasar. Aku sendiri hanya berdiri sambil menunggu bus. Bermacam-macam bus dengan bermacam nomor. Sesekali aku melihat orang yang berlari-lari mengejar bus.
Life is tough. Banyak hal harus diperjuangkan. Misalnya mimpi dan cita-cita. Banyak hal lain juga yang harus diperjuangkan. Misalnya tetap kuat melewati ujian. Banyak hal juga harus diperjuangkan. Contohnya membangun hubungan jarak jauh dengan istriku agar tetap indah. Tidak mudah, namun sekali lagi harus diperjuangkan.
Life is beautiful. Aku masih suka terkekeh sendiri saat melihat orang-orang India yang senang sekali ngampar di trotoar. Hidup ini indah, kalau pulang ke Indonesia lihat perjuangan orang-orang yang tak seberuntung kita yang tetap tegar menjalani hari-harinya. Saat hilang motivasi, dulu biasanya aku membayangkan diri menjadi orang lain. Bayangkan bagaimana tukang sampai yang menarik-narik gerobak berat. Bayangkan tukang gorengan yang memikul bakul gorengannya yang berat. Banyak orang-orang yang tidak seberuntung kita dalam hal-hal kasat mata. Namun mereka masih tetap positive dan semangat dan bersyukur. Betapa lemahnya kita jika mudah menyerah oleh terpaan masalah kecil.
Hidup ini indah. Lihatlah langit dan laut. Lihat matahari dan bintang. Lihat binatang-binatang yang lucu. Bisa memiliki anugerah istri yang sempurna. Dan yang paling utama, hidup ini indah sebab setiap pagi kita masih bangun dalam keadaan hidup untuk menikmati keindahan-keindahan tadi. Sehat dan tidak sakit. Ini seperti yang bunda bilang dan sangat benar adanya.
Tunggu aku di Ilmeau ya bun. Insya Allah tak lama lagi. Aku ingin kita sama-sama merajut hidup indah kita.
PS: I love you
Tuesday, May 1, 2012
Dear wifey - Stuck Brain
Dear Bunda,
In life practical is often not as easy as theory. For example in theory mentioned most of problem can be done easier if we can thinking positive. But practically thinking positive is not as easy as mention it. Especially in non positive situation. The part that I hate most is often mood swinging down to down without clear reason why it happen. Suddenly I cannot sleep last night and same again this morning. Is there any subconscious mind bothering me? I don't know. I as the owner of this mind even don't know that exactly. I also want to survive from this rain. Even though this is not rain at all. This is only small rain cloud. I don't know. My brain stuck this morning. But I always try for not making my heart stuck. Always try to be positive. Never give up. More mature.
Sorry again for this useless letter. In small part of my mind, there always a spirit, even though sometime remaining small. To chase whatever dream to pass through all the problem and survive. This morning I just want to sleep peacefully. And wake up with stronger and more positive feeling.
PS: I love you
In life practical is often not as easy as theory. For example in theory mentioned most of problem can be done easier if we can thinking positive. But practically thinking positive is not as easy as mention it. Especially in non positive situation. The part that I hate most is often mood swinging down to down without clear reason why it happen. Suddenly I cannot sleep last night and same again this morning. Is there any subconscious mind bothering me? I don't know. I as the owner of this mind even don't know that exactly. I also want to survive from this rain. Even though this is not rain at all. This is only small rain cloud. I don't know. My brain stuck this morning. But I always try for not making my heart stuck. Always try to be positive. Never give up. More mature.
Sorry again for this useless letter. In small part of my mind, there always a spirit, even though sometime remaining small. To chase whatever dream to pass through all the problem and survive. This morning I just want to sleep peacefully. And wake up with stronger and more positive feeling.
PS: I love you
Subscribe to:
Posts (Atom)