Dear bunda,
Meskipun kita sekarang jauh, semakin hari aku merasa semakin dekat kamu. Semakin waktu rasa cintanya seperti tak terukur lagi. Aku jadi ingat salah satu pembahasan di buku kado pernikahan Quraisyi Shihab. Meski aku lupa detailnya tapi cukup teringat secara umumnya.
Pernikahan itu akan mengalami beberapa fase. Pertama adalah fase bulan madu. Fase di mana masa-masa sangat pertama kita menikah. Semua terasa indah. Cinta membludak tiada tara. Kedua adalah fase berbunga. Masih bersambung dari fase bulan madu. Di sini kita masih berusaha untuk tampil sempurna dan menutup kekurangan kita. Semua masih serba romantis dan indah. Ketiga adalah fase mulai datar. Rutinitas yang selalu kita jalani bersama membuat semua mulai terasa datar. Kita masih mencintai dengan rasa cinta yang besar. Namun perlahan-lahan kita dapat mulai melihat karakter asli pasangan kita masing-masing. Keempat adalah fase konflik. Beberapa perbedaan mulai mencuat. Sebuah hal kecil bisa menjadi pemicu pertengkaran. Ini adalah fase kritis yang sangat mempengaruhi pernikahan di masa depan. Kelima adalah fase damai. Masing-masing berusaha menarik diri dan menekan ego. Masing-masing berusaha merenung dan evaluasi diri. Keenam adalah fase integritas. Di mana masing-masing pihak menyadari kekurangan pasangan dan dirinya dan belajar memaklumi sambil berusaha terus memperbaiki kualitas diri terutama untuk pasangannya. Ini adalah ultimate phase. Di momen ini cinta pun tumbuh sangat besar. Bahkan lebih besar dari fase awal-awal sekali pun. Rasa saling membutuhkan pun menjadi sangat tinggi. Masing-masing pihak sudah merasa saling terintegrasi dan memahami.
Sebenarnya fase-fase di atas tidak.murni dari buku. Namun poin-poinnya sepertinya cukup sama. Kembali ke masalah kita, aku merasa sekarang kita sudah ada di fase integritas. Tak tahu kenapa seperti yang pernah ceritakan ke bunda, rasa cintaku yang biasanya full hanya pada bunda, sekarang meluber tak terukur. Tak henti-henti aku selalu kangen dan ingat kamu. Aku merasa sampai di momen akan menerima kamu apa adanya. Akan cinta padamu saat kamu ngambek (tanpa ikut-ikutan ngambek setelahnya) dan tetap cinta kamu saat bunda ceria. Bunda nyaris sempurna. Dan aku sekarang sampai di titik ketika aku bisa mencoret kata "nyaris" tadi. Aku sekarang ada dalam perasaan ingin bersama bunda selamanya baik saat senang maupun saat senang (aku ingin bisa mewarnai masa sulit sekali pun dalam rasa syukur dan sesuatu yang indah).
Bunda, aku selalu menikmati tingkah manjamu. Suaramu yang menggemaskan seperti kanak-kanak. Expresimu yang selalu jenaka. Aku pun selalu bahagia ketika engkau sering menggoda-goda aku dengan genit. Bunda aku pun senang saat melihat kamu sedang serius dalam timbunan bahan bacaan untuk kuliah. Bunda aku selalu ingin memelukmu dalam tidur lelap yang terkadang diwarnai dengan gaya-gaya bobo yang anggun. Terkadang tangan mengangkat. Terkadang kaki mengangkat tegak. Kadang-kadang kaki menggaruk kakimu sendiri. Bahkan saat bobo dan mulutmu agak mangap, aku gemas bukan kepalang. Gemas ingin menutup menutup bibir cantik itu dengan bibirku. ;)
Bunda, semakin hari aku semakin cinta kamu. Aku sadar pernikahan kita mungkin masih akan melalui berbagai fase. Namun aku akan terus berjuang untuk menjadi suami terbaik bagimu. Berjuang untuk membangun pernikahan yang selalu indah untuk kita.
Pada akhirnya, entah sudah berapa kali aku bicara ini, aku selalu ingin pernikahan kita bisa abadi selamanya. Aku ingin kita selalu saling mendampingi bersama di dunia dan akhirat. Aku juga ingin cinta di antara kita terus membara dan cinta tersebut adalah cinta yang dapat menghantarkan kita pada ridha Illahi.
Bunda, aku sayang kamu dan semakin sayang kamu. Aku cinta kamu dan semakin cinta kamu. Aku rindu kamu dan terus rindu. Aku butuh kamu dan selalu butuh kamu.
Tunggulah aku di Ilemanau pada September tahun ini. Aku ingin terus merajut cinta kita yang berwarna dalam pernikanan abadi kita selamanya bersama bunda.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment