Dear wifey sayang, hari ini tepat seminggu sejak wifey berangkat. Sedikit mengulang mengenai relativitas waktu yang kita bahas kemarin, seminggu ini mungkin seminggu terlama dalam hidupku. Agak gamang juga apakah aku akan sanggup menghadapi minggu-minggu ke depan tanpa wifey? Tentu saja Insya Allah aku harus sanggup dan sabar. Aku tak akan pernah berhenti percaya Allah punya skenario yang sangat indah untuk kita. Aku ingin selalu percaya karena Allah akan selalu mengikuti sangkaan hamba-hambanya.
Kemarin saat berangkat shalat Jumat, hujan turun dengan sangat deras disertai angin yang sangat kencang. Alhamdulillah tak sedikit pun berkurang niatan aku untuk shalat Jumat. Dengan berpayung merah dan bergulung celana, aku berjalan menembus hujan. Jalurnya adalah jalan yang kita lalui saat pertama kali wifey menjemput hubby ke kantor dan kita berdua jalan ke mesjid Mydin di jalan lapang. Alhamdulillah, di jalan ada sedan mengklakson dan memberi tumpangan hingga sampai mesjid.
Hujan selalu membawa romantisme tersendiri. Secara fisika, hujan adalah awan yang turun ke bumi menjadi air. Namun manusia menginterpretasikan kejadian alam tersebut bermacam-macam. Ada yang bahagia karena menilai hujan itu rejeki. Ada yang misuh-misuh karena hujan akan membawa banjir (genangan kata F*ckzy Bowo) yang kemudian akan membuat macet tak terkira meski hujannya kecil (biasanya di Jakarta kota yang juga banyak meninggalkan kenangan indah bagi kita). Hujan pun akan banyak dikecam ibu-ibu yang punya banyak cucian belum kering. Namun hujan justru terkadang disambut oleh suami-suami bahagia yang kebetulan ada di rumah bersama istrinya, sebab pasangan ini bisa bermesraan bersama dan berpelukan sambil memandangi hujan yang turun di luar jendela. Bagi aku hujan selalu berarti romantisme.
Dear wifey, ada suatu masa saat aku mulai sering berkunjung ke tempat wifey sebelum kita menikah, aku terperangkap hujan. Sepulang kantor seperti biasa dengan semangat menggebu aku meluncur ke rumah wifey di tanah kusir dengan si merah. Namun naas, di tengah jalan hujan turun. Awalnya gerimis, aku memaksakan terus berjalan. Hujan menderas, aku berhenti berteduh di emperan toko. Pada hari itu aku khilaf membawa mantel. Hujan sedikit mereda aku kembali meluncur. Dekat gandaria city jalanan macet sekali dan tiba-tiba hujan menderas kembali seperti air yang ditumpah-tumpahkan dari langit. Akhirnya aku menyerah dan berteduh di halte seberang ganci. Berhubung tempat duduk halte basah semua dan banyak langit-langit halte yang bocor aku pun nangkring seperti burung perkutut di salah satu spot di halte itu sambil menahan rindu untuk bisa bertemu dengan wifey saat itu. Hampir satu jam aku menunggu hingga aku pun menerobos hujan kembali. Sesampai tanah kusir wifey langsung sangat khawatir dan memintaku mengganti baju. Malam itu kita makan orak-arik buatan wifey bersama. Salah satu makanan terenak yang pernah aku makan. Dari situ juga semakin tumbuh rasa-rasa cinta di dada aku pada calon istri aku.
Dear wifey, momen romantis lain dari hujan adalah saat bulan madu kita yang singkat. Terkadang sering tersenyum namun sambil ingin menitikan air mata di saat bersamaan mengingat momen berburu baso bakar yang pernah kita lakukan di Batu, Malang. Sampai sekarang aku sering merasa menjadi suami terbodoh sedunia yang mengajak istrinya yang sedang kurang enak badan berhujan-hujan dan beranging-angin di tengah malam. Hujan cukup deras pada waktu itu. Kita pun sempat berteduh di emperan toko kemudian berputar-putar jalan karena tersasar. Pada akhirnya kita menemukan stall baso tersebut. Hujan kembali turun dengan deras. Aku merasa itu adalah salah satu momen ketika aku benar-benar merasa dekat dengan wifey. Wifey adalah sosok istri yang jauh jauh lebih sempurna dari yang aku harapkan. Wifey tak pernah banyak menuntut, wifey tidak suka mengeluh, wifey selalu sabar dan wifey selalu lembut. Maka dari itu benar adanya ketika semalam aku bercerita aku tidak akan mau menerima jika pun Allah menawarkan menukar wifey dengan 1000 bidadari, sebab wifey memiliki segala hal dan karakter yang tak tergantikan oleh bidadari sekalipun. Wifey adalah bidadariku.
Dini hari tadi waktu Singapura saat kita skype, hujan turun dengan sangat deras. Aku pun merasa sangat rindu wifey. Ingin memelukmu dengan lembut dan bercerita banyak hal. Tunggu aku di salah satu tempat di Eropa beberapa bulan dari sekarang di mana kita akan duduk berdua di dalam kamar sambil berpelukan erat dan memandangi hujan yang mungkin turun dari balik jendela.
PS: I love you
No comments:
Post a Comment