Dear bunda,
Baru saja aku naik 67 lagi saat berangkat ngantor ini. Dulu biasa aku menulis surat kangen bada shalat malam sebelum shubuh. Namun beberapa hari ini aku menulisnya di atas 67 dalam perjalanan ke kantor. Perjalanan bus nemakan waktu 30-40 menit, biasanya cukup untuk membuat satu surat kangen. Terkadang panjang terkadang pendek.
Sebelum memulai, pagi ini berjalan agak beda. Aku tidur dan bangun tidur tanpa ditemani bunda. Meski biasanya pun hanya melalui layar display tipis laptop. Kangen dan sepi rasanya. Pagi ini tak ada gadis berpipi imut memanggil-manggilku seperti pagi kemarin. Gadis yang punya 7 level suara. Dari suara dewasa tegas yang agak menyeramkan hingga level suara kanak-kanak yang menggemaskan seperti saat bunda pernah mengirim voice message "Hubby hubby telpon wifey donk... Wifey rindu... Muachhh". Namun aku suka semua suara bunda.
Sejak naik pindah ke Farrer Park dan naik 67 lagi. Aku merasa dejavu. Jadi teringat sekitar 2 minggu pertama numpang tinggal di Choa Chu Kang komuter naik 67 juga. Waktu itu seperti yang aku cerita bisa 2 jam lebih di perjalanan melintasi satu ujung Singapur ke ujung yang lain. Terkadang seringkali aku tidur lalu bangun lalu teridur lagi bangun lagi tidur lagi bangun lagi dan bus masih belum sampai tujuan.
67 ada 2 jenis. Bus single dan bus gandeng. Aku paling suka bus gandeng. Aku biasa duduk paling belakang di mana aku bisa melihst banyak kehidupan di sela-sela aku tertidur dan terbangun. Sebenarnya aku paling suka bus tingkat. Namun bus tingkat tak bisa berjalan terlalu cepat. Beda dengan bus single. Meski pada teorinya bus gandeng tak boleh berjalan terlalu cepat, beberapa supir 67 biasa menyupir dengan cukup ngebut. Hingga bahkar ekor bus gandeng sampe terpental-pental saat jalan bergelombang dan buntutnya menggot-menggot saat belok. Maka dari itu aku juga suka bus gandeng.
Hampir semua bus publik di Singapura memakai transmisi matik. Entah mungkin karena ini juga, supir-supir di sini nampaknya tak kenal kopling. Jadi setiap bus mau jalan terkadang suka menyentak. Aku pernah hampir terpantal ke belakang menimpa seorang gadis chinese (bukan ukhti.kok) saat hendak turun dan supir menggas yang sangat melonjak. Lalu saat transmisi matik memindah gear pun terkadang cukup terasa ndut-ndutan. Tapi meski demikian bus-bus di sini selalu nyaman.
Scheduling bus juga nyaris sangat teratur. Sejak tinggal di Hougang hingga sekarang saat aku berangkat atau pulang pada jam terrtentu dan keesokannya berangkat atau pulang pada jam yang sama aku hampir pasti bertemu supir yang sama bahkan kadangkala penumpang-penumpang yang sama. Termasuk saat ini. Aku naik bus dengan supir yang sama sejak 2 atau 3 hari lalu.
Dear bunda waktu masih kecil aku pernah ditanya cita-citaku apa. Saat serius aku akan menjawab astronot. Namun saat bercanda aku bilang pengen jadi tukang ojek. Hehe. Saat sudah gede dan senang bus terkadang aku ingin mencoba menyupir bus atau truk canggih. Di facebook aku melike page Scania. Salah satu merk truk dan bus dari Eropa. Supir bus itu keren. Bahkan sebanding dengan pilot karena mengemudikan benda yang sangat besar.
Bunda, pagi ini aku kangen bunda. Aku juga sedih sering membuat bunda resah. Bahkan saking lebaynya aku sering sedih jika aku mengirim pesan lama tak dijawab atau bahkan tak dijawab meski sekedar dengan sebuah smiley :).
Aku masih belum mau turun. Kantor masih beberapa blok lagi. Namun aku tutup dulu surat kali ini agar tak terlalu membosankan.
Bun, doakan aku untuk kemaslahatan beasiswa dan LOA ku ya. Sehingga aku bisa sampai di Ilmenau pada bulan September di mana kita akan sama-sama belajar dan aku terus belajar padamu. Sesekali saat santai aku ingin bunda mengajak kita naik bus di sana.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment